(Sekretaris LPLH-SDA MUI Pusat)
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada apapun selain Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. At-Taubah (9): 18).
OPINI, potretkita.net - Dr. Kiyai Haji Sodikun, ketua MUI Pusat yang membidangi Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LPLH SDA) dalam konfrensi Masjid Ramah Lingkungan menjelaskan, masjid merupakan rumah Allah (baitullah).
Masjid itu telah dikemas oleh manusia sebagai sebuah peradaban kaffah, dimana masjid dijadikan sebagai ruang publik untuk memastikan terjadinya kemaslahatan ummat, sebagai wujud nyata (lissa’adah) bahwa di sana tercipta berbagai aktifitas kemanusiaan membangun peradaban yang utuh dan komplek; dimana di masjidlah manusia berinteraksi dengan pencipta-Nya, di masjidlah manusia melaksanakan kegiatan pendidikan (takhlimiyah), di masjidlah manusia menciptakan kebersamaan dan kegotong royongan (ta’awuniyah), di masjidlah manusia berdiskusi dan bercakap-cakap tentang kehidupan (irsyadiyah).
Dalam Al-Quran Surat at-Taubah ayat 18 Allah menegaskan tentang kemakmuran masjid, bukan pendirian masjid, kebanyakan ummat Islam berlomba-lomba untuk membangun masjid dengan ghirah gerakan yang sangat tinggi, terpicu oleh Hadits Nabi “Barangsiapa yang membangun masjid, maka ia telah membangun rumah di sorga.”
Ini menjadi motivasi teologis ummat Islam membangun masjid dalam rangka membangun rumahnya di sorga kelak, tetapi agak mengabaikan tentang kemakmuran masjid. Pesan Allah SWT bahwa hanya saja yang memakmurkan masjid adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, senantiasa mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan mereka hanya takut kepada Allah.
Pesan tersebut merupakan pesan singkat dan sangat dalam maknanya ungkap Dr. Kiyai Haji Marsudi Suud, MM Wakil Ketua Umum MUI Pusat, dalam menyampaikan keynote speech konfrensi masjid ramah lingkungan LPLH SDA MUI. Kemakmuran masjid itulah yang disebut dengan masjid ramah lingkungan, bukan saja menerapkan standar e-co masjid, dimana masjid memiliki keseimbangan ekosistem; penghijauan, sanitasi, dan green building, tetapi juga memastikan bahwa masjid ramah terhadap sosial ekonomi masyarakat yang ada di sekitar.
Masjid menjamin bahwa masyarakat di sekitar adalah masyarakat yang sejahtera, pengurus masjid memastikan bahwa tidak ada masyarakat sekitar yang mengalami gizi buruk apalagi stanting. Jangan lagi ummat berpikir untuk membangun masjid indah dengan arsitektur yang mengagumkan dengan saldo yang sangat banyak, tetapi mayarakat di sekitarnya pada kelaparan.
Pengurus masjid rajin membangun kamar kecil, toilet tetapi masyarakat di sekitar masjid tidak ada lagi yang akan di buangnya dalam toilet, ujar buya Risman Muktar, ketua MUI DKI Jakarta. Masjid perlu melayani masyarakat di sekitar terkait dengan sandang, pangan dan papan.
Saat masjid menginventarisasi warga sekitar terkait dengan pemetaan sosial ekonomi. Di balik yang beruntung, banyak yang tidak beruntung. Masyarakat yang tidak beruntung inilah yang menjadi ladang pelayanan, mereka membutuhkan uluran tangan, belai kasihan dari sekelompok warga masyarakat yang telah mendapatkan barokah, nikmah dan kesejahteraan.
Mereka bukan hanya sebagai objek pencitraan untuk diekspos bahwa kita adalah peduli dan menyantuni tetapi harus dilakukan dengan pengorganisasian dengan melakukan inventarisasi, pendataan dan pemetaan sehingga masjid menjadi pusat pemberdayaan masyarakat.
Muhammad Suhapli, pengurus masjid Baitul Makmur Cikarang Bekasi Jawa Barat, telah menerapkan program masjid ramah lingkungan, ramah lansia, ramah anak dan ramah disabilitas. Masjid Baitul Makmur menerapkan ATM Beras. Mengembangkan sedekah sampah, bukan hanya sampah bekas kemasan, tetapi juga mobil yang tidak layak pakai, motor yang tidak layak pakai, sepeda yang tidak layak pakai, baju yang tidak layak pakai.
Benda yang tidak dipakai oleh pemilik pertamanya, didayagunakan oleh komunitas masjid sehingga dapat dijadikan uang untuk dibelikan beras sebagai santunan kepada para masyarakat yang membutuhkan di sekitar masjid, bukan hanya disekitar masjid jauh dari masjid juga bisa mendapatkan bantua, asal mendaftarkan diri kepada pengurus masjid Baitul Makmur.
Terkait dengan e-co masjid, masjid baitul makmur mengembangkan destinasi wisata yang nyaman dan rindang yang disebut dengan masjid e-co parks. Selain tujuan beribadah ke masjid juga menjadi destinasi wisata, tujuan wisata masyarakat. Mereka yang awalnya belum terniat beribadah ke masjid, tetapi dengan magnet wisata dan pemberdayaan yang dilakukan di masjid membuat mereka ikut bersama jamaah untuk melaksanakan shalat di masjid.
Masjid jangan hanya berlomba pengeras suara untuk memanggil orang datang ke masjid berjamaah, tetapi harus berlomba kreatifitas mengembangkan layanan terhadap jamaah, sehingga jamaah benar-benar terpikat dan istiqomah dalam memakmurkan masjid.
Di akhir ayat Allah SWT menegaskan “mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk”. Mereka dan petunjuk ini memiliki multi interpretasi. Boleh jadi mereka yang dimaksud adalah pengurus masjid dan boleh jadi juga jamaah mendapatkan hidayah (petunjuk) sehingga ia menjadi kelompok yang istiqomah dalam beribadah di masjid atas kreatifitas dari pengurus.
Boleh jadi juga pengurus itu sendiri mendapatkan inspirasi dan inovasi yang tinggi dalam menerapkan pelayanan yang ramah, menarik dan memikat perhatian semua pihak untuk pengembangan kemakmuran di masjid.
Masjid Ramah lingkungan adalah agenda strategis untuk memberikan ketauladanan kepada segenap manusia, bahwa kerusakan alam ini adalah akibat dari degradasi moral manusia. Manusia yang lebih berorientasi kepada anthropocentrism, pemahaman bahwa alam untuk manusia, tercipta secara alamiah, tidak membutuhkan pelestarian.
Paham ini telah terbukti nyata membuat lingkungan rusak, pemanasan global meningkat, membuat manusia mengalami krisis dimensional, kekurangan pangan, krisis energy dan krisis air. Antar manusia, antar bangsa berebut pada tiga hal tersebut sehingga berakibat pada perang dan ekspansi.
Pendekatan moralitas dakwah tentang kelestarian, pemuliaan, dan pemeliharaan lingkungan hidup dan sumber daya alam, akan memberikan harapan untuk menciptakan kehidupan dunia baru yang e-co centrism, makhluk hidup saling terkait, saling membutuhkan dan manusia perlu menciptakan keseimbangan alam, sehingga alam berjalan natural sesuai dengan kodrat dan iradat Allah SWT yang sudah diatur dalam sistem sunnatullah. Manusia jangan lagi melakukan intervensi dan destruksi terhadap alam.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar