Barus dalam Buku Karya Claude Guillot - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

05 Juni 2022

Barus dalam Buku Karya Claude Guillot

SEORANG penulis dan peneliti tentang Barus; Claude Guillot menyebut, dulu Barus adalah salah satu pelabuhan teramai di dunia, kendaati sisa-sisa kebesarannya kini seolah-seolah menjadi misterius.

Peziarah Makam Syech Machmud, istirahat sejenak sebelum sampai ke puncak Makam Papan Tinggi itu.

Untuk mendalami kisah tentang Lobu Tua, sebuah titik awal sejarah Barus, Guillot dan kawan-kawan menulis sebuah buku berjudul Lobu Tua Sejarah Awal Barus. Cetakan pertama buku setebal 281 halaman itu dilakukan Yayasan Obor Indonesia tahun 2002.


Dalam sebuah resensi buku yang diterbitkan Republika, dikupas dalam tentang kebesaran sejarah Barus sebagaimana teringkap dari buku tersebut. Berikut adalah kutipan lengkapan resensi buku berjudul Misteri Sejarah Kota Barus:


Barus mengingatkan kita pada kata barus. Kata yang sering dihubungkan dengan satu benda lainnya, yaitu kamper. Tak terlalu salah. Sejatinya, Barus juga adalah nama tempat. 


Barus termasuk di antara kota-kota tua terkenal di seluruh Asia, setidaknya pada abad ke-6 Masehi. Menjadi kawasan terkenal di dunia. Kini Barus sendiri adalah suatu kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, yang tak banyak terusik. Begitu banyak misteri dan sejarah mengenai Barus. Sebagian sejarah Barus terkuak lewat satu situs sejarah bernama Lobu Tua.


Dalam bedah buku Lobu Tua: Sejarah Awal Barus, Sonny Wibisono, peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (Puslitarkenas), menyibak sebagian misteri daerah Barus. Daerah tua yang menarik minat peneliti arkeologi dalam dan luar negeri. 


Pada pekan Jalur Rempah di Museum Nasional Jakarta belum lama ini, Barus menjadi salah satu penggalan sejarah yang menarik perhatian. Ditampilkan pameran pada awal sejarah rempah Nusantara menjadi salah satu tema dalam bedah buku, dan dihadirkan pula dalam cerita sejarah tentang dukun-dukun di Barus. 


Kapur barus dan kemenyan adalah era yang berabad sebelum kedatangan Eropa merambah rempah nusantara. Sonny yang terlibat dalam eksplorasi sejarah Barus bersama arkeolog Indonesia-Prancis itu menyebut, buku Lobu Tua: Sejarah Awal Barus, buku ini menunjukkan betapa pentingnya ketika Barus masih menjadi komoditas paling dicari dalam sejarah tua nusantara.


Barus sangat diminati karena keharumannya dan juga bisa dipakai untuk kebutuhan kesehatan. Hasil bumi ini terkenal bahkan sampai ke Arab dan Persia yang akhirnya tercium hingga seluruh dunia. Kini keberadaan daerah Barus dan pelabuhan tuanya sendiri banyak menarik minat para arkeolog. Misalnya, dalam buku ini masih muncul pertanyaan seperti kapan Kota Barus didirikan.


Pada 1995, Desa Lobu Tua di daerah sekitar Barus terlihat sebuah spanduk yang dengan bangganya menyambut "Dirgahayu ke-50 negaraku dan dirgahayu ke-5.000 desaku". Ternyata, ulang tahun tersebut hanya didasari oleh perkiraan ahli sejarah di daerah tersebut. 


Lobu Tua: Sejarah Awal Barus berusaha menggambarkan bagaimana arkeolog menjelaskan kondisi Barus sekarang ini dan beragam hal yang tertinggal di sana. Daerah Barus merupakan dataran rendah yang luasnya sekitar 15 belas kilometer persegi, terletak antara tepian Samudra Indonesia dan Bukit Barisan. 


Dahulu, tentu tak mudah untuk sampai ke kawasan itu karena daerahnya sangat terpencil. Meski begitu, daerah tersebut juga bisa menjadi persawahan jika diirigasi dengan baik.


Sebuah prasasti Tamil ditemukan di Lobu Tua, Barus, pada 1873. Prasasti tersebut juga masih disimpan rapi di Museum Nasional. Adalah para arkeolog kini yang bisa memaparkan kawasan Lobu Tua di sekitaran Barus. Situs Lobu Tua mulai diteliti para arkeolog pada 1985. Pada 30 Desember 1993 peneliti dari India dan Jepang kembali meneliti prasasti tersebut.


Prasasti tersebut berbentuk batuan pecah dan rusak, tetapi masih jelas memperlihatkan angka tahun 1010 Saka (1088 M). Selain itu juga mencatat hadiah dari sekumpulan orang yang disebut "Seribu Lima Ratus". 


Hasil analisis arkeolog dari keramik Cina yang ditemukan di Lobu Tua, kawasan itu pernah dihuni antara akhir abad ke-9 hingga awal abad ke-12 Masehi. Dari hasil penelitian mereka, ditemukan bahwa pada 1844 ternyata kawasan tersebut juga berperan dalam memperkenalkan tanaman lada di Nusantara. Lobu Tua juga banyak memberikan hasil hutannya. 


Tak hanya lada, Lobu Tua juga banyak mengungkap beragam benda kuno. Bahkan ada beberapa prasasti yang dibawa oleh Belanda yang ditempatkan di Museum Bataviaasch Genootschap. Pada zaman Lobu Tua, para arkeolog menyimpulkan, Barus muncul sebagai sebuah tempat perdagangan asing.


Selain mengungkap prasasti, buku ini juga mengemukakan tentang penemuan teks berbahasa Armenia. Teks tersebut merupakan catatan perjalanan maritim di Laut Cina. Catatan tersebut bisa menceritakan hubungan Timur Tengah, bahkan hingga Dinasti Tang serta Dinasti Ming yang berkaitan dengan Barus.


Beberapa temuan di Barus pun menunjukkan keterkaitan daerah itu dengan Cina. Temuan tersebut di antara keramik dan semacam tembikar dari Cina. Barus, kata Sonny, dulu menjadi tempat komoditas kamper dan kemenyan. 


BACA JUGAWartawan Padang Panjang Ziarah dan Nikmati Pesona BarusBarus, Kota Penuh Aroma SpiritualCobalah, Berziarah ke Barus itu Beda


HASIL BUMI BARUS

Buku tersebut memperlihatkan bagaimana para peneliti bisa mengemukakan betapa daerah Barus mempunyai nilai lebih. "Banyak yang menjadi menarik perhatian, mungkin pada saat itu Barus sudah banyak dikenal di dunia luar," ungkap arkeolog tamatan Universitas Indonesia ini.


Banyak hasil komoditas yang dihasilkan di Barus, sehingga menjadi daya tarik utama dan memancing banyak pendatang dari belahan dunia. Ia melanjutkan, salah satu yang menjadi daya tarik sama seperti halnya yang sudah dipaparkan di buku, yaitu kamper.


Ia menjelaskan, kamper atau barus itu sendiri dulunya ketika masih ada dari pohonnya bisa menghasilkan minyak. Hanya saja, barus yang seperti itu tidak semua jenis pohon dan jumlahnya sangat jarang. 


Sonny pun menyayangkan, di tempat asalnya sendiri tanaman barus hingga sekarang sudah sulit ditemukan. "Sejak dulu karena banyak yang mencari dan terlalu dieksploitasi, pohon yang tersisa sekarang belum mencapai usia produksi," tutur dia.


Selain itu, menurut Sonny, di Barus juga ada beberapa peninggalan makam kuno. Salah satunya makam Syeikh Mahmud Barus di kawasan Papan Tinggi.


Kaya akan sejarah dan nilai, membuat komoditas barus atau kamper hingga saat ini tak mudah. Tak hanya komoditas, sepertinya museum untuk melindungi kekayaan daerah Barus seharusnya ada. "Bagi kami arkeolog juga, mencoba dengan adanya museum juga bukan suatu hal yang mudah," tutur Sonny.


Menurut dia, banyak misteri sejarah yang masih perlu digali, bahkan tak jarang penduduk setempat yang hidup pada zaman modern tidak mengetahui sejarah daerahnya Tak hanya itu, para arkeolog juga masih sulit memberi jawaban mengenai mengapa dan kapan barus menjadi hanya sedikit. "Bencana juga menjadi salah satu faktor yang merusak barus, arkeolog jadi harus mengonstruksi kembali," jelas Sonny. 


Ia mengungkapkan, untuk mendeteksi situs-situs yang ada perlu proses tertentu. Keahlian dari beragam arkeolog sangat diperlukan untuk melakukan hal tersebut. Daerah Barus memang memiliki misteri sejarah yang luar biasa berdampak bagi nusantara.


Anda tentu bisa berkunjung ke sana, karena akses transportasi sudah bagus. Bukan saja menikmati pesona pelabuhan tua dan keindahan Jembatan Hamzah Al-Fansuri, tetapi juga berziarah ke Makam Papan Tinggi, Mahligai dan banyak makam tua para pembawa ajaran Islam ke bumi Nusantara ini.(republika, dengan pengeditan seperlunya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad