BANTUL, potretkita.net - Persyarikatan Muhammadiyah harus bisa menyikapi dengan bijak, kemajuan teknologi telah berdampak terhadap pengajian di masjid-masjid. Mereka berpindah ke media sosial (medsos).
"Majelis taklim di masjid semakin sepi peminat, karena mereka berpindah ke ‘pondok pesantren’ yang saat ini ramai diminati oleh banyak orang yaitu pondok pesantren Facebookiyah, WhatsAppiyah sampai YouTubeiyah," kata Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman, pada Jumat (27/1), di acara Pengajian Kader yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Tamantirto Selatan, Kasihan, Bantul.
Memang sekarang, imbuhnya, ‘pesantren’ yang paling banyak santrinya itu adalah Facebookiyah, Pesantren WhatsAppiyah, dan Pesantren YouTubeiyah, itu pesantren yang paling banyak santrinya, di samping tentunya yang pakai IG dan TikTok.
Menurutnya, perubahan tersebut sulit dihindari mengingat kehidupan manusia, termasuk umat muslim saat ini sedang digeser dengan adanya dunia digital. Kenyataan tersebut, menurutnya, menjadi sebuah keniscayaan, sehingga tidak perlu ditakuti dan disesali, melainkan justru dicarikan solusi.
Teringat pesan gurunya di masa kecil, Dokter Spesialis Saraf ini menuturkan, bahwa merawat jamaah dengan jumlah banyak maupun sedikit tetap seorang mubaligh atau da’i harus tetap optimis, dibuktikan dengan tanpa mengurangi ilmu yang akan disampaikannya.
“Kata guru kami, jangan mengurangi kualitas berapapun yang datang. Karena pahala Allah itu bukan dari berapa banyak yang mendengarkan, tetapi sejauh mana kita bersungguh-sungguh menyampaikan pesan Islam sebagaimana tugas kita bersama," ungkapnya.
Sebagaimana diberitakan muhammadiyah.or.id, Agus menyatakan, dalam menyikapi persoalan-persoalan tersebut, pengajian-pengajian yang diselenggarakan oleh Persyarikatan Muhammadiyah harus punya solusinya, yaitu menyiarkan pengajian-pengajian melalui saluran media sosial maupun media digital yang bisa disimak dari mana saja.(*/mus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar