TANAH DATAR, potretkita.net - Air hujan mengandung es turun di Kabupaten Tanah Datar. Persisnya di Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo dan Nagari Atar Kecamatan Padang Ganting.
Zainal Abidin Palimo Sati dari Dinas Sosial PPPA dan Agusril dari BPBD Tanah Datar mengabarkan pada platform WhatsApp Group Infomasi PB-TD, untuk hujan es di Nagari Batu Bulek dilaporkan masyarakat di Ladang Laweh, sedangkan di Atar laporannya terjadi di Jorong Taratak XII.
"Butiran-butiran air hujan mengandung es itu terjadi saat hujan rinai, Sabtu (8/4) sekira pukul 17.15 WIB. Setelah itu baru datang hujan lebat yang disertai angin kencang. Alhamdulillah, sampai hujan lebat reda sekitar pukul 18.45 WIB, tidak ada laporan terjadinya musibah atau bencana," ujarnya.
Peristiwa hujan mengandung butiran es dalam ukuran bisa mencapai sebesar kelereng kerap terjadi di Indonesia. Fenomena alam itu memancing perhatian dan sering menimbulkan berbagai persepsi dan spekulasi.
Pakar Klimatologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Emilya Nurjani menyebut, hujan es atau sering disebut hail, merupakan hasil dari pembentukan awan Cumulonimbus yang tumbuh vertikal melebihi titik beku air.
Awan ini tumbuh di ketinggian sekitar 450 meter di atas permukaan laut (mdpl), hingga bisa mencapai 10.000 mdpl pada saat udara dalam kondisi tidak stabil.
“Awan bagian bawah (awan panas) mengandung uap air yang turun sebagai hujan yang kita kenal, sedangkan bagian atas awan (awan dingin) mengandung es. Bagian ini yang jatuh sebagai hail karena suhu udara di permukaan, mendukung kristal es tetap membeku walau ukuranya lebih kecil,” katanya.
Menurutnya, di negara-negara empat musim, hail yang jatuh berukuran besar pada saat musim dingin karena suhu udara di permukaan juga dingin sehingga hail yang turun tidak mengalami pencairan. Penyebabnya kelembaban udara yang tinggi serta massa udara yg tidak stabil dan suhu permukaan bumi yang mendukung.
Namun, ujarnya sebagaimana dikutip dari laman resmi UGM, yang terjadi di negara tropis lebih kepada fenomena cuaca mempunyai dampak skala horizontal dan waktu yang berbeda-beda.
Awan stratus yang tidak tebal dan mengandung air sehingga hujan yang turun durasi pendek, hujan ringan sampai sedang, wilayah yang terdampak sekitar ratusan meter hingga 2 km. Begitu juga dengan awan Cumulonimbus (Cb), tumbuh vertikal ke atas, tetapi tidak lebar sehingga wilayah terdampak juga tidak luas, tetapi hujannya cukup deras.
Penyebab utama fenomena hujan es, ini menurutnya, lebih banyak disebabkan oleh kondisi alam yaitu kelembaban tinggi, massa udara yang tidak stabil serta suhu permukaan bumi yang mendukung. Namun, juga terjadi akibat perubahan suhu udara di troposfer bagian atas tempat terbentuknya awan-awan yang mengandung es.
“Jika suhu di permukaan bumi cukup rendah maka kristal es akan mencapai bumi dalam bentuk es atau hail, tetapi kalau suhu di permukaan bumi cukup panas maka kristal es akan sampai di permukaan bumi sebagai hujan yg kita kenal,” katanya.(foto dan video dari zainal abidin, ed. mus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar