Dakwah Komunitas Strategi Baru Menembus Belantara Dakwah - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

29 Mei 2022

Dakwah Komunitas Strategi Baru Menembus Belantara Dakwah

Oleh Dr. Suhardin, S Ag., M Pd.

Materi Seminar Nasional dan Bedah Buku Anak Panah Sang Pencerah Dakwah Merambah 3T 

di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara,

Medan 31 Mei 2022 


TUGAS Dakwah yang diemban ummat dalam bentuk dua sisi, kerisalahan dan kerahmatan. Kerisalahan, meneruskan tugas Rasulullah SAW menyampaikan dinnul Islam kepada seluruh ummat manusia (QS. Al-Maidah (5): 67). Perintah langsung dari Allah SWT kepada para Rasul untuk menyampaikan ajaran-Nya sebagai sebuah amanah, Allah SWT menjamin keselamatan dari gangguan orang-orang kafir, Allah SWT tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.

Penyampaian risalah ketuhanan ini perlu dilakukan perencanaan, strategi, pendekatan, dan sistem organisasi yang rapi, untuk mendapatkan capaikan yang terukur, dilakukan dengan struktur yang kuat dan akseleratif (cepat dan berada di depan) agar mendapatkan kemenangan baik secara dunia maupun di akhirat kelak (QS. Ali-Imran (3): 104).


Kecepatan dakwah wujud dari keutamaan misi yang diemban dan keberadaan ummat Islam  di tengah kehidupan sosial, budaya dan politik. Ummat Islam menjadi sumber kekuatan untuk melakukan perubahan sosial, budaya dan politik. Perubahan dilakukan dengan transformasi kebaikan (ma’ruf) dan antisipasi kemungkinan munculnya hal-hal yang bertentangan (munkarat) di tengah kehidupan sosial, budaya dan politik. (QS Ali-Imran (3): 110). 


Kerahmatan, membuktikan bahwa Islam merupakan anugerah, nikmat, dan rahmat Allah SWT untuk sekalian alam QS. Al-Anbiya (21): 107) “Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam”.  Dakwah dikemas untuk memberikan kebahagiaan (happiness), kesejahteraan (welfare) dan memecahkan permasalahan (problem solving) sosial dan individual yang tengah dihadapi komunitas.


Transformasi nilai, doktrin, tuntunan keislaman dapat memberi harapan, optimisme, dan kegembiraan kepada individual dan komunitas di lingkungan tertentu. Panduan keislaman memberikan langkah yang tepat, benar dan akurat untuk kenyamanan diri dan ketentraman komunitas.


Soliditas antar individu di tengah komunitas terbangun dalam ikatan luhur yang bersumber dari ideologi dan nilai-nilai utama sehingga memberikan optimisme kehidupan masa depan yang terukur dan terprogram. Program, kegiatan, aktifitas individual dalam mengisi kehidupan dapat diukur, diakses, dan dikembangkan secara sistematis, sehingga memberikan kesejahteraan secara individual dan komunitas.


Kesejahteraan komunitas dan individual terintegrasi dalam sistem sosial yang penuh dengan solidity, kompak, akrab, welas kasih dalam bingkai ukhwah Islamiyah. Islam solusi konkrit, jawaban tepat, panduan akurat, tuntunan terarah dan pedoman yang jelas dalam menyelesaikan aneka permasalahan sosial dan individual yang  tengah dialami dan dirasakan oleh manusia di tengah komunitas.  


Muhammadiyah semenjak 1912 telah memberikan karya nyata untuk bangsa dalam menjalankan tugas kerisalahan dan kerahmatan. Kerisalahan dilakukan dengan eksplorasi dinnul Islam secara authentic, berusaha menggali, mengkaji dan mempelajari Islam dari sumber utama Al-Quran dan As-Sunnah mukhtabarah, secara kolektif,  jamai, sehingga menghasilkan produk dalam bentuk putusan tarjih Muhammadiyah. Putusan dilakukan dalam kajian dan metodologi yang tepat, transparan, valid  dan reliabel. 

Dikaji, dibahas oleh pakar yang sesuai dengan bayani, burhani dan irfani (epistemologi) sehingga menghasilkan kesimpulan yang argumentatif dan representatif. Kerahmatan dikembangkan beberapa pola dakwah pencerahan yang bersifat organisasional, institusional, strukturalisasi, sistemisasi, spesifikasi, standarisasi, terprogram, package (paket) dan treatment (tindakan nyata). Pengembangan dakwah yang dilakukan memberikan kebahagiaan (happiness), kesejahteran (walfare) dan jawaban terhadap permasalahan (problem solving) baik secara individual maupun secara komunitas.


Dakwah pencerahan yang yang dilakukan Muhammadiyah bersifat organisasional, institusional, strukturalisasi, sistemisasi, spesifikasi, standarisasi, terprogram, package (paket) dan treatment (tindakan nyata), dalam wujud pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial anak. Pendidikan yang dilakukan semenjak dari Pendidikan Usia Dini, Pendidikan Lanjutan Pertama, Pendidikan Menengah Atas, Pendidikan Tinggi pada jenjang diploma, Strata Satu, Strata Dua dan Strata Tiga dalam berbagai displin ilmu, Sosial,  Agama,  Teknik,  Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial.


Kesehatan yang dilakukan semenjak dari klinik, Rumah Sakit Tipe D, C, B dan A, menampung semua manusia tanpa membedakan agama dan keyakinannya. Kesejahteraan sosial dilayani semenjak anak yatim piatu, orang dalam gangguan jiwa, dan para senior yang membutuhkan layanan khusus. 


Tiga pilar dakwah pencerahan Muhammadiyah dilakukan secara profesional dengan penataan secara organisatoris, regulatif dan transformatif. Kegitaatan diwujudkan dalam bentuk satuan yang bersifat institusional, dibangun dalam struktur yang kuat, efisiensi dan efektif dengan menjalankan manajemen yang berbasis, sistemik, terukur, terpantau, terpola, dan terarah, dengan baik dan benar. Masing-masing institusi, satuan, unit memiliki legalitas, menjalankan kegiatan dalam program yang terukur, terpetakan secara metodologis, termonitor secara organisatoris, accountabilitas secara administratif.      


Pilar dakwah baru dikembangkan Muhammadiyah seiring dengan tuntutan perkembangan zaman, voluntary, philanthropy, disaster, dan empowerment. Philanthropy dilakukan dengan menghimpun donasi  dari berbagai sumber, baik dari amal usaha persyarikatan, institusi di luar persyarikatan dan personal yang mempercayai lembaga philanthropy Muhammadiyah, bergerak secara massif dari Cabang, Daerah dan Wilayah seluruh Indonesia.


Voluntary dilakukan dengan mensiapsiagakan kader khusus persyarikatan untuk terjun dalam berbagai kegiatan krisis yang dihadapi masyarakat di berbagai belahan, termasuk di luar negeri. Disaster dilakukan secara managerial semenjak dari persiapan ke lokasi bencana, pertolongan di tengah bencana dan rehabilitas pasca bencana.


MDMC telah banyak menorehkan amal shaleh, sucsest story di berbagai temapt, membuat Muhammadiyah semakin mendapatkan tempat di hati masyarakat di dalam negeri dan di luar negeri. Empowement (pemberdayaan) masyarakat berusaha semenjak dari diagnostic permasalahan, terapi permasalahan dan capaian yang dihasilkan. Baik dalam bidang pertanian, perikanan dan perkebunan. LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) banyak mendapatkan pujian di tengah masyarakat, sasaran pemberdayaan bukan hanya muslim tetapi lintas agama dan kepercayaan.   

  

Model sistem dakwah yang dilakukan Muhammadiyah dalam bentuk, pertama, Gerakan Dakwah Jamaah dan Jamaah Dakwah (GDJD), kajian dengan kurikulum yang berbasis pada pemahaman Islam berkemajuan. Pencerahan dilakukan dalam lingkungan jamaah tetap, termanitoring kemajuan kajian yang dikembangkan. Ustad yang memberikan kajian, memiliki kepakaran dan kapasitas keilmuan serta memiliki pemahaman yang utuh tentang Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah.


Kedua, dakwah kultural, gerakan dakwah Muhammadiyah yang tidak bertentangan dengan dengan kearifan lokal, kekayaan dan kazanah budaya setempat. Muhammadiyah berusaha untuk menempatkan dakwah yang konfrontatif dengan pemahaman dan budaya lokal yang tengah berkembang di lingkungan dakwah. Adaptasi dakwah dan kebudayaan langkah strategis dilakukan dalam upaya mobilisasi sosial, pengembangan jamaah, dan menjadikan Muhammadiyah bagian dari solusi di tengah oase kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan politik.   

  

Teknologi komunikasi, informasi, digitalisasi, membawa ke arah perubahan yang revolusioner, diantara hal yang dapat dirasakan pertama, disrubsi, kegonjang ganjingan dalam menangkap dan menanggapi berbagai hal. Kedua, komunitas sosial dalam bentuk kesamaan hobi, profesi, kepentingan, lingkungan, gaya hidup dan pergaulan.


Ketiga, pola dan gaya hidup instan, semua serba cepat, semenjak dari  pembelajaran, makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal termasuk juga pertemanan. Keempat, algoritma kehidupan, masing-masing individu saling berebut follower, yang dijadikan standar dalam mengukur tingkat penerimaan dan pengakuan seseorang di tengah kehidupan sosial.


Keenam, kehidupan yang liberal, rasional, material, pragmatis, semua serba terukur dan bermanfaat dalam jangka pendek. Ketujuh, kerinduan terhadap spiritualisasi, religiusitas, sebagai terapi diri dan komunitas untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan yang disebabkan oleh liberalisasi, rasionalisasi, materialisasi dan pragmatisasi.(BERSAMBUNG)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad