Citayam Fashion Week - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

24 Juli 2022

Citayam Fashion Week

Oleh

Dr. Suhardin, S.Ag., M.Pd.

(Dosen Universitas Ibnu Chaldun Jakarta)



CITAYAM Fashion Week (CFW) yang tengah viral di dunia maya, jadi perbincangan dimana-mana. Saya sebagai yang bermukim di Citayam, merupakan bagian dari komunitas keluarga tersebut, merasa tersanjung dan tersinggung.


Dengan isu yang demikian kencang, malah juga dapat apresiasi dari pemerintah daerah dan lembaga negara Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).


Permasalahan anak merupakan hal yang komplek, bukan hanya permasalahan keluarga, tetapi terkait antar variabel, masyarakat, komunitas anak baik maya maupun non maya, lembaga pendidikan, dan pemerintah yang bertanggungjawab utuh terhadap tumbuh dan kembang anak. 


Anak sekarang bapak dan ibu masa depan, pemimpin bangsa masa depan. Kualitas bangsa ke depan ditentukan oleh anak sekarang. Bangsa yang maju sekarang, adalah bangsa yang telah mempersiapkan masa depan semenjak awal, dahulukala, dengan fokus dalam menangani pendidikan anak.


Anak mereka persiapkan sedemikian rupa, semenjak dari pengasuhan keluarga, pemberian nutrisi, lingkungan sekitar anak dengan pengembangan ruang terbuka hijau untuk bermain anak, pendidikan yang ramah anak dan kota yang layak anak. Anak tumbuh dan kembang mengejar mimpi membangun prestasi dalam kenyamanan, keamanan dan ketentraman. 


Anak kita sekarang baik dalam pandemi maupun sesudah pandemi, hidup dalam keterbatasan, nutrisi terbatas, fasilitas terbatas, ruang gerak terbatas. Nutrisi bukan hanya terbatas, tetapi banyak yang kurang, bagaiman tidak kurang, orang tua yang nyaris tak berpenghasilan selama pandemi, hidup makan tabungan (mantab).


Fasilitas jelas sangat terbatas, paling hanya kamar, ruang tamu dan pekarangan, jika rumah punya pekaragan, kalau tidak, ya sebatas kamar dan ruang tamu. Gerakan anak sangat terbatas, padahal mereka harus mengembangkan motorik, mengembangkan otot dan mengembangkan imajinasinya. 


Pembelajaran anak di rumah dengan online, orang tua merangkap berbagai fungsi, penanggungjawab, pengasuh, pendidik, pengawas, dan penilai anak. Interaksi orang tua dan anak nonstop dan fulltime. Suasana ini tentu ada yang menikmati dan ada yang membosankan.


Bagi orang tua yang memiliki fasilitas, punya penghasilan tetap, tabungan banyak, jiwa kependidikan tinggi, interaksi dan komunikasi hangat, hal ini tentu sangat positif, dapat memberikan bimbingan intesif terhadap anak. Banyak diantara saudara kita yang keluarga memiliki keterbatasan, rumah kecil ruangan pembelajaran terbatas, fasilitas minim, tabungan devisit, permintaan anak melebihi kemampuan, suasana yang terjadi tentu rumit dan sulit diungkapkan. 


Banyak fakta kekerasan terhadap anak mengemuka, pendidikan anak yang nyaris tidak berlangsung, kehilangan waktu belajar, learning lost, kekurangan nutrisi anak, pelecehan seksual anak, pembulian anak, body seaming terhadap anak.


BACAAN TERKAIT : KPAI Lakukan Pengawasan dan Turut Merasakan Sensasi Fashion Jalanan

Problematika Anak di Kehidupan Hedonisme


Fakta ini jelas mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, banyak anak yang depresi, frustrasi dan lari dari rumah untuk mengejar mimpi. Banyak anak bergabung dalam komunitas tersendiri, mereka berontak dengan hal yang ada di tengah realitas sosial.


Mereka lebih senang berbagi cerita dengan sesama, mereka menggunakan bahasa gaul diantara mereka, yang mana kosa kata dan diksi yang keluar dari mulut mereka, membuat telinga orang dewasa rusak, hati orang dewasa pilu dengan diksi dan pilihan kata yang keluar dari pikiran dan perasaan anak. 


FWC bagian dari gumpalan permasalahan realitas anak di sepanjang jalur keretapi listrik (KRL) Sudirman, Citayam, Bojonggede dan Depok. Anak yang tidak menghiraukan lagi pendidikan sebagai panglima untuk mengantarkan dia ke gerbang masa depan yang gilang gemilang.


Mereka mencoba untuk menggali potensi yang ada pada dirinya untuk di eksploitasi untuk mengais sejumlah kapital untuk membiayai kehidupannya.


Satu diantara potensi yang ia miliki adalah content kreatif yang akan di ekspose pada media youtube, instagram, tiktok, twitter yang mana mereka berkolaborasi dengan kreator content, anak-anak tersebut menjadi aktor dan aktris yang membuat content tersebut banyak diminati oleh khalayak. Keberanian, kreatifitas, dan sensasional menjadi modal utama mereka dalam meraup pundi-pundi kapital.


Hal ini disatu sisi wujud dari kreatifitas anak-anak marginal yang memanfaatkan peluang (opportunity), tetapi di sisi lain bagian dari tamparan kepada keluarga dan pemerintah, terutama pemerintah daerah Kota Depok dan Kabupaten Bogor, yang tidak terlalu serius dalam membangun pendidikan ramah anak dan kota layak anak.


Program ini hanya formalitas untuk mendapatkan predikat tertentu untuk dua kota tersebut, tetapi secara substansi masih jauh ide dengan realitas, panggang dengan api, kebijakan dan kenyataan. 

Anak membutuhkan perhatian serius dari keluarga dan pemerintah. Anak dalam keluarga banyak diffrensiasi dan diversifikasi serta permasalahan di dalamnya.


Banyak sekali keluarga kita yang tidak berhasil dalam menangani permasalahan anak, boleh jadi disebabkan ekonomi, pendidikan orang tua, mentalitas orang tua, dan keterbatasan orang tua lainnya. Peran yang ditunggu dari pemerintah, tetapi permasalahannya pemerintah juga tidak serius dalam menangani hal-hal ini, karena jelas tidak menguntungkan bagi yang mengurusnya, tidak menguntungkan secara politis.


Terus, kepada siapa lagi permasalahan ini diharapkan untuk menyelesaikannya? Tentu kepada segenap pihak yang terpanggil secara nurani dan memiliki keinginan yang kuat untuk menjaga masa depan bangsa dan negara. 


Bagi anak bangsa yang terketuk dan terpanggil menyelesaikan permasalahan anak ini perlu menyusun langkah terutama, pertama, yang ada di keluarga dan disekitar rumah dan karib kerabat kita untuk benar-benar memperhatikan pendidikan mereka.


Sekalipun ada diantara anak-anak ini yang sudah pupus harapan dengan pendidikan, tetapi bagi kita yang masih normal akan tetap berpandangan bahwa pendidikan adalah labgkah strategis mengantarkan anak ke gerbang masa depan yang baik.


Pendidikan tentu bukan hanya sebatas pendidikan formal dalam sekolah, tetapi pendidikan informal dan non formal yang dapat memberikan pencerahan dan peningkatan kompetensi anak, sehingga anak adaptive dengan kehidupan dan masa depannya. 


Kedua, gerakan sipil society perlu lebih agregative lagi untuk bekerja dalam menangani permasalahan anak, terutama anak yang sudah keluar dari rumah, meninggalkan keluarganya, hidup dalam komunitas di jalanan. Hal ini perlu ditangani dalam rumah aman anak, dilakukan pembinaan intensif agar anak memiliki pandangan yang benar tentang diri, keluarga, dan masa depannya.


Mereka membutuhkan kita, uluran tangan kita, dan bimbingan kita serta kasih sayang kita untuk mereka. Jangan biarkan mereka terlunta-lunta dalam kehidupan, hal ini akan menambah beban negara masa depan. Mereka harusnya kontributor masa depan negara untuk menggapai kemajuan menjadi negara maju dan pemimpin negara-negara di dunia. 


Ketiga, permasalahan anak adalah hilir dari persoalan dalam keluarga, maka pemerintah perlu untuk melakukan pendidilan parenting, pendidikan dan pembelajaran orang tua, orang tua diajarkan, dibimbing untuk keterampilan pendidikan terhadap anaknya.


Orang tua diberdayakan dalam finansial dan sosial. Pemerintah banyak menggelontorkan dana desa ke kampung-kampung, jangan hanya sebatas infrastruktur, tetapi alokasikanlah sebabagian untuk pemberdayaan ekonomi keluarga. Ekonomi keluarga sejahtera, pendidikan anak akan baik, tetapi ekonomi keluarga hancur, pendidikan anak akan terbawa hancur, tidak tertutup kemungkinan juga ekonomi keluarga yang sejahtera, pendidikan anak bermasalah.


Supervisi rukun tetangga, rukun warga, pak kepala desa, ke rumah-rumah warga dalam rangka melihat pendidikan anak sangat dibutuhkan. Ini kerja yang langsung diberikan pahala oleh yang maha kuasa, sekalipun tidak ada keuntungan konkrite berupa fulus. 


Keempat, ruang terbuka hijau di masing-masing rukun tetangga untuk kepentingan anak bermain dan wahana interaksi antar warga. Tanah habis untuk pemukiman, terutama perumahan penduduk yang bukan perumahan yang dikembangkan oleh pengembang.


Semuanya habis di bangun, nyaris tidak ada wahana interaksi warga dan tempat bermain anak. Ruang terbuka tersebut dapat digunakan anak untuk bermain menumbuhkan otot dan motoriknya, serta perkembangan imajinasi dan berbagai kecerdasan  yang dimiliki anak. Wahana ini juga dapat dimanfaatkan untuk interaksi orang tua sehingga tercipta interaksi dan komunikasi offline antar warga, jangan hanya komunikasi on-line. 


Kelima, perkluat solidaritas sosila, saling tolong menolong antar warga, buang sikap egois, yang hanya mementingkan diri, keluarga dan kroni. Banyak diantara saudara kita yang membutuhkan pertolongan, banyak juga diantara saudara kita yang tengah mencari siap yang akan ditolong. Hal inilah yang perlu difasilitas oleh pemerintah dan organ-organ cipil society.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad