Sambutan Hangat untuk Gerakan Satu Madrasah Satu Berita - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

26 Maret 2023

Sambutan Hangat untuk Gerakan Satu Madrasah Satu Berita

TANAH DATAR, potretkita.net - Gagasan Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sumatera Barat, berupa inovasi Satu Madrasah Satu Berita, mendapat sambutan hangat dari Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 14 Tanah Datar.


Madrasah yang berkampus di Jorong Koto Nan Tuo Nagari Barulak, Kecamatan Tanjung Baru itu, langsung menindaklanjutinya dengan melatih keterampilan bagi pendidik dan tenaga kependidikan menulis berita, feature, dan artikel untuk diterbitkan melalui media massa, Sabtu (25/3), di Lokal 8.3 Komplek Madrasah itu.


Wakil Kepala Madrasah sekaligus Ketua Panitia Hamdan menjelaskan, pelatihan diikuti guru dan tenaga administratif di dua madrasah berterangga, yaitu MTsN 14 dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Tanah Datar. “Pimpinan madrasah ini juga ikut dalam pelatihan, termasuk kepala madrasah,” jelasnya.


“Atas dukungan yang diberikan pimpinan madrasah, para guru, tenaga administratif, dan para narasumber, kami menyampaikan terima kasih. Narasumbernya adalah Wartawan Utama Musriadi Musanif dari Harian Singgakang, dan Mustafa Akmal dari Harian Padang Ekspres,” katanya.


Kepala Madrasah Afrizal Dt. Sabatang, M.Pd, saat memberi arahan pada pembukaan pelatihan menjelaskan, menyadari pentingnya usaha penyebarluasan informasi di era globalisasi dan digitalisasi saat ini, pihaknya langsung membekali para guru dan tenaga kependidikan dengan keterampilan jurnalistik, langsung bersama para praktisi.


Selain itu, ujarnya, pelatihan juga untuk menindaklanjuti arahan Kepala Bidang Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Sumbar H. Hendri Pani Dias, dalam bentuk gerakan bersama satu madrasah satu berita. Pelatihan itu, ujarnya, mengusung tema Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa Menuju Era Digitalisasi.


Kegiatan ini disambut antusias oleh peserta. Sajian materi dari kedua narasumber mampu menarik peserta bertanya, terkait tips dan trik menulis berita layak publish  di media massa cetak dan online.


“Pemateri juga memberikan motivasi kepada peserta untuk menulis; Mulailah menulis, ide itu dijemput, direkam dan dieksekusi segera. Menulis adalah keterampilan, maka lakukan terus-menerus agar terbiasa dan mampu menghasilkan karya terbaik,” kata dua peserta; Yessina Dewi dan Rieni Hasinah Putri, mewakili rekan-rekannya.


Selama kegiatan berjalan, peserta langsung praktik menulis. Di puncak kegiatan, dipilih beberapa hasil tulisan peserta untuk dikupas dan diedit bersama-sama dengan narasumber, sehingga di akhir kegiatan peserta mampu menulis satu berita.


Musriadi yang juga sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Tanah Datar, saat menyampaikan materi menegaskan, menulis produk informasi memerlukan struktur yang sistematis. Dengan demikian, ujarnya, maka setiap penulis harus memperhatikan tata aturannya.


“Ada rambu-rambu yang harus dipatuhi. Kendati demikian, jangan pula lantaran takut dengan aturan itu, kita malah tidak berbuat sama sekali. Tulislah apa saja, tidak peduli bagaimana tak berhubungannya kalimat-kalimat itu. Pokoknya, mulai sajalah dulu,” tuturnya.


Setelah itu, imbuhnya, baru kemudian ditata sesuai dengan sistematika penulisan. Kalau untuk berita, ujarnya, awali dulu dengan informasi-informasi penting seperti jawaban atas pertanyaan apa, kapan, dan dimana. Setelah itu, baru kemudian menjawab siapa, dan kenapa.


Menurut Musriadi, paragraf-paragraf berikutnya usahakan bisa menjawab pertanyaan bagaimana. Di sini kita bisa berpanjang-panjang. Semakin kita cermat kita meliput peristiwa itu, maka kian banyak pertanyaan bagaimana dapat dijawab. Dahulukan informasi yang paling penting dan punya relevansi dengan topik, makin ke ujung, makin berkurang pentingnya.


“Ikat pembaca dengan lead atau paragraf pertama yang menarik, sehingga mereka mau berlanjut ke paragraf kedua dan seterusnya. Rugilah kita, bila berita, feature, dan opini yang ditulis hanya dibaca orang sampai paragraf pertama saja, setelah itu dia berpindah ke tulisan lain, dan kita ditinggalkan begitu saja,” tuturnya.


Dia mengingatkan, para penulis informasi itu harus menyadari, setiap karya tulis yang mereka produksi, lalu kemudian diterbitkan media massa, sehingga beralih status menjadi karya jurnalistik, dibuat adalah untuk pembaca, bukan untuk penulisnya.


“Informasinya adalah kepentingan pembaca, bukan kepentingan penulis atau media massa yang menerbitkan. Jangan masukkan opini Anda ke dalam berita yang ditulis. Kalau ingin beropini juga, maka tulislah feature atau artikel,” sebut Musriadi.(rel/mus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad