Media Islam Berguguran, Suara Muhammadiyah 107 Tahun - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

27 Juni 2022

Media Islam Berguguran, Suara Muhammadiyah 107 Tahun

PADANGPANJANG, POTRETKITA.net – Di awal perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia, banyak media massa Islam yang bermunculan, salah satunya adalah Majalah Suara Muhammadiyah yang mulai terbit sejak 1915.

Sayangnya, pers perjuangan Islam berguguran. Banyak yang tak bisa bertahan lama. Suara Muhammadiyah satu-satunya yang mampu bertahan, dan kini sudah mencapai usia 107 tahun.


“Banyak media Islam yang terbit sejak awal perjuangan kemerdekaan, tapi banyak yang usianya tidak lama, Suara Muhammadiyah sejak 1915 tetap eksis, kini usianya 107 tahun dan banyak dapat penghargaan sebagai media Islam,” kata Direktur Utama Penerbit Suara Muhammadiyah Deny Asyari, Senin (27/6), di Kauman Padangpanjang, Sumatera Barat.


Dia mengatakan hal itu, saat memberi sambutan pada peluncuran buku terbitan Suara Muhammadiyah, berjudul Kulliyatul Muballighien dari Padangpanjang untuk Indonesia, karya Fikrul Hanif Sufyan.


Buku bergenre sejarah perjuangan Muhammadiyah di Kota Berjuluk Serambi Mekah itu, secara simbolis diluncurkan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Barat Buya Dr. H. Shofwan Karim Elhussein, didampingi Deny selaku penerbit, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Buya H. Amiruddin, dan Mudir Ponpes Kulliyatul Muballighien Kauman Dr.  Derliana.


Turut hadir pada kesempatan itu Staf Ahli Walikota Padangpanjang Zulkifli, Hj. Tuti Abdul Radjab dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, Dekan FKIP UM Sumbar Dr. Gusmaizal Syandri, Penyair Dr. Sulaiman Juned, dan Pegiat Gerakan Literasi Muhammad Subhan.


Berbicara soal salah satu rahasia Suara Muhammadiyah mampu bertahan, Deny menjelaskan, pihaknya melakukan pengembangan unit-unit usaha sehingga tidak terpaku pada penerbitan pers belaka. “Agar tak gulung tikar, kita lakukan diversifikasi usaha,” jelasnya.


Saat ini, ujarnya, selain tetap bergerak di bidang penerbitan pers, pihaknya juga mengelola publishing yang mengelola penerbitan buku, outlet, retail, dan pengelolaan Hotel Suara Muhammadiyah Tower di Yogyakarta. Suara Muhammadiyah juga mengelola unit usaha Pusat Data, Penelitian, dan Pengembangan.


Menariknya, unit-unit usaha yang mereka bangun dan kelola sama sekali tidak menggunakan uang dari hasil mengutang. Jadi, katanya, usaha dibangun dengan mandiri.


Bila pada abad pertama keberadaannya, menurut Deny, Muhammadiyah dan Majalah Suara Muhammadiyah bertarung dengan kebodohan yang melanda umat, maka pada abad kedua ini, ujarnya, berhadapan dengan revolusi teknologi dan kecanggihan otak manusia. Di era revolusi teknologi ini, tegas Deny, semua berlangsung dengan serba instan.


“Selama 12 jam dari 24 jam yang tersedia dalam sehari, habis terpakai untuk media sosial. Mana lagi waktu untuk membaca buku dan kiprah-kiprah lainnya di tengah umat. Ini tantangan yang teramat berat untuk kita hadapi,” tuturnya.(musriadi musanif)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad