TANAH DATAR, POTRETKITA.net - Dulu, pacu jawi di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, merupakan alek tradisi anak nagari, khususnya setelah musim panen di sawah, kini posisinya sudah bertambah, seiring dengan banyaknya turis asing dan lokal yang menanti-nanti iven itu.
Wakil Bupati Tanah Datar Richi Aprian mengatakan hal itu, Sabtu (23/7), di Sawah Ikue Koto Ampalu, Nagari Gurun, saat memberi sambutan pada alek nagari pacu jawi. “Selama ini alek pacu jawi baru sebatas alek anak nagari usai panen, sebagai wujud syukur kepada Allah atas hasil panenan padi yang didapat,” sebutnya.
Namun kini, imbuh Richi, alek itu tidak lagi sekadar tradisi atau rasa syukur, tapi sudah tumbuh menjadi target wisatawan dan jadi andalan pariwisata Tanah Datar. Wisatawan dan fotografer dari nusantara dan mancanegara, sebutnya, selalu mengincar momen terbaik dari alek pacu jawi tersebut.
Lantaran posisinya yang semakin strategis dan memiliki dampak ekonomi yang bagus itulah, Richi mengajak masyarakat untuk melestarikannya, sekaligus menghargainya sebagai sebuah warisan budaya, guna mengenalkan adat budaya Tanah Datar ke dunia luar.
“Alek pacu jawi kini sudah mulai didatangi wisatawan asing pasca pandemi Covid-19, dari laporan panitia kami dapat informasi, ada turis dari Jerman dan Australia yang turut menyaksikan bersama kita saat ini,” jelas Richi.
Ketua Persatuan Olahraga Pacu Jawi (Porwi) Tanah Datar Aristo Dt. Indomo menjelaskan, pacu jawi mencerminkan filosofis yang dianut masyarakat Luak Nan Tuo, yakni berjalan lurus dan mampu bekerjasama dengan baik tanpa bersinggungan. Alek ini juga dapat meningkatkan silaturahmi anak nagari.
Sapi yang akan menang dalam ajang pacu jawi haruslah sepasang. Tidak bisa seekor-seekor. Sepasang sapi yang dipastikan akan menang adalah jawi yang seirama larinya. Lurus. Kepalanya tegak berdiri, mencermati jalan yang akan ditempuh dan membidik target yang hendak disasar.
Uniknya, sepasang jawi yang berlari kencang berada pada posisi yang berdekatan. Akan tetapi, mereka dibatasi tali bajak, sehingga tidak bisa saling bersinggungan. Mereka berjarak, tetapi tidak dapat dipisahkan. Tali cendang membuhul erat keduanya. Sapi yang jadi pemenang itu adalah sapi menjadi pemimpin. Dia berhasil menjadi pimpinan yang baik selama berpacu.
Bila dibawakan ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau, dalam sekali makna yang terkandung dalam filosofis pacu jawi itu.
Pacu jawi adalah olahraga ekslusif masyarakat di Luhak Nan Tuo. Kendati menjadi kebanggaan Kabupaten Tanah Datar, namun pacu jawi hanya ada di empat kecamatan, yakni Pariangan, Limo Kaum, Sungai Tarab, dan Rambatan. Di kecamatan-kecamatan lain di Tanah Datar, olahraga tradisional itu tidak pernah dilaksanakan dan tidak pula menjadi tradisi masyarakat.
Mulanya, olahraga pacu jawi diselenggarakan masyarakat di Nagari Pariangan pada zaman dahulu kala. Kegiatan ini dilaksanakan setelah musim panen berlalu. Nagari pelaksana biasanya mengundang nagari-nagari lain yang terdapat pada empat kecamatan tersebut. Nagari-nagari itu, spontan saja sudah tahu giliran mereka sebagai tuan rumah.
Lantaran memiliki dampak positif terhadap perekonomian masyarakat, khususnya di nagari tempat pacu jawi dihelat, Aristo mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung usaha-usaha melestarikan tradisi itu, termasuk Pemkab Tanah Datar.
Alek pacu jawi di Nagari Gurun kali ini, akan berlangsung 23-30 Juli 2022 dan 6-13 Agustus 2022, diikuti ratusan ekor sapi. Tradisi masyarakat tersebut sudah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 9 Oktober 2020, sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) milik Kabupaten Tanah Datar. Pacu jawi pada tahun 2018 memperoleh penghargaan Juara II Atraksi Budaya Terpopuler dalamAnugerah Pesona Indonesia.(MUSRIADI MUSANIF)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar