TANAH DATAR, POTRETKITA.net - Pohon besar yang menjuluk langit, dicoba untuk dipeluk oleh Bupati Tanah Datar Eka Putra. Tapi tidak berhasil.
![]() |
| BUPATI EKA PUTRA MEMELUK POHON ANDALEH |
Agar bisa memeluknya, bupati membutuhkan tambahan empat orang dewasa lainnya dengan cara merentangkan tangan, saling berpegangan melingkari pokok pohon. Diameternya sekitar 15 meter.
Itulah yang terjadi Ahad (09/10), saat sang bupati hadir di Nagari Andaleh, Kecamatan Batipuah, dalam rangka menutup Andaleh Bungo Ekspo, sebuah iven pariwisata yang baru pertama kali di nagari itu.
Kendati banyak produk, kesenian, dan budaya anak nagari yang ditampilkan, namun keberadaan sang pohon yang berdiri kokoh, menyedot perhatian banyak pengunjung. Sebenarnya, sudah banyak orang yang sengaja datang untuk menyaksikan pohon tersebut.
Menurut berbagai penelitian, ditaksir berusia 980 hingga seribu tahun. Pohon andaleh dalam Bahasa Latin dikenal dengan istilah morus macroura. Andaleh merupakan pohon endemik Sumatera. Kendati sudah terbilang pohon langka, namun di beberapa hutan Sumatera masih bisa ditemukan. Pohon terbesar dan tertuanya ada di Jorong Subarang Nagari Andaleh.
Kayu andaleh terbilang berkualitas tinggi. Biasanya digunakan untuk membangun rumah gadang. Andalas (sebutan Andaleh dalam Bahasa Indonesia), memang sudah amat melegenda. Sumatera ini pun pernah dikenal sebagai Pulau Andalas. Sebuah universitas negeri ternama di Kota Padang diberi pula nama Universitas Andalas.
Salah seorang tokoh masyarakat setempat; H. Hali Salmi Dt. Panduko Basa Aldarusman pernah bercerita, ada pihak yang menyebut, usia pohon raksasa yang oleh masyarakat setempat kerap disebut urek andaleh atau kayu andaleh, mencapai seribu tahun. “Ada menyebut usianya seribu tahun,” katanya.
Legendanya, menurut Dt. Paduko yang akrab disapa Angku Ladang itu, setelah nenek moyang orang Minangkabau turun dari Nagari Pariangan, mereka menyebar hingga ada yang sampai ke Nagari Andaleh. Di sini mereka beristirahat, dan ada diantaranya yang menancapkan tongkatnya.
“Rupanya, tongkat itu ditancapkan ke bumi seraya berucap andeh lai atau andeh lai panek den (aduh penat sekali). Lama kelamaan, tongkat itu tumbuh dan berkembang hingga kemudian disebut dengan pohon andaleh,” jelas Angku Ladang.
Di tengah-tengah masyarakat Nagari Andaleh, cerita pun berkembang dari mulut ke mulut. Pada waktu-waktu tertentu, menurut mereka, akan terdengar bunyi air besar di sekitar pohon, terutama pada malam hari. Informasinya, di bawah pokok pohon itu memang ada mata air.
Cerita lain, ketika tanaman padi masyarakat diserang hama tikus dan ulat, maka pohon itu pun terlihaat seakan-akan turut berduka. Apapun kisah dan cerita di balik keberadaan pohon besar itu, keberadaannya harus tetap dijaga.
Selain dikenal dengan pohon raksasanya, Nagari Andaleh juga sangat indah. Udaranya sejuk, tanahnya subur. Dari kejauhan juga kelihatan Danau Singkarak.
Salah seorang wakil menteri yang pernah berkunjung ke situ pun mengajak, mari kita jaga nagari dan pohon andaleh ini dengan sebaik-baiknya. Kapan perlu, dikelola dengan profesional sebagai sebuah destinasi wisata. Buatkan cerita lengkap terkait pohon andaleh dan nagari kebanggaan kita ini.(MUSRIADI MUSANIF)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar