Warga Muhammadiyah Diminta Jeli Ambil Rujukan - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

24 Februari 2022

Warga Muhammadiyah Diminta Jeli Ambil Rujukan

YOGKAYARTA, POTRETKITA.net - Warga Muhammadiyah diminta jeli dalam mengambil rujukan, terutama terkait ayat-ayat dakwah dan penggunaan dalil-dalil, sehingga tidak cenderung kaku, jumud, atau keliru.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir menyatakan, warga Persyarikatan Muhammadiyah harus meluaskan pengetahuan tentang perintah dakwah Islam yang diajarkan dalam Alquran, dan harus mengambil rujukan yang jelas, sehingga dakwahnya tidak cenderung kaku dan jumud.


Jika mengalami kesulitan dengan cara memahami Alquran dan perintah-perintahnya, kata dia, warga persyarikatan bisa merujuk kepada putusan-putsan dan manhaj Tarjih Muhammadiyah. Di era media digital sekarang, katanya, seluruh warga persyarikatan terlebih para kader dan pimpinan untuk lebih jeli dalam mengambil rujukan masalah keagamaan.


“Bacalah Manhaj Tarjih, pemikiran-pemikiran Muhammadiyah yang begitu kaya. Jangan sampai kita para pimpinannya justru tidak membaca, tidak memahami, tidak menghayati, sehingga paham dan praktik Islam kita di Muhammadiyah ini membawa kehendak sendiri yang tidak ada dalam frame organisasi,” urai Haedar, sebagaimana disiarkan situs resmi muhammadiyah.or.id.


Menurutnya, pengetahuan instan paham keagamaan yang disajikan oleh media digital jangan sampai menggeser cara pandang milik sendiri, yaitu Manhaj Tarjih Muhammadiyah. Rujukan ke Manhaj Tarjih Muhammadiyah diharapkan ketika mengajak kepada kebaikan atau berdakwah, bisa sesuai dengan koridor dan frame organisasi.


Haedar menjelaskan, ayat rujukan yang digunakan warga persyarikatan dalam berdakwah jangan dibaca dan dipahami sepenggal-sepenggal. Karena tidak cukup memahami satu ayat tanpa membaca ayat lain, maka dalam konteks dakwah, metode dakwah tidak hanya amar makruf nahi munkar, karena ada opsi lain seperti yang disebutkan dalam QS An-Nahl 125.


“Jangan maunya setiap orang sendiri-sendiri menafsirkan dan mempraktikkan amar ma’ruf nahi munkar. Apalagi tidak wasathiyah,” imbuhnya.


Merujuk pada QS An Nahl ayat 125, disebutkan di dalamnya cara berdakwah ada tiga, yaitu dengan hikmah, pelajaran yang baik dan lemah lembut, dan opsi terakhri yaitu berdebat dengan baik. Rujukan-rujukan yang diberikan oleh Alquran menjadi aturan yang digunakan oleh pada da’I (pendakwah) supaya tidak berdakwah seenaknya sendiri.(*/mus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad