NARASUMBER: Dr. Suhardin, M.Pd (Jakarta), M. Edrison Kamil (Jakarta), Kasman Katik Sulaiman, S.Ag (Sungai Penuh), Jufrizal (Bandung), Dr. Adil Mubarak (Padang), Novi Budiman, M.Si. (Batusangkar), Musriadi Musanif, S.Th.I (moderator/Padang Panjang)
Mendapat kabar itu, warga diskusi virtual melalui platform grup WhatsApp Muhammadiyah Potret Kita pun bereaksi. "Wah mantap ni, isu lingkungan hidup ini mantap diotaan (dibicarakan), di tengah gempuran oligarki menguasai lalan-lahan hijau dijadikan perkebunan dan pertambangan. Saatnya MUI bertindak membela kepentingan negara, selamat berjuang Dr. Suhardin," kata M. Edrison Kamil, warga Muhammadiyah DKI Jakarta.
![]() |
Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya saat menghadiri Rakornas Majlis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah. |
Kasman Katik Sulaiman dari Kota Sungaipenuh pun menyela, isu lingkungan juga tidak menjadi perhatian kalangan ustad dan muballigh. Tidak banyak dalam dakwah mereka yang menyinggung persoalan lingkungan.
Secara spesfik dalam konteks Muhammadiyah, Jufrizal dari Jawa Barat mengingatkan, poin kelima dari lima poin utama dalam Mattan Keyakinan dan Cita-cita Hidup (MKCH) Muhammadiyah adalah soal lingkungan.
"Indonesia darurat lingkungan hidup," tegas Edrison menggugah kepedulian dan perhatian peserta diskusi.
Dosen Univesitas Negeri Padang (UNP) Adil Mubarak menyarankan, kini sudah saatnya pula Muhammadiyah punya badan pembantu pimpinan yang menangani persoalan lingkungan hidup, berdampingan dengan Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik.
"Harus ada lembaga yang fokus melakukan kajian-kajian dan aksi terkait kesadaran lingkungan warga Muhammadiyah. Kalau boleh memakai istilah Pokdarling-Mu, singkatan dari Kelompok Sadar Lingkungan Muhammadiyah," kata Adil, yang merupakan ketua Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Provinsi Sumatera Barat.
Adil pun sepakat dengan Edrison, Indonesia saat ini memang darurat lingkungan. Makanya, kata dia, Majlis Lingkungan Hidup di jajaran pimpinan persyarikatan harus memperlihatkan taringnya. Harus ada aksi Muhammadiyah, tegasnya, dalam menjaga lingkungan dan alam semesta ini.
"Kini persoalan lingkungan memang menjadi kajian dalam berbagai perspektif. Dia terus berkembang, sehingga menjadi isu global," sela Novi Budiman, dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Prof. Mahmud Yunus Batusangkar.
Suhardin mengatakan, program dunia tentang isu lingkungan dan pemanasan global, di antaranya:
(1) Forestrasi, rehabilitasi hutan dan lahan,kconservasi untuk pemulihan biodiversity;
(2) Mengurangi emisi karbon, dengan berupaya pengalihan energi fosil menjadi energi terbarukan;
(3) Green building, bahan bangunan yang ramah lingkungan, bangunan yang terintegrasi dengan penanaman hijau daun (fotosintesis);
(4) Mengurangi pemanfaatan freon yang dapat memicu effect rumah kaca;
(5) Subsidi silang antara konstributor emisi karbon dengan conservation;
Muhammadiyah, katanya, kendati masih dalam posisi proyektor, tetapi telah masuk dalam hal ini dengan melakukan program:
(1) Green building, eco masjid, eco sekolah, eco madrasah, eco pesantren;
(2) Kampanye pengurangan konstribusi karbon dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan kendaraan massal;
(3) Kampanye peralihan bahan bakar fosil ke bahan bakar listrik, dari mobil ke keretapi listrik;
(3) Melakukan yudiciel review undang-undang ciptaker yang mengangkangi undang-undang2 lingkungan;
(4) Kampanye menanam pohon dan gerakan menanam pohon atau Indonesia hijau;
(5) Tidak menggunakan plastik sebagai kemasan, beralih ke pandan, daun, minimal kertas;
(6) Rehabilitasi mangrove, gerakan sayangi mangrove, jangan gunakan mangrove untuk untuk kepentingan konsumtive;
(7) Kebersihan pantai, pantai bersih laut lestari sebagai wujud nyata wawasan eastuaria;
(8) Pembiassaan hemat air, lakukan daur ulang, air wudhu dijadikan air pembersih kendaraan;
(9) Sosialisasi dan pengembangan panel surya, untuk penghematan listrik dan penghematan energi.
Selaku moderator, Musriadi Musanif pun mengajak peserta diskusi untuk meneelusuri draf program Muhammadiyah, yang akan diajukan pada sidang komisi organisasi dan komisi program di bidang Lingkungan Hidup pada Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo, November 2022 nanti.
“Ada ndak isu-isu lingkungan masuk ke dalam draf. Kalau tidak ada, sebaiknya kita dorong dari kini, soalnya program itu akan menjadi turunan ke wilayah, daerah, cabang, dan ranting,” katanya.***
(MUSRIADI MUSANIF)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar