JAKARTA, POTRETKITA.net - Pemerintah daerah di sepanjang pesisir barat Sumatera dan selatan Jawa, diminta membuat mitigasi konkret, agar ketika bencana gempa dan tsunami tiba, semua elemen terkait dapat melakukan usaha penyelamatan secepat mungkin.
Daryono.(kumparan.com) |
"Penting bagi pemeritah daerah merencanakan tata ruang pantai berbasis risiko tsunami, yang bersumber dari pemodelan bahaya tsunami hasil kajian dengan skenario terburuk," tulis Kepala Bidang Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geosifikas (BMKG) Dr. Daryono, Sabtu (30/7) di akun twitter pribadinya.
Menurutnya, pemerintah daerah juga harus menindaklanjuti Sekolah Lapang Gempa (SLG) BMKG dengan membentuk komunitas siaga tsunami di masing-masing desa pesisir, memberi pemahaman evakuasi mandiri bagi warga pesisir, latihan evakuasi (drill) berkala, menyiapkan jalur evakuasi, rambu evakuasi dan mambangun tempat evakuasi aman.
Daryono menegaskan, potensi gempa megathrust adalah nyata, didasarkan pada sumber gempa, sejarah gempa dan tsunami masa lalu, dan aktivitas kegempaan terkini. Hanya saja, kata dia, kita belum dapat memprediksi kapan terjadi. Untuk itu, imbuhnya, dalam ketidakpastian kapan terjadi, maka kita masih memiliki waktu untuk menata dan mengupayakan mitigasi.
"Prediksi unsurnya adalah besaran ancaman, lokasi, dan kapan terjadinya. Potensi gempa megathrust ini kapan terjadinya belum ada yang tahu, dan belum dapat diprediksi oleh para ahli, sehingga kita hanya tahu besaran ancaman dan lokasi saja, dan hal itu lebih tepat disebut sebagai potensi, bukan prediksi," ujarnya.
Secara spesifik, Daryono mengatakan, masyarakat pesisir Cilacap tidak perlu cemas dan takut, yang kami sampaikan adalah potensi bukan prediksi. Kapan gempa terjadi tidak ada yang tahu, belum dapat diprediksi. Potensi ancaman itu, sama untuk semua pantai barat Sumatra dan selatan Jawa. Kita, tegasnya, harus menyiapkan upaya mitigasi konkret.
Hal paling mudah yang dapat dilakukan masyarakat dalam menyelamatkan diri dari tsunami, tuturnya, adalah membangun sikap peka terhadap gejala alam. Jika merasa ada guncangan kuat atau guncangan tidak terlalu kuat tetapi mengayun relatif lama, menurut Daryono, maka segera melakukan evakuasi mandiri, menjauh dari pantai.***
(musriadi musanif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar