Risau itu Berjudul Gempa Jakarta - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

27 Juni 2022

Risau itu Berjudul Gempa Jakarta

JAKARTA, POTRETKITA.net - Banyak berita beredar di media online dan media sosial. Jakarta memiliki jejak sejarah gempa merusak. Dalam dua hari ini, berita itu menyebar ke mana-mana dan membuat risau pula. Sudah siapkah kita? Ada mitigasi yang baik untuk menghadapinya?

MTGS Georitmus

Informasi yang dirilis MTGS Georitmus melalui platform twitter memberi kabar, pada 5 Januari 1699, terjadi gempa besar mengguncang selama “tiga perempat jam" (Coolhaas VI: 49-50), merusak gedung-gedung di Batavia, mengakibatkan puluhan korban jiwa dan longsor di Ciliwung. Runtuhnya bangunan secara signifikan juga dilaporkan terjadi di Banten sampai Lampung.


Sementara pada 22 Januari 1780 terjadi pula gempa yang dianggap sebagai salah satu gempabumi terbesar yang pernah melanda Jawa (Musson, 2012; Albini et al.,2013). Gempa terasa di seluruh Jawa, khususnya di Jawa Barat sampai Sumatera bagian tenggara.


Gempa itu menyebabkan banyak gudang dan rumah runtuh di Jakarta, disusul dentuman terdengar dari Gunung Salak 2 menit setelah gempa dan Gunung Gede turut mengeluarkan asap (Harris and Major, in press).


Pada 10 Oktober 1834 Jakata juga tercatat pernah diguncang gempa. Berawal dari serangkaian guncangan kecil pada dini hari yang dirasakan di Batavia hingga Banten, lalu disusul gempa sangat kuat di pagi hari yang terasa sampai Tegal dan Lampung. Musson (2012) menduga magnitudo gempa besarnya mencapai MW > 7.0.


Gempa ini meratakan sebagian besar bangunan di Buitenzorg (Bogor lama). Gempa juga meruntuhkan banyak rumah dan gedung berdinding batu, termasuk Istana Bogor, yang dulu bernama Puri Buitenzorg dan Paleis van Daendels/Het Groot Huis yang kini jadi Gedung Kementerian Keuangan RI.


Dari catatan sejarah gempa-gempa tersebut, lalu sudah siapkah seluruh pihak mengantisipasinya?


Gempabumi kuat yang mengguncang Jakarta itu berada pada Sesar Baribis, nama yang diberikan pada struktur sesar regional yang ada di Provinsi Jawa Barat. Selain sesar Baribis, ada sesar Cimandiri, sesar Cipeles, sesar Lembang, sesar Pelabuhanratu, dan sesar Citanduy.


Sesar merupakan rekahan pada batuan, dimana bagian yang dipisahkan oleh rekahan akan bergerak satu sama lain. Sesar Baribis, dalam konteks ini, adalah sesar mudah yang baru terbentuk pada periode tektonik zaman batu muda. Karena masih muda, patahan ini rawan mengalami pergerakan yang dapat memicu gempa bumi.


Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofikas (BMKG) Dr. Daryono, sebagaimana dirilis website berita kompas.com, menjelaskan, Sesar Baribis terletak di bagian utara Pulau Jawa, membentang dari Kabupaten Purwakarta sampai perbukitan Baribis di Kabupaten Majalengka (Van Bemmelen, 1949).


"Sesar Baribis yang membentang di selatan Jakarta ini adalah sesar yang masih aktif. Karena berstatus masih aktif, maka sesar ini berpotensi memicu terjadinya aktivitas gempa di daerah Jakarta dan sekitarnya. Segmen di selatan Jakarta terbukti aktif dengan estimasi laju geser mencapai sekitar 5 milimeter per tahun," ujarnya.


Keaktifan sesar, menurut Daryono, juga didukung hasil monitoring peralatan sensor seismograf BMKG. Di mana dalam alat monitor terpantau aktivitas gempa di sepanjang jalur sesar, meskipun relatif dalam magnitudo kecil. "Keaktifan sesar ini didukung hasil monitoring peralatan sensor seismograf BMKG di mana terdapat aktivitas gempa yang terpantau di jalur sesar, meskipun dalam magnitudo kecil 2,3 – 3,1," jelasnya.(*/mus)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad