Museum dengan arsitektur Rumah Gadang Minang ini didirikan pada 8 Agustus 1988 dan diresmikan pada 17 Desember 1990. Awalnya bernama Yayasan Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (YDIKM) milik keluarga besar Bustanil Arifin.
Bangunan yang berdiri kokoh di atas tanah seluas dua hektare ini, merupakan hasil kolaborasi antara dua orang yang berpengaruh kala itu; Bustanil Arifin putra asli Padang Panjang yang pernah menjabat sebagai kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) dan menteri Koperasi, serta Anas Navis yang merupakan adik dari A.A Navis beserta rekannya Pau yang merupakan dosen IKIP Padang kala itu.
Pau yang memiliki kemampuan dari segi dana, disarankan Bustanil Arifin dan Anas Navis untuk membuat sebuah pusat dokumentasi informasi kebudayaan Minangkabau. Di dalamnya nanti diletakkan koleksi mulai dari buku, miniatur dan hal-hal yang menyangkut tentang kebudayaan Minangkabau hasil karya Anas Navis.
Tahun berlalu musim berganti, tepatnya pada tahun 2006 diadakan penandatanganan MoU antara Pemko Padang Panjang dengan Keluarga Bustanil Arifin tentang kerja sama pengelolaan kawasan YDIKM yang dulunya MoU ini hanya sampai tahun 2016. Namun menjelang tahun 2016, sudah ada mulai pembicaraan yang mengarah pada YDIKM ini akan dihibahkan ke Pemko.
Medi Rosdian selaku Kabid Pariwisata pada Dinas Pariwisata kala itu, saat ditemui kominfo, Selasa (22/2), merasakan pada saat akan dihibahkannya YDIKM ke Pemko niat hati dari keluarga Bustanil Arifin untuk menghibahkan YDIKM ke Pemko sangat besar. “Saya sangat salut sekali dengan keluarga ini. Karena hanya dengan komunikasi melalui email dan telepon, mereka berlapang hati untuk menghibahkan YDIKM ini ke Pemko,” katanya.
Menurutnya, setelah mendapatkan kesepakatan antara Pemko dengan keluarga besar Bustanil Arifin, pihaknya langsung menjadwalkan bagaimana teknis acara penghibahan YDIKM ke Pemko. Pada 1 Desember 2015 yang bertepatan dengan Hari Jadi Kota (HJK) Padang Panjang, dilakukanlah serah terima hibah YDIKM dari keluarga besar Bustanil Arifin kepada Pemko pada sidang paripurna HJK ke-225.
Saat penyerahan itu, seluruh keluarga besar Bustanil Arifin, baik yang di dalam negeri maupun luar negeri, datang untuk hadir menyaksikan penyerahan hibah YDIKM ke Pemko. Hal ini membuat istri Alm. Bustanil Arifin, Raden Ayu Suhardani yang sudah memasuki usia lanjut, merasa sangat bahagia. Karena pada momentum itu keluarga besarnya dapat berkumpul bersama.
“Saya masih ingat kala itu beliau berkata, ia sangat senang dan bergembira sekali. Karena jarang-jarang bisa berkumpul dengan keluarga besarnya seperti saat penyerahan hibah itu. Saya melihat keluarga ini juga sangat mencintai Padang Panjang. Hal ini dapat dilihat dari ketulusan hatinya yang dengan sukarela menghibahkan YDIKM ke Pemko. Kalau dihitung nilai asetnya, itu sudah miliaran dan nilai nonmaterialnya mungkin tak terhingga. Tapi dengan ketulusan hati dari keluarga ini dan bentuk kecintaan mereka terhadap Kota Padang Panjang, aset ini mereka percayakan ke Pemko,” ungkap Medi.
Dia menambahkan, sebelum beliau (Suhardani-red) menyerahkan YDIKM Padang Panjang, beliau memberikan syarat bahwa pengembangan YDIKM Padang Panjang agar direvitalisasi. Jangan asal jadi dalam merenovasinya. Serta jangan sampai mengubah dari tujuan berdirinya YDIKM, yaitu membantu para siswa, mahasiswa dan umum mempelajari adat Minangkabau. Medi pun menjawab, “Insyaa Allah Bu. Saya berjanji menjaga amanah Ibu,” ujar Medi.
Sosok keluarga besar Bustanil Arifin sendiri di mata Medi Rosdian merupakan sosok dermawan dan suka berbagi dan sangat tulus untuk Kota Padang Panjang. Semasa hidupnya, Bustanil Arifin yang wafat pada 13 Februari 2011 dan disusul istrinya kemarin (21/2), banyak membantu Padang Panjang. Untuk menghargai jasa-jasanya, nama Bustanil Arifin diabadikan Pemerintah Kota sebagai salah satu nama jalan.
Mendengar kabar duka, bahwa Suhardani kemarin telah berpulang, sontak membuat hati Medi bersedih. Karena sebagai putra asli daerah yang dari kecil hingga besar di Padang Panjang, sosok keluarga Bustanil Arifin sudah dikenal sebagai orang yang dermawan.
“Dulu masih ingat waktu saya masih kecil, saat Beliau pulang kampung ke Padang Panjang, mereka sering bagi-bagi. Baik dalam bentuk uang, maupun hal lainnya. Secara pribadi saya sangat sedih mendengar kabar kepergian Ibu Suhardani kemarin. karena saya pikir kita masih bisa berbuat banyak dengan beliau dengan pemikiran hebat yang dimilikinya. Saya secara pribadi turut berbelasungkawa yang sedalam-dalamnya,” ucapnya.
Secara terpisah, Walikota H. Fadly Amran, BBA Datuak Paduko Malano juga merasakan duka yang mendalam atas kepergian Suhardani Bustanil Arifin.
“Semasa hidup beliau merupakan sosok yang sangat dermawan. Pada tahun pertama jabatan saya, saya pernah ke Jakarta bertemu dengan Beliau dan mengucapkan terima kasih atas sumbangsih yang telah diberikan untuk pembangunan Kota Padang Panjang. Saya turut berduka cita atas kepergian Ibu Suhardani. Semoga Almarhumah ditempatkan di tempat yang sebaik-baiknya di sisi Allah SWT,” ujar Fadly.
Fadly menilai, keluarga Bustanil Arifin telah bersumbangsih dan berpengaruh terhadap kemajuan pembangunan di Kota Padang Panjang. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar Bustanil yang telah bersedia berlapang hati untuk menghibahkan YDIKM ke Pemko.
“Insya Allah aset ini akan kita jaga dengan baik, dan akan kita revitalisasi serta dikembangkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku tanpa mengubah bentuk dan tujuan pendirian dari PDIKM itu. Dan, tetap mengutamakan pesan-pesan yang disampaikan Beliau,” ucapnya.
Setelah dilakukan penyerahan hibah dari keluarga Bustanil Arifin ke Pemko, nama yang dulunya YDIKM, kini berubah menjadi Museum Bustanil Arifin PDIKM Kota Padang Panjang. Di sini setidaknya memiliki sekitar 3.000 lebih dokumen tentang Minangkabau dalam berbagai bentuk berkas.
Guna mempercantik kawasan ini, Pemko sudah mulai merevitalisasi di antaranya di samping bangunan Museum PDIKM, juga sudah terdapat bangunan Balai nan Bapaneh yang biasa digunakan untuk pertunjukan seni. Di halaman sekitar kawasan PDIKM, juga bisa dijumpai berbagai jenis tumbuhan dan bunga yang indah dan cantik.
Buat yang ingin mengabadikan momen, di sini juga terdapat spot-spot menarik dengan latar belakang Rumah Gadang ini. Di sekitaran taman juga disediakan tempat-tempat duduk bagi para pengunjung yang ingin beristirahat.
Di sini juga terdapat sebuah pondok atau gazebo yang bisa digunakan pengunjung untuk beristirahat sejenak bersama keluarga, yang diteduhi pohon beringin yang rindang.(RIFKI MAHENDRA, dinas kominfo pp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar