Oleh Dr. Suhardin, S Ag., M.Pd.
(Dosen UIC Jakarta dan BPH STKIPM Bogor)
OPINI, POTRETKITA.net - Bumi, satu di antara planet ciptaan Allah SWT yang paling menderita, kulitnya yang indah berhias hijau daun yang terdiri dari hutan, belukar, dan rerumputan, digerus oleh manusia untuk kepentingan kekayaan.
Isi perut yang beraneka ragam sumber energi; gas, minyak, batu bara, nikel, emas, perak, tembaga, uranium, disedot oleh manusia untuk mengumpulkan kekayaan pribadi, keluarga, kelompok dan negara.
Bumi tidak bisa protes dengan kata-kata tetapi hanya bisa menyampaikan pesan dengan berbagai macam bencana. Longsor, gempa bumi, tsunami, badai-topan, banjir bandang. Semua adalah isyarat dari Allah SWT atas keserahakah manusia dalam mengeksploitasi bumi yang telah diciptakan-Nya dengan sempurna.
Kelakuan manusia yang melakukan deporestrasi, penebangan pohon dengan serampangan tanpa dibarengi dengan rehabilitasi, nyata dan dirasakan langsung akibatnya berupa banjir besar dan badai taopan, karena fungsi hutan yang sesungguhnya penyeimbang siklus air dan menjaga keseimbangan temperatur berkurang dengan signifikan.
Ditambah beberapa negara maju berlomba membuat industri yang menabur karbon di atmosfier bumi. Lengkaplah penderitaan yang dialami bumi, di atasnya ditaburi kotoran, kulitnya dikelupasi, dan isinya disedot.
Ulah kelakukan sebagian manusia, pada akhirnya semua makhluk ciptaan Tuhan di bumi mengalami penderitaan yang sama yang disebut dengan pemanasan global (global warming). IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change) menghitung bahwa terjadi 1,10-6,40C peningkatan temperatur suhu bumi semenjak tahun 1990-2100.
Peningkatan suhu bumi tentu berdampak terhadap pencairan es yang ada di kutub utara dan kutub selatan. Air laut bertambah sehingga berdampak berkurangnya daratan, bibir pantai naik ke daratan yang tinggi, pulau-pulau banyak yang hilang.
Beberapa makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan iklim akan mengalami kepunahan, tentu hal ini mengurangi biodiversity (keanekaragaman hayati) di muka bumi secara global. Pengurangan biodiversity berdampak langsung terjadi anomali sistem, ketidak teraturan, baik pada iklim maupun siklus kehidupan (cycle life) dan rantai makanan (food chain).
Masjid dan tempat ibadah agama-agama di dunia telah menjadi pilar dari peradaban manusia, di tempat inilah manusia diasah spiritualisasinya, dibangun religiusitasnya, dicerahkan pikirannya, dibersihkan hati dan jiwanya untuk tetap menjadi manusia baik, bermoral, beretika dan berakhlak serta beradab.
Masjid bagi ummat Islam pusat kegiatan, di masjid bukan hanya tempat ibadah mahdah, tetapi menjadi pusat ilmu pengetahuan, dengan pengembangan taklim, memberikan pencerahan, edukasi dan bimbingan kepada ummat untuk tetap pada jalan Allah SWT, jangan menyimpang sedikitpun ke jalan yang mengarah kepada maghdud dan dzalim.
Masjid perlu diperankan untuk melakukan pencerahan kepada ummat bukan hanya sebatas pengetahuan keagamaan, tetapi juga terkait dengan hubungan manusia dengan alam. Interaksi dan relasi manusia dengan alam, lingkungan dan sumber daya alam.
Masjid perlu merobohkan kedigdayaan paham antroposentrism yang meyakini bahwa semua yang diciptakan dan tersedia di alam adalah untuk kepentingan manusia, yang layak dieksploitasi semena-mena, toh juga akan tumbuh dan berkembang lagi.
Paham inilah yang mencabik-cabik alam, merusak semua lini kehidupan di alam ini, sumber alam dieksploitasi sedemikian rupa tanpa pertimbangan rehabilitasi, setelah dirasakan dampaknya, semua baru terengah-engah untuk rehabilitasi dan reboisasi.
Semua makhluk yang diciptakan Allah SWT sujud, patuh dan bertasbih kepada-Nya. Hanya manusia yang dalam kekuasaan setanlah yang membangkang dan mendustakan Allah SWT. Semua entitas makhluk memiliki harkat dan kemuliaan, memiliki eksistensi dan memiliki peran dalam keberlanjutan sistem (sustainable system) dan keseimbangan sistem (equalibrium system) alam ciptaan Allah SWT.
Lingkungan dan sumber daya alam, memiliki kemuliaan di sisi Allah SWT yang perlu dijaga dan dilestarikan peran dan fungsinya masing-masing dengan menghormati dan memuliakannya.
Masjid dan rumah ibadah perlu memberikan ketauladanan dengan tetap konsisten memberikan edukasi, pendidikan, pencerahan, pembimbingan dan pembinaan kepada ummat manusia secara keseluruhan terhadap peran kekhalifahannya, memuliakan dan menjaga eksistensi dan kelestarian alam yang sudah diamanahkan oleh Allah SWT. Masjid dan rumah ibadah perlu mengembangkan diri manjadi sesuatu yang berwawasan lingkungan (eco masjid dan eco rumah ibadah).
Ada beberapa hal yang diperhatikan dalam pengembangan eco masjid. Pertama, pembangunan masjid berwawasan lingkungan, semenjak dari pemilihan bahan bangunan perancangan bangunan, dipastikan dan dinyatakan ramah lingkungan, jangan ada pemilihan bahan yang berkontribusi terhadap pemanasan global, dinding yang terbuat dari kaca, atap yang memantulkan panas secara langsung ke atmosfir.
Pilihan bahan bangunan yang dapat menyerap panas, sehingga meminimalisasi pantulan panas ke atmosfir. Kedua, rancangan pembangunan yang mengoptimalisasikan pencahayaan dan kenyamanan ruangan berbasis pada alamiah, natural, jangan lagi masjid menggunakan mesin pendingin ruangan, yang sudah dinyatakan bahwa freon adalah satu diantara kontibutor pemanasan global. Lebih mendingan menggunakan kipas angin ketimbang memanfaatkan pendingin ruangan.
Ketiga, gunakanlan panel listrik sebagai sumber energi, untuk mengurangi ketergantungan dengan listrik. Keempat, lakukanlah daur ulang air, untuk penghematan air. Air yang sudah digunakan sebagai wudu’ masih dapat di daur ulang untuk air penyiram tanaman dan pembersih kendaraan, sehingga masjid menghemat air yang sekarang sudah berharga.
Kelima, bangunlah masjid dengan memperhatikan kebutuhan saudara yang disabilitas. Disabilitas anggota tubuh, kaki dan tangan. Disabilitas mata dan telinga. Sehingga masjid bukan hanya dimanfaatkan oleh manusia yang anggota tubuhnya sempurna, tetapi teman-teman yang disabilitas juga dapat beribadah ke masjid, sebagai bentuk kesempurnaan adab orang-orang yang beragama.
Keenam, masjid dijadikan sebagai pusat bermain anak-anak. Jangan pengurus masjid menghardik, mengusir dan menuntut orang tua anak agar anaknya dijaga, karena mengganggu kehusukkan orang dewasa beribadah. Ini bentuk dari egoisme orang dewasa terhadap anak.
Masjid dituntut menyediakan arena, ruangan, lokasi untuk bermain anak, lengkap dengan petugas yang ramah anak, sehingga orang dewasa dapat beribadah dengan khusuk, tanpa gangguan keributan anak, karena anak diurus dengan seksama.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada apapu kecuali kepada Allah. Mudah-mudahan mereka termasuk orang yang mendapat petunjuk” (QS. At-Taubah (9): 18).
Ngamara, memakmurkan, meramaikan, menggembirakan dan menggairahkan masjid sebagai pusat kegiatan ummat, baik dalam pelaksanaan ibadah mahdah (khusus) maupun kegiatan imarah, keramaian, kegembiraan, pesta, berslitaurahmi, temu akbar, pelatihan, pendidikan dan pembelajaran, dilakukan di masjid. Masjid disebut juga dengan jami’ah artinya adalah universitas, pusat pembelajaran dan penelitian dilakukan di masjid.
Pengelolaan masjid dengan manajemen yang rapi dan sempurna itu hanya dilakukan oleh orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Orang yang tidak beriman tidak mungkin menyediakan waktu untuk kegiatan tanpa profit, mengurus masjid. Tetapi bukan hanya itu, ia juga harus konsisten melaksanakan shalat dan menunaikan zakat.
Pengurus yang tidak melaksanakan shalat dan berzakat tidak mungkin juga mengelola masjid dengan baik dan makmur. Rutinitas dan kualitas pelaksanaan shalat rawatib perlu diperhatikan dengan baik. Sehingga jamaah merasa nyaman mengikuti ubudiah mahdah di masjid.
Semoga pengurusnya mendapatkan hidayah dari Allah SWT tetap konsisten dengan keislaman dan mendapatkan penyegaran dan mengembangkan manajemen modern yang berbasis kemanusiaan dan lingkungan hidup (eco and humanity). Pengurus menerapkan inovasi dalam implementasi program masjid yang berbasis edukasi dan kesejahteraan kemanusiaan.
Memperhatikan kesejahteraan bukan hanya ummat Islam, tetapi manusia yang membutuhkan, tanpa memperhatikan agama dan keyakinannya. Bukan hanya itu tetapi keberlangsungan alam dan keseimbangan alam.
Ketauladanan masjid yang menjadi garda depan pembangunan dan pengelolaan yang berwawasan lingkungan akan diikuti oleh warga sekitar dan masyarakat secara umum. Sehingga masjid nyata dan dipastikan menyelamatkan bumi. Wallahu ‘alam, nashrun nimallah.***

Tidak ada komentar:
Posting Komentar