Harga Kuliner di Objek Wisata Kerap Jadi Persoalan - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

23 September 2021

Harga Kuliner di Objek Wisata Kerap Jadi Persoalan

TANAH DATAR, POTRETKITA.net - Persoalan harga kuliner di tempat-tempat wisata kerap jadi persoalan. Konsumen merasa, harga dipermainkan sesuka pedagang, sehingga berdampak negatif terhadap pengembangan kepariwisataan. 

Peserta pelatihan foto bersama Bupati Tanah Datar Eka Putra.

Bupati Tanah Datar Eka Putra berharap, masalah seperti itu jangan sampai terjadi pula di Luak Nan Tuo. Dunia wisata kita harus dikelola dengan mengedepankan ketamahtamahan, bersih, higienis, dan dijual dengan harga yang pantas, sehingga wisatawan menjadi nyaman.


‘’Pelatihan yang Saudara ikuti saat ini, penting untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Tanah Datar. Kalau pengunjung merasa nyaman, maka mereka akan turut mempromosikan. Utamakanlah keramahtamahan, kehigienisan, dan daftar harga yang jelas di setiap objek wisata,’’ katanya, Selasa (21/9), saat memberi arahan ada pelatihan yang dilaksanakan Dinas Parpora Tanah Datar itu.


Bupati menyatakan, Kabupaten Tanah Datar dikenal dengan budayanya. Untuk, sebut Eka, mari kita berikan senyuman dan tampilkan kesopanan dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung. Dengan begitu, imbuhnya, pelaku UMKM yang ikut pelatihan, bisa memanfaatkan peluang ini untuk menggali ilmu dalam meningkatkan inovasi dan higienitas sajian kuliner.


Kepala Dinas Parpora, Abdul Hakim mengatakan, kegiatan ini diikuti sebanyak 50 peserta yang berasal dari pengelola usaha kuliner, serta karyawan dibidang usaha jasa makanan dan minuman pada destinasi yang ada di Tanah Datar.


“Ini untuk meningkatkan pengetahuan, motivasi dan kemampuan para pengelola usaha kuliner dalam berinovasi, serta meningkatkan higienitas sajian kulinernya agar lebih berkualitas dan bernilai jual,” katanya.


Pihaknya mendatangkan narasumber dari unsur pemerintahan, akademisi, industri dan praktisi. Sedangkan pelatihan itu sendiri dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah atau tanya jawab serta diskusi, kemudian praktik penerapan inovasi dan higienitas dalam sajian. (musriadi musanif)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad