Sorgum Lebih Kuat dari Jagung di Daerah Kritis - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

13 Agustus 2022

Sorgum Lebih Kuat dari Jagung di Daerah Kritis

PADANG, POTRETKITA.net - Tanaman sorgum tumbuh dengan produktivitas yang bagus di lahan kering. Bahkan pada lahan kritis, tanaman ini lebih kuat dari jagung.
Makanan berbahan dasar sorgum akan dicanangkan sebagai bahan pangan alternatif pengganti nasi.

insights.id

Sorgum (Sorghum bicolor) diketahui berasal dari Ethiopia, wilayah yang dikenal dengan tanduk Afrika. Dari Ethiopia sorgum menyebar ke Afrika Timur, Afrika Barat, dan Afrika Utara. Dari benua Afrika, sorgum kemudian menyebar ke benua Asia, termasuk Indonesia.


Sorgum merupakan tanaman adaptif yang bisa tumbuh dengan baik, bahkan di lahan kering dan gersang seperti Flores. Budidaya sorgum minim biaya perawatan dan tidak membutuhkan pupuk dan pestisida, sehingga produk sorgum bisa dikategorikan sebagai produk organik. Selain itu, dibandingkan dengan padi, sorgum jauh lebih tahan terhadap perubahan iklim yang saat ini sedang melanda dunia.


Mencermati Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi diketahui, sebagaimana dikutip dari insights.id, penganekaragaman pangan merupakan upaya meningkatkan ketersediaan pangan yang beragam dan berbasis pada potensi sumber daya lokal.

Wamen Pertanian bersama gubernur Sumbar,(sumbarprov.go.id)


BACA PULAMasa Depan Porang

Nagari Pandai Sikek Jadi Sentra Bawang Merah Nasional

Perubahan Iklim Bisa Ancam Petani dan Nelayan


Di Sumatera Barat, tanaman sorgum dinilai juga berpotensi untuk dikembangkan, termasuk hilirisasinya sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo. Gubernur Sumatera Barat Buya Mahyeldi Ansharullah, bersama Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi, membahas peluang tanaman sorgum sebagai komoditas pengganti gandum.


Diketahui saat ini, Indonesia ketergantungan terhadap impor gandum dan jagung sebagai sumber pangan. Sorgum juga akan dicanangkan sebagai alternatif pengganti nasi. Upaya penanaman sorgum tersebut dilakukan Indonesia dalam rangka menghadapi krisis pangan dunia.


Harvick mengatakan, sorgum bisa menjadi alternatif pangan utama serta menguntungkan. Apalagi, sorgum memiliki tingkat produktivitas sekitar 5 ton per hektar per musim. “Kementerian Pertanian mendukung penuh upaya-upaya yang dilakukan guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, salah satunya dengan pengembangan pangan alternatif seperti sorgum,” ujarnya saat bertemu dengan Gubernur Sumbar di ruang VIP Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Jumat (12/8/2022).


Hal tersebut sangat didukung oleh Gubernur Sumbar, Buya Mahyeldi, ia menceritakan saat Rapat Koordinasi Gubernur se-sumatera yang dilaksanakan Juli yang lalu juga membahas terkait ketahanan pangan di Pulau Sumatera, dan daerah pertanian lainnya yang  memiliki surplus padi serta hasil-hasil pertanian lainnya.


“Apalagi saat merebaknya kasus Covid-19 tahun lalu, hal tersebut sangat berdampak pada ketahanan pangan di Sumbar. Hilirisasi sorgum merupakan langkah yang solutif, saat ini saatnya kita bangkit dari keterpurukan akibat Covid-19,” ujar gubernur, sebagaimana dikutip dari rilisan Dinas Kominfotik Provinsi Sumbar pada laman sumbarprov.go.id; yang diakses pada Sabtu (13/8).


Hal yang sama juga disampaikan oleh Sub Koordinator Jagung dan Serelia Lain Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Sri Gamela. Ia mengatakan tanaman Sorgum daerah kritis dapat tumbuh lebih kuat daripada jagung. 


“Tanaman sorgum merupakan peluang Indonesia untuk mengekspor tanaman tersebut ke luar negeri, karena negara seperti Filipina banyak impor ke negara luar,” katanya.


Turut hadir mendampingi Gubernur, Wakil Bupati Pasaman Sabar AS, Kepala Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Sumbar Syafrizal, serta perwakilan dari Kabupaten Limapuluh Kota.(diskominfotik sumbar/*/mus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad