PADANG PANJANG, potretkita.net - Perkampungan Minangkabau atau Minang Village, berada di Silaing Bawah, Kota Padang Panjang. Itu adalah sebutan lama. Beberapa tahun belakangan, sebutannya berubah menjadi Minang Fantasi atau Mifan.
BACA JUGA
- Pesona Liburan Lebaran di PDIKM
- Bustanul Arifin, PDIKM, dan Kemegahan Padangpanjang
- Si Belanda yang Memihak Republik
Destinasi wisata air dengan berbagai wahana itu, dikembangkan oleh investor. Sempat booming dan jadi tempat wajib dikunjungi ketika Anda berada di Sumatera Barat. Kini, di kawasan itu terdapat penginapan eklusif dalam wajah cottage. Ramai juga orang menginap di sana.
Di Komplek Mifan itu juga terdapat ruang pertemuan. Berbagai kegiatan berskala lokal dan iven keluarga, kerap dilakukan di situ.
Bicara Minang Village, tentu belum lengkap kalau tidak menyinggung Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIM). Posisinya persis di bagian depan. Menjadi etalase ketika Anda berkunjung ke Minang Village itu.
Sejak terus dibenahi, PDIKM kini tumbuh menjadi destinasi wisata yang banyak dikunjungi. Apalagi saat liburan lebaran Idul Fitri. Bagi perantau dan mereka yang pernah menuntut ilmu di Padangpanjang, berkunjung ke komplek PDIKM merupakan nostalgia yang tiada tara.
"Semasa sekolah dahulu, kami sering ke sini untuk belajar di alam lepas. Apalagi setelah dilengkapi pula dengan Minang Village," ujar Anas (52), warga Riau yang pernah belajar di Padang Panjang pada 1985-1988 silam.
PDIKM memang merupakan salah satu destinasi fenomenal di kota kecil yang berada di kaki Gunung Marapi dan Singgalang itu. Kawasan yang terletak di lahan sekitar dua hektar, dengan bangunan utamanya adalah rumah gadang tempat terdokumentasinya dengan baik berbagai referensi dan manuskrip, mulai dibangun pada 8 Agustus 1988 dan diresmikan 19 Desember 1990. Tidak kurang dari tiga ribu dokumen tentang adat budaya Minangkabau tersimpan rapi di museum ini.
Data yang diperoleh dari beberapa sumber di jaringan internet, pada 17 Desember 1990 atau dua hari menjelang peresmiannya, koleksi yang terdapat di PDIKM sudah cukup banyak, buku-buku sebanyak 2.206 eksemplar, majalah (1.500), album foto (100), poster (600), micro film (100 rol), kaset (126), alat kesenian 15 jenis, dan lain-lain.
Koleksi buku yang terdapat di PDIKM merupakan buku-buku tentang Minangkabau yang diterbitkan sebelum 1942, menggunakan tulisan Arab Melayu dan Latin, berbahasa Belanda, Minangkabau, dan lain-lain. Sedangkan koleksi fotonya, sebagian besar ada repro dari foto-foto lama, mulai dari zaman sebelum perang dunia kedua.
Bangunan utama di Komplek PDIKM itu kini sering pula disebut sebagai Museum Bustanul Atifin, pendiri Yayasan Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (YDIKM) yang merintis, mendirikan dan mengembangkan kawasan PDIKM itu.
Bangunan utamanya merupakan hasil kolaborasi antara dua orang yang berpengaruh kala itu; Bustanil Arifin putra asli Padang Panjang yang pernah menjabat sebagai kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) dan menteri Koperasi, serta Anas Navis yang merupakan adik dari A.A Navis beserta rekannya Pau yang merupakan dosen IKIP Padang kala itu.
Pada 1 Desember 2015 yang bertepatan dengan Hari Jadi Kota (HJK) Padang Panjang, dilakukanlah serah terima hibah YDIKM dari keluarga besar Bustanil Arifin kepada Pemko pada sidang paripurna HJK ke-225. Saat penyerahan itu, seluruh keluarga besar Bustanil Arifin, baik yang di dalam negeri maupun luar negeri, datang untuk hadir menyaksikan penyerahan hibah YDIKM ke Pemko.
Hal ini membuat istri Alm. Bustanil Arifin, Raden Ayu Suhardani merasa sangat bahagia. Karena pada momentum itu keluarga besarnya dapat berkumpul bersama.
Setelah dilakukan penyerahan hibah dari keluarga Bustanil Arifin ke Pemko, sebagaimana dipublikaskan Dinas Kominfo Padangpanjang, nama yang dulunya PDIKM berubah menjadi Museum Bustanil Arifin PDIKM Kota Padang Panjang.
Guna mempercantik kawasan ini, Pemko melakukan revitalisasi di antaranya di samping bangunan Museum PDIKM, juga sudah terdapat bangunan Balai nan Bapaneh yang biasa digunakan untuk pertunjukan seni. Di halaman sekitar kawasan PDIKM, juga bisa dijumpai berbagai jenis tumbuhan dan bunga yang indah dan cantik.
Buat yang ingin mengabadikan momen, di sini juga terdapat spot-spot menarik dengan latar belakang Rumah Gadang ini. Di sekitaran taman juga disediakan tempat-tempat duduk bagi para pengunjung yang ingin beristirahat. Selain diteduhi pohon beringin yang berdiri kokoh, kawasan PDIKM juga dilengkapi gazebo, dan taman-taman yang indah.
Museum dengan arsitektur Rumah Gadang Minang ini didirikan pada 8 Agustus 1988 dan diresmikan pada 17 Desember 1990. Awalnya bernama Yayasan Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (YDIKM) milik keluarga besar Bustanil Arifin.
Sosok keluarga besar Bustanil Arifin sendiri di mata Medi Rosdian merupakan sosok dermawan dan suka berbagi dan sangat tulus untuk Kota Padang Panjang. Semasa hidupnya, Bustanil Arifin yang wafat pada 13 Februari 2011 banyak membantu Padang Panjang.(MUSRIADI MUSANIF)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar