Memori Bersama RB Khatib Pahlawan Kayo - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

25 Desember 2022

Memori Bersama RB Khatib Pahlawan Kayo

OPINI, potretkita.net - Warga Muhammadiyah Sumatera Barat berduka. Salah seorang tokoh utamanya dipanggil menghadap Allah SWT. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Ulama dan tokoh umat kebanggaan Muhammadiyah; Drs. H. RB. Khatib Pahlawan Kayo meninggal dunia.

ALMARHUM MENDAMPINGI GUBERNUR SUMBAR IRWAN PRAYITNO, SAAT MERESMIKAN SALAH SATU KEGIATAN DI JORONG BATUR.

Almarhum menghadap Allah pada Sabtu, 24 Desember 2022 sekira pukul 09.10 WIB, di Rumah Sakit Aisyiyah Muhammadiyah (RSAM) Padang, saat pembukaan Musyawarah Wilayah Muhammadiyah dan Aisyiyah Sumater Barat berlangsung di Kampus UM Sumatera Barat, perguruan tinggi Muhammadiyah di Sumbar yang bertahun-tahun ikut beliau bina.


Ribuan pimpinan Muhammadiyah yang hadir, sontak, kaget, lalu membaca Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, seraya membaca doa kebaikan untuk almarhum di alam barzah hingga akhirat kelak.


Tokoh masyarakat Kabupaten Tanah Datar di Kota Padang itu, pernah menjadi ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) pada periode 2005-2010, dan Badan Penyelenggara Harian Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat periode 2014-2018. Selain dua hal itu, banyak sudah posisi yang pernah diamanahkan kepada beliau, baik di lingkungan pemerintahan dan Muhammadiyah, maupun di masyarakat.


Secara pribadi, saya sudah lama berinteraksi dengan beliau. Banyak tunjuk ajar, tuntunan, arahan, dan bimbingan yang beliau berikan. Ketika memperingati milad beliau yang ke-70, di UM Sumbar dilaksanakan diskusi panel. Saya ditunjuk menjadi salah seorang narasumber. Hasil diskusi panel itu, sudah diterbitkan dalam bentuk buku.


Berikut adalah kutipan lengkap Memori Bersama RB Khatib Pahlawan, yang saya presentasikan pada diskusi panel itu:


***


SUATU malam, antara Shalat Maghrib dengan Isya, pada pertengahan Februari 2000. Di lantai III Gedung Harian Umum Singgalang, Jl, Veteran 17 Padang. Para awak redaksi sedang berada pada puncak kesibukan yang luar biasa. Malam itu, saya menunaikan tugas sebagai reporter piket di situ.


Seorang lelaki mengucapkan salam, lalu langsung menuju ruangan kerja para redaktur yang kala itu dipimpin Redaktur Pelaksana H. Adi Bermasa yang kini sudah purnatugas. Lelaki yang tiba itu, langsung saja terlibat diskusi serius dengan Adi Bermasa. Saya hanya melihat dengan ‘sudut mata’.


Sebenarnya, saya sudah cukup lama juga kenal dengan ‘tamu redaksi’ malam itu. Sebab,  kendati bertugas sebagai reporter Harian Umum Singgalang untuk Kota Padang, tetapi hari-hari saya banyak dihabiskan di Masjid Taqwa Muhammadiyah Padang. Isilahnya: kami melepas dahaga siang malam dari kran-kran Masjid Taqwa. ‘Minum aie taqwa’.


Beliau adalah Drs. H. Ramlis B. Khatib Pahlawan Kayo atau populer dengan sapaan Pak Khatib. Saya dan Pak Adi Bersama biasa menyapanya dengan Pak RB saja. Kedatangannya malam itu untuk menyampaikan informasi tentang usaha-usaha yang telah beliau lakukan, atas penugasan dari Muhammadiyah Sumatera Barat dalam merintis kerjasama dengan Persatuan Muhammadiyah Singapura guna mendirikan Muhammadiyah Islamic College.


Keesokan harinya, terbitlah berita di halaman 1 berjudul ‘Pahlawan Kayo Persiapkan MoU ke Singapura’. Seterbitnya berita itu dan beredarnya koran di masyarakat, telepon redaksi pun tiap sebentar berdering. Banyak orang yang memberi apresiasi positif dan mendukung, Tim Muhammadiyah Sumbar di bawah kepemimpinan Pak RB mendapat banyak motivasi dari masyarakat atas usaha membangun Perguruan Tinggi Muhammadiyah di negara jiran tersebut.


Tidak berhenti sampai di situ. Beliau terus memberi informasi kepada insan pers di daerah ini, terkait dengan perkembangan usaha yang dilakukan Muhammadiyah Sumbar dalam merajut pengembangan kerja sama tersebut.


***


Sebagai praktisi jurnalistik sejak 1998, saya mencatat ada dua ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumbar yang ‘senang berurusan’ dengan insan pers dan insan pers senang pula berurusan dengan beliau, yakni Bapak Drs. H. RB Khatib Pahlawan Kayo dan Bapak Dr. H. Shofwan Karim Elha, MA. Keduanya memiliki pola interaksi dan kekhasan komunikasi tersendiri dengan jajaran pers.


Pak RB saya ketahui selalu terbuka terhadap insan pers dan senang berbagi informasi. Beliau suka berkunjung ke redaksi-redaksi surat kabar terbitan Padang. Beliau juga dengan senang hati membagi informasi tentang perkembangan dan aktifitas Muhammadiyah di Sumbar.


Saya bersama Gusmizar Sitohang (reporter Haluan waktu itu), amat terbantu dengan sukanya Pak RB berbagi informasi untuk disiarkan melalui media massa. Ketika Kota Padang sedang kering berita, kami pasti mampir ke Masjid Taqwa untuk bertemu beliau. Kalau sudah seperti itu, kami bisa membawa ke kantor banyak informasi yang bila diolah, dapat menjadi dua hingga tiga berita.


Pada ketika yang lain, Pak RB juga menjadi penulis. Artikel-artikelnya banyak dimuat media massa terbitan Padang. Khusus untuk Harian Singgalang, jumlahnya sudah tak terkira lagi.


Sebab, selain atas inisiatif beliau sendiri, Redaksi Singgalang juga sering meminta beliau menyiapkan tulisan yang akan diterbitkan, termasuk di antaranya untuk Rubrik Hikmah Ramadhan dan Suluah Hiduik yang hingga kini masih tetap beliau isi untuk diterbitkan pada setiap edisi Minggu.


***


Dalam kaitannya dengan era kekinian, Muhammadiyah di Sumbar, sejak dari wilayah hingga cabang dan ranting dituntut untuk rajin berbagi informasi. Muhammadiyah sudah dapat dikategorikan sebagai badan publik. Orang banyak berhak tahu atas apa yang dilakukan Muhammadiyah.


Tirulah kepemimpinan Pak RB di Persyarikatan Muhammadiyah. Beliau adalah tipe pemimpin ‘pemakan kerupuk’. Kendati harganya murah, tapi derak-deruk kerupuk yang beliau kunyah tidak hanya dinikmati telinga beliau sendiri, tetapi juga dapat didengar dan dinikmati orang-orang yang ada sekitarnya.


Bila pemimpin Muhammadiyah adalah tipe ‘pemakan gulai rebung’, maka rugilah dia. Rugilah Muhammadiyah. Rugilah orang banyak. Gulai rebung itu enaknya bukan main, tapi sayang, derak-deruknya hanya bisa dinikmati oleh yang memakannya saja. Orang-orang yang ada di sekitarnya, manalah tak dapat merasakan lezatnya, tidak pula dapat mendengar irama derak-deruknya itu.


Dialog interaktif yang kita laksanakan kali ini, bersamaan dengan Milad 70 Buya RB Khatib Pahlawan Kayo, diharap mampu menjadi motivasi dan batu loncatan bagi Muhammadiyah Sumbar untuk menjadi ‘pemain penting’ dalam percaturan informasi yang kian hari semakin ketat.


Jajaran Pimpinan Wilayah Muhammadiyah yang merupakan kumpulan orang-orang ahli di berbagai bidang, diharap bisa tampil menjadi penulis-penulis artikel handal di media massa. Bersamaan dengan itu, kita juga berharap, mereka menjadi orang yang punya hubungan baik dengan pers, sehingga pada peristiwa-peristiwa penting, mereka akan senantiasa dicari wartawan untuk menjadi narasumber ahli. Hal serupa juga harus dilakukan jajaran Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah.


Sebagai praktisi pers yang memiliki Nomor Kartu Tanda Anggota Muhammadiyah (NKTAM), saya kecewa, hampir tidak pernah jajaran pimpinan Muhammadiyah dijadikan narasumber oleh wartawan, walaupun sebenarnya banyak peristiwa di sekitar kita yang punya keterkaitan erat dengan bidang kerja Muhammadiyah atau bidang keahlian jajaran pimpinan Muhammadiyah. Ada ketua PDM yang tak pernah diwawancara wartawan, banyak pimpinan Muhammadiyah yang namanya tak pernah dikutip media massa sama sekali.


Muhammadiyah Sumbar adalah organisasi besar. Ada ratusan amal usaha yang kini sedang dikelola dengan sungguh-sungguh. Ada badan-badan sosial yang butuh dukungan publik. Ada unit-unit usaha ekonomi. Lembaga-lembaga pendidikan. Semua itu merupakan tambang informasi yang luar biasa tinggi nilainya bila terkomunikasikan kepada publik melalui media massa.


Kini sudah tiba saatnya Muhammadiyah Sumbar punya bank informasi yang akan memasok kabar berita kepada publik menggunakan jasa media massa. Bisa saja namanya: Bank Informasi Muhammadiyah Sumbar, Badan Koordinasi Kehumasan (Bako Humas) Muhammadiyah Sumbar, atau nama lain yang disepakati dan memenuhi aturan yang berlaku di Muhammadiyah.


Bank informasi itu secara berkesinambungan menghimpun informasi-informasi Muhammadiyah dan amal usahanya, serta mendistribusikannya ke media massa. Bank informasi itu menjalin komunikasi intensif dengan insan pers, baik di Padang maupun daerah-daerah. Bank informasi itu, bila dana dan sumber daya manusia sudah memadai, bisa pula menerbitkan majalah, tabloid, atau apalah namanya, memainkan kembali peran yang pernah dipunyai Tabloid Gema Muhammadiyah, Majalah Menara, Tabloid Menara, dan Tabloid Kiprah Muhammadiyah.


Dan, nama Bapak Ramlis B. Khatib Pahlawan Kayo sepatutnya kita jadikan referensi, kamus berjalan, dan pembina utama Bank Informasi Muhammadiyah Sumbar tersebut.


 DUSUN PERTAMA DI MINANGKABAU 


Pada kesempatan lain, saya berdiskusi panjang dengan almarhum di kampung halamannya; Jorong Batur, Nagari Sungai Jambu, Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar. Walaupun bermukim di Padang, namun kecintaan beliau terhadap kampung halamannya sangat tinggi.


Salah satu bukti kecintaan itu adalah dengan terus menggali referensi terhadap keberadaan Jorong Batur itu sejak masa silam. "Jorong Batur ini adalah dusun pertama di Minangkabau," katanya pada waktu itu.


Menurutnya, kalau Nagari Pariangan dikenal sebagai nagari tuo di Minangkabau, maka Batur yang berada dalam wilayah Nagari Sungai Jambu adalah taratak tuo. Belanda mencatat, Batur merupakan dusun pertama di Minangkabau.


Penyusun Buku Taratak Tuo Galundi Nan Baselo itu menjelaskan, di Batur pada tahun 1935, saat Batur baru dihuni sekitar 600 jiwa penduduk, Belanda telah menyebutnya sebagai dusun pertama di Minangkabau, karena secara geografis sudah berada di pinggang Gunung Marapi.


“Sebagaimana kita ketahui dalam tambo, Gunung Marapi merupakan tempat turunnya nenek moyang orang Minangkabau untuk pertama kalinya. Di Batur terdapat lima situs warisan budaya Minangkabau, menjadi fakta betapa Batur memiliki posisi strategis di masa-masa awal Minangkabau,” katanya.


Bila menilik kepada sejarah, menurutnya, di Batur hanya terdapat dua suku induk, yakni caniago dan piliang. Caniago mempunyai 15 buah rumah adat dan 15 orang penghulu adat di bawah kepemimpinan Dt. Parpatiah Nan Sabatang, sementara suku piliang memiliki 13 rumah adat dan 13 orang penghulu adat di bawah kepemimpinan Dt. Katumanggungan.


Dahulu terdapat 20 buah surau, sebuah masjid, dan sebuah balai adat. “Di dalam tambo dikisahkan, Batur berasal dari kata ba-atur dan dalam Bahasa Sanskerta batue. Artinya saudara atau keluarga. Kini Batur berstatus sebagai salah satu jorong dalam wilayah Nagari Sungai Jambu. Disebut sebagai dusun pertama, karena di sinilah bermukimnya rombongan yang turun dari Taratak Tuo Galundi Nan Baselo,” jelasnya.


Khatib Pahlawan menyebut, Batur  bila dilihat dari topografi yang ada saat ini, maka patut diduga, rombongan nenek moyang orang Minangkabau menetap di sini yang kemudian perkampungannya berkembang menjadi koto dan nagari.


Ditemukannya lima situs budaya Minangkabau di Batur, imbuhnya, menjadi bukti betapa perkampungan ini memang memiliki nilai penting dalam sejarah Minang. Situs-situs budaya itu adalah Galundi Nan Baselo, Sawah Gadang Satampang Baniah, Batu Sajamba Makan, Parumahan, dan Batu Manitiak.


Kelima situs cagar budaya itu, jelasnya, telah menjadi cerita rakyat yang berkembang turun-temurun. Bahkan, tegasnya, kelima situs ini juga diceritakan di dalam Tambo Alam Minangkabau.


“Dalam sebuah peta bumi yang dibuat tahun 1893 digambarkan dengan jelas letak Batur, Nagari Sungai Jambu, Jambak Ulu Bulan Sariek, Lubuk Antan, dan juga lokasi situs-situs cagar budaya yang ada di kawasan perkampungan yang terletak di pinggang Gunung Marapi ini,” jelasnya.


***


Banyak hal sesungguhnya yang pernah saya diskusikan bersama beliau. Ketika diskusi itu berlangsung dalam konteks wawancara dengan kapasitas saya pribadi sebagai wartawan, maka semuanya sudah dikemas dan menghiasi halaman demi halaman surat kabar Harian Umum Singgalang.


Saya optimis, pokok-pokok pikiran beliau itu, khususnya yang sudah diterbitkan oleh melalui media massa itu, kini sudah diserap dan diaplikasikan oleh banyak pihak di kehidupan sehari-hari. Semoga menjadi amal jariyah bagi beliau. Amin.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad