Mari Hindari Menggunting dalam Lipatan dalam Bermuhammadiyah - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

26 Desember 2022

Mari Hindari Menggunting dalam Lipatan dalam Bermuhammadiyah

H. ADI BERMASA

PADANG, potretkita.net - Salah seorang pimpinan di Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Barat; H. Adi Bermasa, mengaku bangga terpilihnya tokoh muda Muhammadiyah menjadi ketua PWM Sumbar Periode 2022-2027.


Kendati demikian, tokoh wartawan Sumbar itu mengingatkan, seluruh pimpinan dan warga Muhammadiyah di Tanah Minangkabau nan bertuah ini harus kompak, sehingga marwah persyarikatan ini akan kembali tegak, di tengah dinamika sosial yang intensitas terus meninggi dari hari ke hari.


"Dengan terpilihnya tokoh muda Dr. Bakhtiar memimpin, insya Allah Muhammadiyah Sumbar mampu jadi pusat komando dari seluruh organisasi di tanah bertuah ini. Kita bisa, kita mampu. Hindari menggunting dalam lipatan," ujarnya.


 BACA JUGA :    Inilah Resep Meningkatkan Gerakan Muhammadiyah


Adi pun berharap, semoga era baru Muhammadiyah Sumbar punya program unggulan di setiap tingkatan: wilayah, daerah, cabang dan ranting. Tingkatkan disiplin berorganisasi. Kita harus punya program unggulan yang maksimal dalam pembinaan mental kemuhammadiyahan, serta pembangunan fisik yang terukur dengan kemajuan zaman.


Dia juga berharap, program LPCR yang selama ini menjadi fokus perhatian Bakhtiar makin dimaksimalkan. Idealnya, sebut beliau, di setiap nagari ada ranting, dan cabang tiap kecamatan dengan program yang terukur.


Yang perlu disepakati, tegasnya, Muhammadiyah di era moderen sekarang pantas programnya benar-benar menyegarkan umat. Maklum situasi terkini.


"Semua program bisa terlaksana asal pusat pengendali kepemimpinan, mampu menerapkan kerja segar bugar, dan terjauh dari beragam problema," sebutnya.

DR. H. BAKHTIAR, M. Ag.

Terkait visi Bakhtiar dalam menjalankan roda organisasi, ketika masih menjabat wakil ketua sudah begitu kentara. ‘’Masalah yang dihadapi Muhammadiyah, khususnya di Sumbar, perlu didiagnosa cermat, pembedahan persoalan secara objektif. Lalu diobati dengan resep yang tepat,’’ katanya, dalam suatu wawancara virtual dengan potretkita.net, pada Selasa, 30 November 2021 silam.


Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang itu menyatakan, dirinya telah melakukan telaahan terhadap permasalahan yang dihadapi Muhammadiyah, baik secara pribadi maupun dalam kapasitasnya selaku wakil ketua PWM, yang salah satu urusannya adalah pembinaan cabang dan ranting Muhammadiyah di Ranah Minang.


‘’Ke depan, diperlukan anggota pimpinan yang sudah berproses perkaderan atau pengalaman dalam berorganisasi Muhammadiyah, baik melalui organisasi otonom, maupun lewat impinan daerah, cabang, serta majelis dan lembaga yang kuat secara kolektif,’’ sebutnya.


Sejalan dengan itu, tegasnya, diperlukan pula kepemimpinan dengan latar belakang profesi dan pengalaman yang berbeda, terutama dalam hal keulamaan tarjih, cendekiawan, mubaligh, praktisi pendidikan, praktisi hukum, politisi dan birokrat, praktisi ekonomi, praktisi kesehatan, penggiat cabang ranting, penggiat kaderisasi, dan representatif Angkatan Muda.


Menurutnya, para pimpinan Muhammadiyah sepatutnya pula adalah orang yang punya pandangan dan persepsi yang sama, dalam melihat keadaan Muhammadiyah saat ini dan ke depan, memiliki hubungan emosional yang kuat, memiliki soliditas dan solidaritas yang kuat antara pimpinan. Jangan lupa, tuturnya, pimpinan itu harus memiliki  komitmen keikhlasan, waktu, dan daya gerak.


Bakhtiar menyebut, ke depan gerakan sepatutnya lebih fokus pada konsolidasi dan menguatkan ke dalam (internal), terutama aspek pendidikan, kaderisasi, ekonomi, kesehatan, cabang dan ranting.


Semua itu, tegasnya, harus dilakukan secara terprogram dan terintegrasi berbasis pada penyelesain masalah, pembenahan, penguatan dan pengembangan persyarikatan, baik dalam konteks keorganisasian maupun amal usaha, dengan mengacu pada produk muktamar, musywil, musyda, musyca dan musyra.


Lebih jauh dari itu, mantan ketua umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Provinsi Sumatera Barat itu menegaskan, diperlukan adanya kemauan politis (political will) yang diiringi dengan kebijakan dalam mensinergikan antar amal usaha, sehingga menjadi berkembang dan maju bersama.


‘’Diperlukan juga penumbuhan dan penguatan ekonomi persyarikatan. Caranya adalah  dengan menggali dan memproduktifkan semua potensi yang ada di internal persyarikatan, sehingga dapat lebih mandiri dan menghindari ketergantungan lagi pada pendonor,’’ tambahnya.


Bagi Bakhtiar, kaderisasi dan penguatan ideologi dilakukan melalui ortom, amal usaha, beserta cabang ranting dengan masif dan tersistemik perlu dilakukan secara bekesinambungan.


Kuat secara kolektif , ujarnya, haruslah dapat bekerjasama, dan tidak hanya sama-sama bekerja. Sebab, tegasnya, figur individu seperti Soetan Mansur, Saalah Yusuf Sutan Mangkuto, Buya Radhin Rahman, Buya Zainal Abidin Syuib (ZAS), Hamka, dan lain-lain,  sesuai dengan zamannya, sekarang nyaris tidak ada lagi yang persis sama.(musriadi musanif)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad