PADANG, POTRETKITA.net - Gempa dahsyat yang mengguncang Sumatera Barat pada 30 September 2009 pukul 17.16 WIB, menjadi sesuatu yang tak bisa dilupakan, terutama bagi warga Kota Padang, Kota Pariaman, dan Kabupaten Padang Pariaman.
Sejumlah daerah bertetangga dengan ketiga kawasan itu juga merasakan dampak yang sangat signifikan, seperti Kabupaten Agam, Pasaman Barat, Tanah Datar, Pesisir Selatan, dan Kota Padang Panjang.
Plt. Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Dr. Daryono di akun twitter-nya menulis, gempa hebat dengan Magnitudo 7,6 itu tercatat sebagai gempa yang sangat merusak. Berdasarkan sumbernya, gempa ini bukan dibangkitkan oleh megathrust, melainkan deformasi slab Lempeng Samudera di bawah zona megathrust yang oleh para ahli disebut sebagai gempa dalam lempeng atau intra-slab earthquake.
"Gempa ini memiliki energi gempa yang jauh lebih kuat. Bersifat sangat merusak, juga memicu dampak ikutan lain (collateral hazard), dimana tiga desa tertimbun longsor, sekitar 400 orang meninggal di lembah gunung tigo Padang Pariaman itu," jelasnya.
Merujuk publikasi pada laman BPBD Kota Padang yang mengutip wikipedia diperoleh informasi, gempa itu menyebabkan 1.117 orang tewas, 1.214 orang luka berat, luka ringan 1.688 orang, korban hilang satu orang. Sedangkan 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang, dan 78.604 rumah rusak ringan.
Bencana terjadi sebagai akibat dua gempa yang terjadi kurang dari 24 jam pada lokasi yang relatif berdekatan. Pada hari Rabu 30 September 2009 terjadi gempa berkekuatan 7,6 pada Skala Richter dengan pusat gempa (episentrum) 57 km di barat daya Kota Pariaman (00,84 LS 99,65 BT) pada kedalaman (hiposentrum) 71 km.
Pada hari Kamis 1 Oktober 2009 terjadi lagi gempa kedua dengan kekuatan 6,8 Skala Richter, kali ini berpusat di 46 km tenggara Kota Sungai Penuh pada pukul 08.52 WIB dengan kedalaman 24 km.
Setelah kedua gempa ini ,terjadi rangkaian gempa susulan yang lebih lemah. Gempa pertama terjadi pada daerah Patahan Mentawai (di bawah laut), sementara gempa kedua terjadi pada Patahan Semangko di daratan. Getaran gempa pertama dilaporkan terasa kuat di seluruh wilayah Sumatra Barat, terutama di pesisir.
Keguncangan juga dilaporkan dari Pematang Siantar, Medan, Kuala Lumpur, Bandar Seri Begawan, Lembah Klang, Jabodetabek, Singapura, Pekanbaru, Jambi, Batam, Palembang dan Bengkulu.
Dilaporkan, pengelola sejumlah gedung bertingkat di Singapura mengevakuasi stafnya. Kerusakan parah terjadi di kabupaten-kabupaten pesisir Sumatra Barat, bagian selatan Sumatra Utara serta Kabupaten Kerinci (Jambi).
Sementara Bandar Udara Internasional Minangkabau mengalami kerusakan pada sebagian atap bandara, (sepanjang 100 meter) yang terlihat hancur, dan sebagian jaringan listrik di bandara juga terputus. Sempat ditutup dengan alasan keamanan, bandara dibuka kembali pada tanggal 1 Oktober 2009.
Peringatan tsunami sempat dikeluarkan, namun segera dicabut dan terdapat laporan kerusakan rumah maupun kebakaran. Sejumlah hotel di Padang rusak, dan upaya untuk mencapai Padang cukup susah akibat terputusnya komunikasi.
Korban tewas akibat gempa terus bertambah, dikhawatirkan mencapai ribuan orang. Namun, hingga tanggal 4 Oktober 2009, angka resmi yang dikeluarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) adalah 603 orang korban tewas dan 343 orang dilaporkan hilang.
Pada tanggal 13 Oktober 2009, angka korban meningkat menjadi 6.234 jiwa. Pertolongan yang sangat dibutuhkan oleh korban gempa terutama adalah kekurangan obat-obatan, air bersih, listrik, dan telekomunikasi, serta mengevakuasi korban lainnya.(mus, dari bpbd padang dan wikipedia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar