Lima Pesan Ketua untuk Kader Nasyiyatul Aisyiyah - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

25 Juli 2022

Lima Pesan Ketua untuk Kader Nasyiyatul Aisyiyah

YOGYAKARTA, POTRETKITA.net - Nasyiyatul Aisyiyah (NA) kini berusia 94 tahun. Untuk memperingati milad itu, dilakukan kegiatan resepsi, Ahad (25/7), di Kampus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.

Ketua PP NA Diyah Pusparini.(muhammadiyah.or.id)

Ketua Pimpinan Pusat NA Diyah Pusparini, pada kesempatan memberi lima pesan penting untuk para kadernya. Pertama, Muhammadiyah sebagai gerakan amar malruf nahi munkar dan tajdid tidak hanya berkutat pada ibadah semata, tetapi juga mengajak untuk berkontribusi nyata dalam kerja-kerja peradaban. Mengupayakan kehidupan maslahat yang tidak hanya untuk warga Muhammadiyah atau umat Islam semata, namun untuk semesta alam.

 

Kedua, kader-kader NA harus menjadi uswatun hasanah dalam penyelesaian konflik baik agraria, rumah tangga, maupun isu pelecehan seksual. Sebagai perkumpulan sayap Muhammadiyah berbasis perempuan muda yang bergerak dalam bidang keagamaan, sosial dan kemasyarakatan, NA harus tampil, hadir, dan memberi solusi atas konflik yang terjadi di berbagai tingkatan masyarakat.


Ketiga, penegasan bahwa Islam merupakan agama perdamaian. “Sehingga kalau Islam tidak damai, ini menjadi persoalan. Di Muhammadiyah telah selesai. Karena Muhammadiyah memberikan pelayanan kepada seluruh umat manusia tidak hanya level nasional tapi sudah ke ragam mancanegara,” terang Diyah.


Keempat, melestarikan lingkungan. Tidak perlu dipertanyakan lagi, karena sudah jelas jawabannya bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa mengandalkan alam. Hal ini terjadi karena alam menyediakan sandang, pangan, dan papan. Merusak lingkungan artinya merusak kehidupan itu sendiri. Diyah mengajak kader Nasyiatul Aisyiyah agar merawat lingkungan dan tanggap terhadap segala kondisi.


Kelima, menguatkan jaringan kerjasama. Diyah menekankan agar kader-kader Nasyiatul Aisyiyah membuka diri untuk bekerjasama dengan elemen pergerakan lain, baik lintas golongan, agama, maupun negara. Karena dengan kerjasama, menguatkan simpul persatuan, solusi-solusi cerdas dari suatu persoalan dapat segera ditemukan.

Ketum PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini.

Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini, dalam sambutannya mengajak seluruh kader NA mengucap syukur telah dibesarkan di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah.


Pasalnya, Muhammadiyah memberikan ruang yang sangat luas bagi segenap perempuan untuk berkarya dan berdaya, memiliki ilmu, dan berkontribusi nyata untuk pembangunan bangsa.


“Kita bersyukur di persyarikatan Muhammadiyah yang memberikan ruang yang sangat luas dan mendalam dalam konteks bagaimana perempuan-perempuan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya,” ucapnya, sebagai dikutip dari website resmi Pimpinan Pusat Muhammadiyah; muhammadiyah.or.id, yang diakses dan dikutip pada Senin (25/7) malam.


Menurut Noordjannah, jauh sebelum Indonesia merdeka, pemikiran-pemikiran tokoh Aisyiyah seperti Siti Hayinah. Pada tahun 1928 saat kongres perempuan pertama, ia hadir menyampaikan pidato yang cukup fenomenal. Pidato yang diangkatnya mengangkat isu persatuan dengan tema Persatuan Manusia.


Menurutnya, persatuan merupakan alat pertama untuk mencapai tujuan utama seperti kebahagiaan dan kesejahteraan. “Ibu Hayinah pada waktu itu sudah membicarakan soal pentingnya persatuan manusia. Pada saat itu Aisyiyah sudah berpikir luarbiasa. Kita memerlukan persatuan karena kebahagiaan itu akan diperoloeh jika ada wujud persatuan termasuk melawan penjajah demi merebut kemerdekaan,” terangnya.


Pokok pemikiran Siti Hayinah bertumpu pada keyakinan bahwa persatuan merupakan alat untuk mencapai tujuan utama, seperti kebahagiaan, kesejahteraan, dan kemakmuran. Ide itu jelas sangat kontekstual dengan semangat melawan penjajah Belanda kala itu, bahkan menurut Noordjannah, pikiran-pikiran Siti Bayinah masih relevan hingga saat ini.(*/mus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad