Padangsidimpuan Bermula dari Benteng Paderi - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

30 Juni 2022

Padangsidimpuan Bermula dari Benteng Paderi

PADANGSIDIMPUAN, POTRETKTA.net - Tak banyak yang tahu, Kota Padangsidimpuan memiliki jejak panjang dalam perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia. Kota itu, pertama kali dibangun pada 1821 dan merupakan benteng Pasukan Paderi.

Foto-foto dari steemit.com/travel/
Situs resmi Pemko Padangsidimpuan, Provinsi Sumatera Utara, menulis, seiring perkembangan zaman, tempat persinggahan ini semakin ramai dan kemudian menjadi kota. Fakta sejarah menunjukkan, kota ini memang benar dibangun pertama kali sebagai benteng pada 1821 oleh pasukan Paderi, yang dipimpin oleh Tuanku Imam Lelo. Benteng ini membentang dari Batang Ayumi sampai Aek Sibontar.


Sisa-sisa benteng peninggalan Perang Paderi saat ini masih ditemukan, walau sudah tidak terawat dengan baik. Dan pengaruh pasukan Paderi ini berdampak pada agama yang dianut oleh mayoritas penduduk kota ini, yakni menganut Agama Islam.


Pada zaman penjajahan Belanda, Kota Padangsidimpuan dijadikan pusat pemerintahan oleh penjajah Belanda di daerah Tapanuli. Peninggalan bangunan Belanda di sana masih dapat dijumpai, di antaranya berupa kantor pos polisi pusat Kota Padangsidimpuan. Kalau ingin melihat sejarah Kota Padangsidimpuan, amatilah dari foto-foto zaman dahulu yang tersimpan rapi di sebuah museum di kota Leiden, Belanda.


Setelah Indonesia merdeka dan berdirinya Kabupaten Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan adalah ibukotanya. Kini, setelah Padangsidimpuan menjadi kota otonom, ibukota Tapsel berpindah ke Sipirok.

Padangsidimpuan merupakan kota administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1982. Kemudian, sejak tanggal 21 Juni 2001, berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2001, Kota Padangsidimpuan ditetapkan sebagai daerah otonom.


Daerah yang tergabung ke dalam Kota Padangsidimpuan menurut UU itu adalah Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru, dan Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara yang sebelumnya masuk wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan.


Berbicara soal asal mula penamaannya, kota salak yang terletak di lembah Gunung Lubukraya itu, disebut-sebut berasal dari PADANG NA DIMPU. Padang berarti hamparan, na berarti di, dan dimpu artinya tinggi. Dengan demikian, padangsidimpuan dapat diartikan sebagai hamparan rumput yang luas yang berada di tempat yang tinggi.


Pada zaman dahulu, daerah ini merupakan tempat persinggahan para pedagang dari berbagai daerah, seperti pedagang ikan dan garam dari Sibolga. Posisinya berada pada Jalur Lintas Sumatera yang menghubungkan Bukittinggi-Pasaman-Panyabungan-Padangsidimpuan menuju Medan via Sibolga di Lintas Barat, Tarutung di Lintas Tengah ataupun Padangbolak di Lintas Timur atau sebaliknya.


Kini, Padangsidimpuan telah tumbuh menjadi sebuah kota yang maju di sektor perdagangan, jasa, dan pendidikan. Bahkan ada yang berpendapat, kota ini paling layak jadi ibukota Provinsi Sumatera Tenggara bila kelak berdiri. Sebelumnya sempat pula dikandidatkan sebagai calon ibukota Provinsi Tapanuli.


Arus lalu lintas nasional di Pulau Sumatera yang memasuki Kota Padangsidimpuan memang sudah mulai menurun, seiring dengan kehadiran Jalan Lintas Timur Sumatera dan Jalan Tol Trans Sumatera.


Banyak pula sebutan yang dilekatkan ke kota kebanggaan bangsa Mandailing, Angkola, dan berbagai suku lainnya itu. Ada yang menyebut sebagai kota salak, tetapi juga ada yang menyebut sebagai kota sejuta becak vespa, karena transportasi utama dalam kota, terbanyak dilayani becak yang dimodifikasi dari sepeda motor jenis vespa.


Semboyannya adalah Salumpat Saindege, yang maknanya selangkah seirama, seiya sekata, saiyo sakato kata Orang Minang. Tulisan Salumpat Saindege juga termaktub pada logo kota yang tertulis inah di atas ulos berwarna putih yang berarti kesucian.


Salumpat Saindege adalah filsafat masyarakat Kota Padangsidimpuan dalam melaksanakan kehidupan didasarkan kepada kebersamaan, keselarasan, dan keserasian.(*/mus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad