MEDAN, potretkita.net - Ulos adalah kain tenun khas Batak. Selain menjadi bagian dari adat budaya Batak, kini ulos telah berkembang sedemikian rupa, sebagai bagian dari usaha ekonomi kreatif.
Usaha ulos menjadi lapangan pekerjaan yang mampu menampung tidak sedikit pekerja terampil, seperti yang ditemukan di Galeri Ulos Sianipar di Pasar Merah, Medan. Pusat usaha ekonomi kreatif itu sedikitnya mempekerjakan 150 orang penenun.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo, saat berkunjung ke Medan kemarin, menyempatkan diri berkunjung ke unit usaha kerajinan itu. Wamen melihat langsung proses menenun kain ulos tersebut, sebagai upaya mendukung pelaku ekonomi kreatif Medan khususnya sub sektor kriya.
Siaran pers Kepala Biro KomunikasiI Kemenparekraf Gusti Ayu Dewi Hendriyani menjelaskan, untuk melihat proses menenun kain ulos, Wamenparekraf Angela bersama Pemilik Galeri Ulos Sianipar Robert Maruli Tua Sianipar, berjalan sejauh 150 meter dari Galeri Ulos Sianipar.
Di rumah tenun terdapat kurang lebih 150 penenun yang setiap harinya memproduksi beragam jenis ulos. Tentunya rumah tenun ini dilengkapi dengan sejumlah alat tenun yang masih tradisional.
Usai melihat proses tersebut, Wamenparekraf bergerak menuju ke Galeri Ulos Sianipar yang telah berdiri sejak 1992. Galeri Ulos Sianipar menawarkan berbagai jenis kerajinan. Mulai dari kain ulos, songket, baju, tas, dompet, sandal, sepatu, pernak-pernik, hingga makanan ringan.
Wamenparekraf Angela pun memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membeli sejumlah kain ulos sebagai buah tangan.
Ulos memiliki makna mendalam bagi masyakarat Batak. Ulos diumpamakan seperti rotan atau biasa disebut hotang dalam bahasa Batak. Rotan terkenal sebagai bahan pengikat yang sangat kuat. Karenanya ulos dilambangkan sebagai ikatan kasih sayang yang kuat dalam hubungan keluarga.(rel/mus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar