MEDAN, POTRETKITA.net -- Mengelola perusahaan, lalu kemudian berkembang dengan pesat, tidaklah cukup hanya dengan modal uang, cek, dan rekening bank yang gemuk saja. Memerlukan banyak aspek selain materi itu. Modal sosial, misalnya. Hal inilah yang dibuktikan PT. Antar Lintas Sumatera (ALS).
foto-foto dari ALS Mania di grup facebook |
''Supir dipercayai menjaga dan merawat satu bus, sesuai dengan rute perjalanan masing-masing yang sudah ditentukan perusahaan. Aplikasi kepercayaan ini juga berlaku untuk penumpang. Modal sosial inilah tonggak utama keberhasilan perusahaan,'' tulisnya dalam bentuk skripsi berjudul Pemanfaatan Modal Sosial sebagai Strategi dalam Meningkatkan Pengguna Jasa Transpotasi PT Antar Lintas Sumatera di Medan.
Dalam kesimpulannya, Fadlan menyebut, pemanfaatan modal sosial berupa jaringan, juga memiliki peran yang tidak kalah penting dan berpengaruh dalam proses pengelolaan dan pengoperasian bus ALS. Adapun jaringan yang terjalin antara perusahaan dan instansi lain yaitu pihak Kepolisian, Dinas Perhubungan, Jasa Raharja, dan karoseri atau bengkel di masing-masing cabang ALS yang ada.Jaringan ini tentu sangat mempengaruhi peningkatan pengguna jasa bus, karena merasa lebih aman dan nyaman serta terlindungi. Pengguna jasa merasa dinaungi oleh pihak keamanan negara yang berwenang, selama dalam perjalanan pergi hingga sampai ke tujuan yang diinginkan dengan selamat dan bahagia.
Pemanfaatan modal sosial berupa norma adalah pemanfaatan modal sosial yang juga diaplikasikan ALS. Adapun norma yang berlaku di lingkungan perusahaan adalah norma kesopanan. Hal ini berlaku untuk perusahaan, karyawan, supir dan pengguna jasa.Begitu juga dengan hubungan timbal baliknya, agar tetap mematuhi tata tertib dan menjunjung tinggi adab sopan santun antar sesama. Norma yang berlaku ini tidak memandang etnis di lingkungan ALS yang mendominasi etnis Mandailing, karena berdasarkan penelitian yang ditemukan, tidak ada perbedaan sikap dan perilaku yang diberikan kepada penumpang ataupun karyawan kantor dan lapangan, jika beretnis Mandailing ataupun tidak.
ALS memandang seluruh etnis harus mematuhi peraturan yang berlaku di perusahaan dalam pengoperasian bus mereka.
Kuatnya modal sosial dalam semua jejaring ALS, juga dapat dilihat dari slogan yang berkembang, baik di kalangan sopir maupun penumpang, yaitu: NAIK SEBAGAI SEWA, TURUN JADI SAUDARA. Slogan itu, boleh jadi karena lamanya waktu terpakai di perjalanan untuk trayek yang jauh, tapi boleh jadi juga karena keramahtamahan dan sopan santun yang dijunjung tinggi selama dalam perjalanan, termasuk untuk trayek dengan rute-rute pendek.(mus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar