Kalau Orang Meloncat dari Rumahnya
Kasihlah Jalan Terbaik
NARASUMBER
Kasman Katik Sulaiman (Sungai Penuh, Jambi)
Dr. Harmaini (Pekanbaru, Riau)
Jufrizal (Bandung, Jawa Barat)
Jufri, M.I.Kom (Tebing Tinggi, Sumut)
Yansen (Padang Panjang, Sumbar)
Dr. Suhardin, M.Pd (Jakarta)
Dr. Desi Asmaret, M.Ag (Padang, Sumbar)
Joni Tovendri, S.Pd.I (Pasaman, Sumbar)
PADANG, POTRETKITA.net – Muhammadiyah hanyalah sekadar batu loncatan. Alat untuk mendapatkan kedudukan. Kalau kedudukan sudah di tangan, maka selamat tinggal alat yang telah digunakan itu.
![]() |
| DESI ASMARET |
“Akhirnya benar juga apa yang jadi percakapan di kedai kopi. Organisasi hanya untuk mencari kedudukan,” ujar aktivis Muhammadiyah dari Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi; Kasman Katik Sulaiman, membuka diskusi di pelataran virtual Grup WhatsApp Muhammadiyah Potret Kita, Rabu (31/8) pagi.
Lontaran pendapat Kasman itu, memicu reaksi dari peserta diskusi yang merupakan warga grup, di antaranya Dr. Harmaini, seorang dosen yang bertugas di Kota Pekanbaru; Tokoh Muhammadiyah di Bandung, Jawa Barat; Jufrizal, Pimpinan Muhammadiyah di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatera Utara, Jufri, M.I.Kom; dan Warga Muhammadiyah Padang Panjang Basko Yansen.
Respon juga datang dari Dosen Universitas Ibnu Chaldun Jakarta Dr. Suhardin, M.Pd., Pimpinan Muhammadiyah dari Pasaman, Provinsi Sumatera Barat Jonito Vendri, dan Direktur Politeknik Aisyiyah (Polita) Sumatera Barat Dr. Desi Asmaret, M.Ag.
“Tidak semuanya. Ada juga yang baik dan benar,” kata Harmaini. Tapi, timpal Jufrizal, kalau dipertanyakan apakah Muhammadiyah hanya sekadar batu loncatan untuk mendapatkan jabatan atau tidak, tentu agak susah juga mencari jawabannya.
“Sandiwara tingkat tinggi sajanya itu,” kata Jufri. “Bahasa halusnya, kawan lagi tukar strategi perjuangan. Memperbaiki dari dalam,” sebut Kasman pula. Kedudukan? “Eits, itu terlalu berat. Kita perhalus saja istilahnya menjadi posisi,” usul Yansen.
![]() |
| SUHARDIN |
Suhardin berpandangan, organisasi sebagai batu loncatan bagus-bagus saja, asal integritas personal orangnya betul. Satu di antara benefit sebuah organisasi, tegasnya, untuk aktualisasi diri. “Jadi nggak salah teman meloncat ke politisi, birokrasi, bisnis, dan karier lainnya. Asal jangan kurang ajar,” tegasnya.
Tapi, Jonito memberi syarat, kalau mau menjadikan Muhammadiyah sebagai batu loncatan, silahkan. Asal, tegasnya, jangan sampai salah loncat yang ujung-ujungnya malah terperosok, lalu sulit bangkit lagi.
“Kalau orang meloncat dari rumahnya, kasihlah jalan terbaik. Dia pasti akan pulang, karena ingat rumah tempat dia meloncat. Tapi yang ndak enaknya, dia malah menjadikan ‘rumah yang bukan rumahnya’ sebagai batu loncatan. Ya, pasti lupa dengan batu loncatan itu. Ironisnya, pemilik ‘rumah tempat loncatan’ tak pula sadar diri, kalau rumahnya sedang dimanfaatkan orang lain,” ujarnya.
Biar tak terperosok, Suhardin melanjutkan, maka kita harus mengembangkan tawasaubul haq, “Kita tuntunlah ke jalan yang benar. Jangan kawan dikasih titian barakuak (jebakan). Berilah teman itu karpet merah dalam berkarir. Jangan pula silau dengan kesuksesan kawan-kawan,” sebut Suhardin yang merupakan salah seorang pimpinan di Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
![]() |
| YANSEN |
Suhardin menyebut, kalau ada kawan yang sukses haruslah menjadi kebahagiaan kita bersama. Untuk itu, dia mengajak semua elemen di Muhammadiyah memperkuat jejaring, sehingga potensi persyarikatan menjadi hasanah fid dunya wal akhirah (kebaikan di dunia dan akhirat).
“Semua harus dilakukan dengan tawasaubilhaq shabr (bersabar). Ada proses yang harus dijalani. Jangan instantif dalam meloncat, melompat, dan berlari dalam kehidupan. Ada tahapan yang terukur dan terstruktur,” katanya.
Kendati ada yang menjadikan Muhammadiyah sebagai batu loncatan, bagi Desi, realitas demikian harus menjadi pusat renungan, lalu kembali ke tataran ideal dalam bermuhammadiyah, sebagaimana termaktub dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan aturan lainnya yang berlaku di Muhammadiyah.
Menurut Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumatera Barat itu, perkaderan Muhammadiyah tidak hanya menghasilkan kader organisasi atau persyarikatan, tapi juga kader umat dan kader bangsa.
“Oleh sebab itu mari kita dukung semua kader kita di mana pun mereka berkiprah, di mana pun berada jangan lupa kembali ke rumah ibu, dalam hal ini adalah Persyarikatan Muhammadiyah untuk berbakti,” katanya.(MUSRIADI MUSANIF)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar