LIMAPULUH KOTA, POTRETKITA.net - Bonggol pisang bila diolah sedemikian rupa, bisa menjadi pupuk organik terbaik, sehingga akan meningkatkan produksi peryanian. Sementara kotoran sapi bila tak diolah dengan baik bisa mencemari lingkungan.
| ilustrasi dari kampustani.com |
Afriani mengutarakan hal, saat melakukan
pengabdian masyarakat bersama tim dosen lainnya; terdiri dari Prof. Hj. Endang Purwati, Ph.D.,
Rahmi Wati, M.Si., dan Yolani Utami, M.Si. tim juga didukung sejumlah
mahasiswa, sementara kegiatan dipusatkan di Kelompok Usaha Mitra Blue Garden Jorong
Tanjung Jati, Nagari VII Koto Talago, Kecamatan Guguak, Kabupaten Limapuluh
Kota.
Dikatakan, pembuatan biourine dapat
dilakukan dengan penambahan mikroorganisme yang membantu perombakan
(dekomposer) unsur hara pada urin, dimana biasanya masyarakat menggunakan EM4
yang dijual secara komersil. Namun, tegasnya peternak dapat membuat sendiri
dekomposer ini dengan memanfaatkan limbah pertanian yang ada dilingkungan
peternakan, salah satunya adalah bonggol pisang.
Menurutnya, bonggol pisang memiliki
berbagai jenis mikroorganisme lokal (MOL) yang dapat berfungsi sebagai
perombak, diantaranya yaitu
Laktobacillus sp., Pseudomonas sp., Aeromonas., Aspergillus nigger.,
Azospirillium dan Azotobacter, mikroba pelarut phospat dan mikroba selulotik.
‘’Pemanfaatan kedua teknologi itu perlu
disebarluaskan ke masyarakat untuk meningkatkan pemanfaatan limbah pertanian
dan peternakan, serta memberikan nilai tambah secara ekonomis bagi peternak.
Hal ini pulalah yang melatarbelakangi Tim Pengabdian Masyarakat Skim Program
Kemitraan Masyarakat Membantu Usaha Berkembang Unand untuk melakukan kegiatan
edukasi pemanfaatan MOL bonggol pisang untuk pengolahan biourine sapi,’’
jelasnya.
Bonggol pisang yang merupakan limbah hasil
penebangan pisang, imbuhnya, difermentasi selama 14 hari dengan menambahkan
gula merah dan air cucian beras. Setelah proses fermentasi selesai, tambah
Afriani, dilakukan pembuatan biourine sapi dengan menambahkan MOL bonggol
pisang pada urine sapi dengan perbandingan 40:60 dan difermentasi lagi selama
14 hari.
‘’Biourine sapi dapat diaplikasikan pada
tanaman dengan cara dicampurkan dengan air perbandingan 1:5, baik dengan
disemprot pada daunnya, ataupun langsung di siram pada tanaman yang berguna
sebagai pupuk cair. Selain sebagai pupuk cair biourine sapi juga dapat
digunakan sebagai pestisida organik,’’ terangnya.
Tim dosen ini menekankan, biourine memiliki
keunggulan tersendiri, yaitu mengandung mikroorganisme yang jarang terkandung
dalam pupuk padat dalam bentuk kering. Penggunaan secara terus menerus tidak
akan merusak tanaman dan juga mampu mengatasi defisiensi hara dan penyedia
unsur hara bagi tanaman. Biourine sapi memiliki kualitas yang tidak kalah
dengan pupuk kimia yang beredar di pasaran, juga dapat menjadi alternatif untuk
menghemat pengeluaran terutama bagi petani kecil.
Urin sapi, kata Afriani, memberikan
pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman, karena mengandung zat untuk
mengatur pertumbuhan diantaranya Indole Aceti Acit (IAA), dan bau yang khas
bisa mencegah hama tanaman, sehingga dapat menjadi pestisida bagi tanaman.(musriadi musanif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar