Jangan Lupakan Tsunami Aceh - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

25 Desember 2022

Jangan Lupakan Tsunami Aceh

BANDA ACEH, potretkita.net - Jangan lupakan tsunami Aceh, 26 Desember 2004 pukul 07.59 WIB. Gelombang setinggi 30 meter, bergulung dahsyat dari Samudera Hindia menghantam daratan Aceh hingga ke beberapa negara tetangga di Asia Tenggara.

KEMENKEU.GO.ID

Beberapa negara lainnya di kawasan Asia dan Afrika juga melaporkan dampak peristiwa dahsyat itu. Tsunami datang setelah Magnitudo 9,3 mengguncang. Lebih 170 ribu korban meninggal dunia di Aceh, India, Bangladesh, dan Srilanka.


Pemerintah Provinsi Aceh, Senin (26/12/2022) ini, menggelar kegiatan Peringatan 18 Tahun Tsunami di Kuburan Massal Siron, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar. Peringatan diisi dengan zikir, selawat, santunan anak yatim, dan doa bersama.


“Kuburan Massal Siron salah satu tempat saksi betapa dahsyatnya tsunami 2004 silam. Ada 40.000 lebih para syuhada yang dimakamkan di sana. Jadi, tidak hanya kegiatan seremonial semata, tapi kita bisa sekalian berziarah di sana,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Almuniza Kamal dalam keterangan tertulisnya, sebagaimana dirilis sejumlah media massa online, termasuk kompas.com yang diakses dan dikutip pada Ahad (25/12) malam.


Bagi dahsyatnya gempa yang kemudian disusul tsunami itu, pemerintah menjadikan sebuah kapal PLTD Apung yang dihempaskan ke daratan oleh gelombang tsunami sebagai museum. Sejak beberapa hari belakangan, museum itu ramai dikunjungi warga.


Ajeng Hanifa Zahra Caesar Aprilia dalam artikelnya yang dikutip dari laman djkn.kemenkeu.go.id menjelaskan, tsunami yang melanda Aceh 2004 merupakan salah satu bencana alam yang masih sulit dilupakan oleh masyarakat Aceh karena memakan banyak korban.


Peristiwa yang melanda pantai Aceh ini, tulisnua, terjadi setelah gempa berkekuatan 9 skala richter di Samudera Hindia dan disebut sebagai gempa besar yang pernah terjadi dalam sejarah di dunia.


Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung merupakan saksi bisu akan tsunami dahsyat yang telah menerjang Aceh. Sebuah kapal dengan panjang 63 meter dan berat 2.600 ton ini memiliki mesin pembangkit listrik yang kekuatan dayanya mencapai 10,5 megawatt.


Bagai menggunakan sihir, gelombang tsunami yang maha dasyat mampu menyeret kapal PLTD Apung terseret hingga 3 kilometer ke pusat kota Banda Aceh yang sebelumnya berada di laut tepatnya di pelabuhan penyeberangan Ulee Lheue. Hingga saat ini kapal berlokasi di Desa Punge Blang Cut, Banda Aceh.


Kisah ini tak sebatas menjadi simbol hebatnya gelombang tsunami namun menjadi simbol bahaduri di tengah bencana yang tak terperikan. Setelah masa pemulihan akibat bencana tsunami, kapal yang semula berfungsi sebagai pembangkit listrik tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.


Kemudian, Pemerintah Aceh menyulap kapal tersebut menjadi Museum PLTD Apung sebagai tempat wisata pasca Tsunami. Hal ini bertujuan agar generasi selanjutnya dapat menyaksikan efek dahsyat yang ditimbulkan oleh kejadian tersebut dan pengingat sejarah bencana yang pernah terjadi.


Kini, bagian dalam kapal PLTD Apung difungsikan sebagai museum edukasi tentang mitigasi bencana yang diisi dengan berbagai informasi dalam berbentuk video ilustrasi tentang proses terdamparnya kapal PLTD Apung.


Tidak jarang, situs ini juga menjadi lokasi field trip bagi anak-anak sekolah untuk memperkenalkan edukasi tentang kebencanaan sejak dini, serta Gampong Punge Blang Cut ditetapkan sebagai Gampong Wisata, dengan surat keputusan Nomor 160 Tanggal 22 April 2010. tentang penetapan Sadar Wisata dalam wilayah Kota Banda Aceh.


Selain itu, museum ini telah dilengkapi 2 menara, sebuah monument, jalan setapak, dan air mancur. Pada bagian deck dasar kapal terdapat ruang ABK yang masih utuh seperti saat kapal ini beroperasi.


Hal yang paling unik dari kapal ini terdapat teropong besar di lantai atas kapal yang dapat digunakan ketika pengunjung memasukan koin 500 rupiah. Melalui teropong tersebut, pengunjung dapat melihat seluruh kota Banda Aceh dengan sangat indah.


Museum PLTD Apung dapat dikunjungi Pukul 09.00 - 17.30 WIB, namun uniknya lokasi wisata ini ditutup setiap pelaksanaan ibadah shalat zuhur dan ashar agar pengunjung melaksanakan ibadahnya terlebih dahulu baru kemudian melanjutkan wisatanya.


Adapun biaya untuk masuk ke dalam lingkungan museum ini adalah seikhlasnya, disediakan kotak amal didepan pintu masuk yang nantinya seluruh uang yang terkumpul diserahkan kepada pengelola masjid Punge Blang Cut untuk proses pembangunan masjid.(*/mus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad