| PEDAGANG BERAS DI KOTA PADANG PANJANG |
JAKARTA, POTRETKITA.net - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, tidak akan segan-segan mensubsitusi produk pangan, seperti beras menjadi sagu, bilamana harga komoditas tersebut tidak bersahabat alias mahal.
"Beras, kalau memang harganya tidak bersahabat potong semua pohon sagu yang ada. Kita masih punya 5 juta hektar sagu. Potong 1 juta sudah bisa bertahan 1-2 tahun, makan sagu aja," ujarnya dalam acara di Jakarta, Kamis (6/10), sebagaimana dikutip dari kompas.com, Ahad (8/10).
Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan merespon pernyataan itu. Menurutnya, pemerintah tidak bisa hanya menganjurkan substitusi pangan pokok seperti beras untuk pindah ke sagu, karena urusan beras ini sensitif dan menyangkut kebiasaan konsumsi turun temurun.
Politisi Fraksi PKS ini menegaskan, seorang Menteri Pertanian bertanggung jawab penuh untuk membela kepentingan petani dalam urusan kegiatan Pertanian.
“Harusnya ada kebijakan yang membela kepentingan petani agar situasi terus meroketnya harga beras juga berdampak memberi keuntungan kepada petani, namun yang terjadi malah sebaliknya, petani kita tidak menikmati kenaikan harga beras dan hal ini harusnya tugas menteri untuk memperjuangkan nasib petani yang terus terpuruk akibat sistem yang tidak membela petani,” cetus Johan dalam rilis medianya, sebagaimana dikutip dari dpr.go.id.
BACA JUGA
- Harga Beras di Sumbar Tertinggi Sumatera
- Ini yang Menyebabkan Harga Beras Beranjak Naik
- Harga Bahan Pangan Terus Naik, Beras Tembus Rp16.250/kg
- Arkadius Sebut Sawah di Sumbar Tinggal 210 Ribu Hektar
Johan juga menilai potensi sagu di tanah air juga belum dikembangkan dengan baik padahal kebutuhan terhadap sagu juga terus meningkat setiap tahun.
Jadi, tegasnya, ini tantangan Kementan ya untuk menjadikan sagu bisa mendukung program pangan alternatif dengan mengembangkan potensi lokal agar menjadi kekuatan pangan lokal, yang tentunya tidak bisa secara tiba-tiba mampu mensubstitusi posisi beras sebagai pangan pokok strategis di tanah air.
Wakil rakyat dari Dapil NTB 1 ini berharap, pemerintah lebih serius mengelola pasar besar di tanah air sebab menurut Johan, pasar beras adalah pasar yang sensitif terhadap perubahan termasuk ancaman krisis pangan global menjadi faktor pendorong fluktuasi harga beras.
"Karena itu saya minta pemerintah segera memperkuat koordinasi dan segera menanggalkan ego sektoral untuk menjaga kestabilan harga beras dan tidak sepenuhnya menyerahkan kepada mekanisme pasar," harap Johan.
Legislator Senayan ini meminta Menteri Pertanian untuk bekerja lebih kuat terutama menjaga manajemen stok beras dan distribusi beras dari daerah surplus ke daerah minus.
“Saya mengingatkan pemerintah agar gejolak harga beras ini jangan sampai berkepanjangan karena akan berpengaruh pada terganggunya stabilitas nasional, jangan hanya terpaku pada stok yang cukup namun gagal menjaga stabilitas harga akan berdampak pada kondisi masyarakat yang semakin terpuruk,” demikian tutup Johan Rosihan.(dpr.go.id/aha; ed. mus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar