Kurban dan PKM - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

08 Juli 2022

Kurban dan PKM

Oleh Dr. Suhardin, S Ag., M Pd.

(Dosen Universitas Ibnu Chaldun UIC Jakarta)


SYARIAT kurban diturunkan Allah SWT semenjak Nabi Adam AS. Habil dan Qabil yang telah didik oleh ayahnya Nabi Adam AS, untuk berusaha bertani dan berternak diperintahkan Allah SWT berkurban. 


Habil memilih hasil pertaniannya yang paling bagus untuk diberikan kepada makhluk lain yang membutuhkan, sebagai rasa syukur dan taat terhadap perintah Allah SWT. Qabil mengambil beberapa hewan ternak yang agak kurang baik, diberikan sebagai rasa dongkolnya, sebagian dari yang dimilikinya diminta.


Alhasil kurban Habil diterima Allah SWT dengan memanfaatkannya untuk makhluk ciptaan Tuhan dalam melangsungkan kehidupannya, sementara kurban Qabil membusuk tidak diterima, karena memang beliau tidak ikhlas dalam memberikannya. 


Ibrahim AS setelah selesai menghadapi ujian berat dari hukuman orang-orang kafir, membakarnya hidup-hidup. Allah SWT memperlihatkan mukjizat sebagai nubuwah Ibrahim AS, api yang panas berobah jadi dingin untuk menyelamatkan Nabi Ibrahim.


Setelah itu, Nabi Ibrahim pergi ke sebuah negeri untuk menyembah Allah SWT secara aman dan damai, serta mendakwahkan ketauhidan kepada masyarakat, seraya mengharapkan kedatangan seorang putra yang akan meneruskan perjuangan beliau, maka Allah SWT memberikan kabar gembira dengan kelahiran seorang putra yang sangat sabar.


Hal ini dijelaskan dalam Alquran Surat As-Saffat (37) ayat 99-101: “Dan dia Ibrahim berkata, sesungguhnya aku harus pergi menghadap kepada Tuhanku, Dia akan memberiku petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang yang shaleh. Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan kelahiran seorang anak yang sangat sabar (Ismail)”.


Anak yang ditungggu, didambakan telah lahir, hal ini memberi semangat, motivasi, ghairah, dan inspirasi bergerak ke masa depan secara akselerative pada diri Ibrahim AS. Tetapi Allah SWT memberikan ujian terhadap Ibrahim, Ismail dan Istrinya Hajar tentang cintanya terhadap Allah SWT. Maka Allah SWT memerintahkan kepada Ibrahim AS melalui mimpi untuk menyembelih Ismail AS.


Ibrahim langsung bersmusyawarah dengan anaknya, dan sang anak langsung menthatati yang dititahkan oleh sang ayah kepadanya, mendeklarasikan diri dengan izin Allah SWT dirinya, termasuk orang-orang yang sabar.  As-Saffat (37) 102:


“Maka ketika anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata: “Wahai anakku, aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.


Kesabaran Ismail dalam konteks ini, patuh dan taat kepada Allah SWT dan kepada kedua orang tuanya, tidak ada secercah rasa pembangkangan terhadap apa yang diperintah Allah kepadanya, dia memahami bahwa dirinya adalah milik Allah SWT dan dia tidak memiliki hak untuk membantah apa yang sudah ditentukan Allah SWT kepadanya.


Dia hanya bertawakkal kepada Allah SWT tidak ada sesutau zat yang lain untuk menyandarkan nasibnya, semua terpulang kepada Allah SWT. Menjalankan dengan khusuk (serius dan konsentrasi) segala yang sudah digariskan Allah SWT sesuai dengan kaifiyah (protokol) yang sudah ditetapkan Allah SWT.   


BACA JUGAKurban untuk Orang yang Sudah Meninggal, Bolehkah? Hewan yang Layak Dijadikan Kurban Adab Menyembelih Hewan Kurban


Sikap dan perilaku inilah yang sangat dihargai Allah SWT dengan langsung memanggil Ibrahim AS yang sudah benar-benar menjalankan perintah. Allah SWT mendeklarasikan bahwa ini adalah ujian keimanan Ibrahim AS terhadap-Nya. Allah menggantikan sembelihan yang besar, dan diabadikan untuk kalangan orang-orang yang beriman sampai hari kiamat.


Diabadikan dalam As-Safat (37) 103-108: “Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah Allah). Lalu Kami panggil dia, Wahai Ibrahim. Sungguh! Engkau telah membenarkan mimpi itu sungguh demikian kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan sembelihan yang besar. Dan kami abadikan untuk Ibrahim pujian untuk kalangan orang-orang yang datang kemudian”.


Tindakan yang dilakukan oleh Ibrahim terhadap putranya benar-benar dalam kerangka ketaqwaan dan keihsanan. Ketaqwaan getaran hati untuk mentaati perintah Allah SWT dan ketakutan untuk berbuat yang dilarang Allah SWT. Keihsanan menjadikan kehidupan yang senantiasa berkayakinan selalu dalam pantauan Allah SWT.


Sikap ini memberikan kekuatan kepada manusia untuk selalu melaksanakan perintah Allah SWT dengan resiko apapun yang akan dihadapi. Dua sikap inilah yang sangat dinilai Allah SWT dengan balasan yang nyata di dunia dan diakhirat nanti. 


Penyembelihan Ismail bukanlah yang diharapkan Allah SWT, yang diharapkan-Nya adalah penyembelihan cinta yang bisa menyaingi cinta terhadap-Nya.  Cinta anak yang bisa mengalahkan cinta terhadap yang menciptakan anak, perlu di korbankan. Cinta terhadap harta benda yang bisa mengalahkan cinta terhadap yang memberikan harta, perlu dikorbankan. Cinta terhadap kebun, peternakan, perikanan, perhiasan, dan koleksi lainya perlu dikorbankan, yang hanya dicintai adalah yang memberikan segala nikmat kepada kita, yakni Allah SWT.


Dia memberikan nikmat hidup, nikmat kehidupan dengan aneka fasilitas, harta benda yang melimpah ruah, anak istri yang shaleh, saudara yang banyak siap membela, handai taulan yang senantiasa bisa berkumpul berkomunikasi dan rekanan yang senantiasa siap memberikan bantuan jaringan usaha. Semua itu nikmat yang dianugerahkan Allah SWT. 


Allah menegaskan kepada manusia, bahwa sesungguhnya kami telah memberikan nikmat yang sangat banyak. Oleh sebab itu hendaklah manusia untuk senantiasa melakukan shalat dan berqurban. Sesungguhnya orang yang membenci engkau (Muhammad) itulah yang akan putus.


Quran Surat al-Kautsar 1-3: “Sesunguhnya telah Kami berikan kepadamu (karunia) sangat banyak. Sebab itu hendaklah engaku shalat karena Tuhanmu, dan hendaklah engaku berkurban. Sesungguhnya orang yang membenci engaku itulah yang akan putus”.


Para mufassir banyak mangartikan tentang al-kausar, namun yang jelas al-kausar di sini adalah karunia, nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepada manusia di dunia, dan nanti akan diberikan Allah SWT kepada manusia lagi di akhirat berupa balasan surga al-kautsar, dan safaat dari Nabi Muhammad dalam rangka melindungi ummatnya dalam memperkarai urusannya di dunia.


Nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia jika dihitung, niscaya tidak akan mampu dengan memakai metode statistik apapun dan teknik kalkulus bagaimanapun, karena banyaknya nikmat yang dianugerahkan kepada manusia, semenjak lahir, anak, remaja, dewasa, tua dan sampai kembali menghadapNya, hanya hitungan raqib dan Atid yang mampu mengkalkulasi, mentabulasi, dan membalansi nikmat, karunia, dan anugerah Allah terhadap manusia. 


Nikmat yang begitu banyak tersebut, wujud kesyukuran manusia terhadap Allah SWT maka hendaklah melaksanakan shalat dan berkurban. Shalat membangun spiritualisasi diri, rasa kagum, rasa takut, rasa harap, dan rasa cinta yang tulus menuju sang khalik dalam kesepian, kesunyian dan kebathinan yang sesungguhnya.


Manusia bisa manangis, merintih, menghiba dan mengharap kepada Allah SWT terhadap segala sesuatu yang diinginkannya, baik untuk keselamatan, kesejahreaan, dan kebahagiaan di dunia dan nanti di akhirat kelak.


Berkurban ibadah sosial, membuang kebinatangan yang dimiliki manusia dan menghiasinya dengan cinta yang tulus kepada Allah SWT melalui kemanfaatan benda yang dikurbankan tersebut  untuk sesama makhluk ciptaan Allah SWT.       


Darah sembelihan hewan kurban, daging hewan kurban yang sudah dukuliti, tulang belulang hewan kurban yang sudah dicincangi, tidak akan sampai kepada Allah SWT. Tetapi yang langsung sampai dan disapa Allah SWT adalah ketaqwaan manusia yang berkurban. Taqwa sambungan langsung dekat dan merapat kepada Allah SWT. Orang yang bertaqwa tidak berjarak dengan Allah SWT.


Pada diri orang yang bertwaqwa berkilau wajah Allah SWT. Inilah capaian ibadah kurban. Maka orang yang bertaqwa tidak ada tempat baginya selain dari surga yang sudah dijanjikan Allah SWT.  Quran Surat Ali-Imran (3) ayat 133: “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.”


Manfaat fisik kurban adalah kegembiraan, kebersamaan, kemanfaaatan untuk kemanusiaan dan makhluk hidup lain yang ada disekitar lingkungan pelaksanaan ibadah kurban. Dalam pelaksanaan ibadah kurban, antar manusia melakukan organisasi (jamaah), koordinasi, kerja sama, interaksi dan komunikasi, bergotong royong untuk melaksanakan kebajikan yang sudah disyariahkan oleh agama Islam, melaksanakan tata aturan, kaifiyah (protokol) keislaman, semenjak dari pemilihan hewan kurban, pemotongan hewan kurban, pembagian hewan kurban sampai pada recovery tempat pelaksanaan ibadah kurban.


Hal ini diatur dengan rinci dan riggid oleh Islam ditambah dengan kebijakan-kebijakan lokal yang sudah ditetapkan oleh panitia.  


Kegembiraan pelaksanaan ibadah kurban tidak dapat dilukiskan, atmosfir kebathinan sangat dalam, penyelenggaraan ibadah kurban benar-benar merekat jalinan ukhwah, kebersamaan antar individu muslim dalam sebuah kumunitas yang akrab.


Suasana sangat cair, tidak ada diffrensiasi sosial antar individu dalam sebuah komunitas, semua bersama untuk sebuah kemanfaatan. Tempat penyelenggaraan hewan kurban dibersihkan secara bergotong royong, hewan kurban dibagikan secara proporsional, skala prioritas yang tidak mampu, kurang mampu dan yang mampu.


Tidak ada memandang suku, adat, bahasa dan agama, semua menjadi sebuah gerakan kemanusiaan. Bukan hanya manusia hewan lain yang ada disekitar juga menikmati termasuk anorganic yang ada di sekitar tempat penyelenggaraan hewan kurban. Pelaksanaan hewan kurban selain sebagai gerakan sosial kemanusian juga telah menjadi entitas budaya nasional. Gerakan gotong royong yang sebenarnya terwujud nyata dalam pelaksanaan kurban. 


Dalam suasana PKM (Penyakit Kuku dan Mulut) sekarang, panitia kurban diminta untuk hati-hati dalam memeriksa kesehatan hewan kurban, sehingga benar-benar diyakini bahwa hewan kurban bebas penyakit, tidak menimbulkan effect terhadap masyarakat yang mengkonsumsinya.


Penyelenggaraan kurban di tengah masyarakat memang sudah sangat baik, tetapi perlu dilakukan inovasi, agar pelaksanaan hewan kurban benar-benar sesuai dengan syariah dan mengindahkan prinsip-prinsip hegeanist dan standar kesehatan masyarakat serta standar kesehatan hewan.

 

Inovasi yang dibutuhkan diantaranya pertama, penyelenggaraan ibadah kurban dalam bentuk pemotongan lebih, diprioritaskan pada tempat yang sudah distandarkan, yakni rumah pemotongan hewan, panitia mengambil dagingnya ke tempat rumah potong hewan untuk dibagikan kepada jamaah yang sudah terdata oleh panitia, dalam rentang waktu hari tasyrik.


Kedua, dilaksanakan sebagai mana biasa dengan protokol kesehatan yang sangat terjaga, kurangi kerumunan massa, ciptakan social distancing, gunakan masker selama masa pengerjaan semenjak dari pemotongan hingga pembagian.


Ketiga, Jaga sterilisasi daging hewan kurban, jangan sampai hewan kurban berlama-lama tergeletak di tempat terbuka, dilalati dan berdebu, diusahakan memiliki frezer besar, agar terjaga kesegaran daging hewan qurban.


Keempat,  berikanlah dana kurban kepada lembaga amil zakat yang sudah memiliki rekam jejak terpercaya seperti Lazis Muhammadiyah untuk dijadikan kurban dan pihak lazis akan mendistribusikan kepada masyarakat yang sangat membutuhkan terutama di daerah terluar, terdepan dan terbelakang dalam bentuk corned daging kurban. 


Dalam empat alternative inovasi penyelenggaraaan ibadah kurban di atas, penulis lebih cendrung merekomendasikan kepada alternatif yang keempat di atas. Lebih aman, nyaman dan terpercaya,  insya Allah barokah.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad