NARASUMBER
Jonito Vendry (Pasaman)
Jufrizal (Bandung)
Ardinan (Pasaman Barat)
Boiziardi (Padang)
Musriadi Musanif (moderator)
PASAMAN, POTRETKITA.net - Seorang warga Muhammadiyah asal Kabupaten Pasaman; Jonito Vendry menyebut, untuk pertama kali dia mendengar ada kegiatan bertemu-temu pimpinan Muhammadiyah setingkat Pimpinan Daerah.
![]() |
| JONITO VENDRY |
Peserta yang hadir cukup ramai. Mereka pada umumnya adalah ketua PDM atau pimpinan lainnya yang ditunjuk. Jonito semakin heran, ternyata itu bukanlah program Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM).
Sepengetahuannya, PWM-lah organ persyarikatan di atas PDM. Artinya, kalau untuk mengundang PDM menghadiri pertemuan lintas daerah, maka itu adalah wewenang adminitratif PWM.
Tapi ini, tidak! Mereka hadir atas kesepakatan bersama melalui wadah Forum Silaturahmi yang disingkat dengan Forsilat. "Apo mungkasuik e ko (apa maksudnya ini)," tanya Jonito melalui wadah diskusi virtual pada platform WhatsApp Group (WAG) Muhammadiyah Potret Kita.
Jonito menegaskan, soal forum-forum pimpinan untuk bertemu-temu itu tidak ditemukan aturan formalnya, baik dalam Anggaran Dasar (AD) maupun Anggaran Rumah Tangga (ART), dan peraturan persyarikatan lainnya.
Warga Muhammadiyah dari Jawa Barat bernama Jufrizal menyebut, forum-forum seperti itu, sebenarnya adalah hal yang lumrah dalam sebuah organisasi. Biasanya, kata dia, forum hadir untuk menerobos kebutuan dalam komunikasi organisasi.
“Apa benar ada kebuntuan? Tentu PWM dan PDM se-Sumbar yang tahu. Tapi perlu juga disadari, aktivitas forum yang lebih jauh, terkadang bisa bermuara kepada mosi tidak percaya,” katanya.
![]() |
| JUFRIZAL |
Jufrizal pun menyatakan, dia mendukung keberadaan forum-forum seperti itu, asal diarahkan kepada hal positif, misalnya menyepakati kriteria dan menjaring nama-nama calon pimpinan periode berikutnya, sehingga kebuntuan periode sebelumnya bisa segera diakhiri.
Forum, tegasnya, sah-sah saja bicara tentang syarat menjadi calon pimpinan untuk PWM atau PDM. Juga sah membicarakan kebutuhan umat yang paling mendasar yang bisa dipenuhi Muhammadiyah.
Moderator diskusi; Musriadi Musanif menyebut, bila mencermati gerakannya selama ini, Forsilat itu adalah wadah informal yang cukup positif, karena yang diperbincangkan adalah lesunya Muhammadiyah dari tingkat wilayah sampai ke daerah.
Menurutnya, kepemimpinan PWM Sumbar juga dibicarakan dalam forum ini. Kabarnya, forum juga membahas tokoh-tokoh yang akan digolkan memimpin PWM Sumbar periode selanjutnya. Sayangnya, tidak semua PDM di Sumbar yang aktif di forum ini, khususnya PDM yang ketuanya sudah gaek, atau muda tapi tak berselera, barek ka indak se (berat kepada tidak saja)," sebutnya.
Ardinan, ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting Pimpinan Daerah Muhammadiyah (LPCR-PDM) Pasaman Barat mengaku, dia pernah menghadiri langsung beberapa kali kegiatan Forsilat itu. "Tidak ada yang mencurigakan."
![]() |
| ARDINAN |
Dia pun mengaku sangat salut dan mengapresiasi para pimpinan PDM di Sumbar yang mengikuti agenda-agenda Forsilat itu. "Berjalan sudah lebih dari satu tahun. Tempat secara bergantian masing-masing PDM dan tema pertemuan pun beda-beda," jelasnya.
Memang secara organisasi, imbuhnya, tidak ada forum rapat yang bisa mempertemukan para pimpinan PDM di suatu wilayah, kecuali Musyawarah Wilayah (Musywil), Musyawarah Pimpinan Wilayah (Musypimwil), rapat kerja pimpinan wilayah (rakerwil), atau agenda lain atas undangan PWM. Tapi, katanya, itu tentu tidak bisa tiap bulan. Forsilat, tegasnya kegiatannya rutin setiap bulan.
“Sesuai namanya, memang kadang hanya untuk silaturrahim, bertemu, bertegur sapa, ramah tamah antar PDM. Karena jadwalnya dari pagi sampai sore, dikurangi seremonial pembukaan, pembahasan hanya waktu terakhir dan tidak memiliki banyak waktu untuk itu. Namun mereka tetap bahagia untuk terus bersilaturrahmi,” katanya, seraya menyebut pada beberapa kali pertemuan Forsilat, ada juga person pimpinan di lingkungan PWM yang turut hadir.
![]() |
| BOIZIARDI |
Ketua Majlis Hukum dan HAM PWM Sumbar Boiziardi mengaku, secara pribadi dia juga pernah menghadiri pertemuan Forsilat PDM Sumbar itu. Kendati tidak menyebut ada pembicaraan terkait kriteria dan orang yang akan didukung menjadi PWM periode berikutnya, namun dia tak mengingkari, ada pembicaraan ke arah itu.
“Saya pribadi membuat rumusan syarat-syarat menjadi pimpinan di PWM Sumbar, tapi tidak saya lemparkan ke Forsilat. Rumusannya berkaca dari perjalanan kepemimpinan yang sedang berjalan, kondisi Muhammadiyah Sumatera Barat saat ini, dan kebutuhan persyarikatan di masa yang akan datang. Tentunya, ini bukan syarat formal sebagaimana diatur dalam AD san ART,” tegasnya.
Apa saja kriterianya? Boiziardi menyebut, pertama, memiliki riwayat pengkaderan yang jelas di Muhammadiyah, tidak berasal dari labelisasi kader. Kedua, pimpinan harus berasal dari berbagai profesi, di antaranya akademisi karena Muhammadiyah memiliki banyak amal usaha yang bergerak di bidang Pendidikan.
Praktisi kesehatan dibutuhkan karena Muhammadiyah punya banyak amal usaha di bidang kesehatan, pengusaha dibutuhkan karena banyak potensi ekonomi yang harus dibangkitkan, dan dikembangkan untuk mencapai kesejahteraan anggota.
Ulama dibutuhkan, karena Muhammadiyah memiliki banyak muballigh yang harus dikoordinir dan dibina. Praktisi hukum dibutuhkan karena banyak aset Muhammadiyah seperti tanah, bangunan, kendaraan, anggota, dan kader yang harus dipertahankan dan diperjuangkan secara yuridis.
Muhammadiyah juga membutuhkan pimpinan yang memiliki kematangan dalam bidang ekonomi, memiliki waktu dan kesempatan untuk mengurus organisasi, memiliki networking (jaringan kerja) yang luas, serta energik, potensial, dan berumur antara 40 dan 60 tahun.
“Kalau ambo sederhana se (bagi saya syaratnya sederhana saja), yakni berani bersikap dalam amar makruf dan nahi mungkar, peduli dengan umat yang diaplikasikan dalam bentuk cepat merespon masalah umat, mau meluangkan waktu untuk Muhammadiyah,” timpal Jonito.
Baginya, walaupun seseorang itu memiliki gelar akademis yang banyak dan tokoh terkenal, tapi tidaklah jaminan kalau dia bisa memajukan Muhammadiyah. Cukup tamat SMA saja, sebutnya, tapi dia akan dapat memajukan Muhammadiyah dengan ketersediaan waktu dan keberanian berbuat.(MUSRIADI MUSANIF, wartawan utama)




Tidak ada komentar:
Posting Komentar