![]() |
| SYAFRIL ALWIS |
PADANG, POTRETKITA.net - Siapakah orang Muhammadiyah itu? Kalau Anda sudah merasakan sebagai orang Muhammadiyah, apakah sudah layak disebut seperti demikian?
Dua pertanyaan menggelitik itu diajukan seorang aktivis Muhammadiyah di Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatera Utara; Jufri, pada diskusi virtual menggunakan platform Grup WhatsApp Muhammadiyah Potret Kita.
![]() |
| JUFRI |
Apa yang dipertanyakan Jufri, mendapat respon dari tokoh Muhammadiyah Padang Panjang dan Batipuh X Koto (Basko) Syafril Alwis. "Yang disebut orang Muhammadiyah itu, tentu orang yang mengikuti ajaran Agama Islam yang berpedoman pada Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, mengacu pula kepada keputusan Majlis Tarjih dalam menjalani kehidupan sehari-hari," katanya.
Menurutnya, selain pengamal Alquran dan Sunnah, seorang yang menyebut dirinya Muammadiyah juga harus tunduk kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Muhammadiyah. Mengingat acuan di Muhammadiyah sudah begitu lengkap, sebutnya, maka seseorang boleh disebut sebagaib warga Muhammadiyah bila semua acuan itu diikutinya dengan sepenuh hati.
Kita berharap, sebut Syafril yang pernah menjadi wakil ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Padang Panjang Basko itu, seseorang yang mengaku anggota Muhammadiyah itu harus berkomitmen dan patuh keputusan organisasi.
![]() |
| KASMAN KATIK SULAIMAN |
Sebelumnya, aktivis Muhammadiyah di Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi, bernama Kasman Katik Sulaiman merilis Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, sebagai salah satu pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, meliputi:
1. Warga Muhammadiyah perlu mengambil bagian dan tidak boleh apatis (masa bodoh) dalam kehidupan politik, melalui berbagai saluran secara positif, sebagai wujud bermuamalah sebagaimana mestinya dalam bidang kehidupan lain, dengan prinsip-prinsip etika/akhlaq Islam dengan sebaik-baiknya dengan tujuan membangun masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
2. Beberapa pinsip dalam berpolitik harus ditegakkan dengan sejujur-jujurnya dan sesungguh-sungguhnya yaitu menunaikan amanat dan tidak boleh menghianati amanat, keadilan, hukum, dan kebenaran, kepatuhan kepada pemimpin sesuai dengan perintah Allah dan Rasul, mengemban risalah Islam, menunaikan amar makru, nahi munkar, dan mengajak orang untuk percaya kepada Allah.
Lalu, mempedomani Al-Quran dan Sunnah, mengutamakan kesatuan dan persaudaraan umat manusia, menghormati kebebasan orang lain, fitnah dan kerusakan, menghormati hak hidup orang lain, tidak berhianat dan melakukan kezaliman, tidak mengambil hak orang, berlomba dalam kebaikan, menghargai dalam kebaikan dan ketaqwaan serta tidak menghargai (konspirasi) dalam melakukan dosa dan permusuhan.
Seterusny, memelihara hubungan baik antara pemimpin dan warga, memelihara keselamatan umum, memelihara kehidupan dengan baik dan damai, tidak melakukan fasad dan kemunkaran, mementingkan ukhuwah Islamiyah, dan prinsip-prinsip lainnya yang maslahat, ihsan, dan ishlah.
3. Berpolitik dalam dan demi kepentingan umat dan bangsa, sebagai wujud ibadah kepada Allah dan ishlah serta ihsan kepada sesama, dan jangan mengorbankan kepentingan yang lebih luas dan utama itu demi kepentingan diri sendiri dan kelompok yang sempit.
4. Para Politisi Muhammadiyah menunjukkan keteladanan diri (uswah hasanah) yang benar, dan adil serta jujur dari diri sendiri, menjauh dari perilaku yang kotor, membawa fitnah, fasad , dan hanya mementingkan diri sendiri.
5. Berpolitik dengan kesalihan, sikap positif, dan memiliki cita-cita bagi terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, dengan fungsi amar makruf dan nahi munkar yang tersistem dalam satu kesatuan imamah yang kokoh.
6. Menggalang silaturahmi dan ukhuwah antar politik dan kekuatan politik yang digerakkan oleh para politisi Muhammadiyah secara cerdas dan dewasa.(mus)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar