Beda Dukun dan Presiden - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

17 Juni 2021

Beda Dukun dan Presiden


POTRET KITA –
DUNIA
ini memang semakin ‘wale’ saja. Sulit dan rumit dipahami dengan akal waras. Tapi wajar dan menggunakan akal sekadarnya, tanpa mesti dibebani kepentingan sesaat, sebenarnya kerumitan itu tidak akan berarti apa-apa.


Anda tak percaya? Cobalah cari persamaan dan perbedaannya, antara dukun dan presiden. Apa pula persamaan ‘karakatah’ alias kepiting dengan ‘lauak kulaghi’? Rumit, bukan? Ya, kalau itu dibuat rumit. Bila dibikin mudah, justru mudah dan enteng sekali untuk dijawab.


Begitulah. Hasan Dindin membuka dialog di pagi itu, sambil ‘manduduih’ kopi panas di lapau Nuan. Di situ, sepanjang waktu, sejak dari sudah subuh sampai pula habis acara tivi pada tengah malam menjelang dinihari, para politisi kampung berdebat dan berdiskusi.


Jangan kan soal beda dukun dengan presiden, perang Iran dengan Irak yang bertahun-tahun saja, selesai dari lepau itu. Betapa susah payah dan lamanya waktu yang diperlukan tentara Amerika Serikat menangkap Presiden Irak Saddam Hussein, mendapat sorotan tajam pula dari lapau itu.


Hasan Dindin memang kerap ‘nyeleneh’ dan membua statement. Tapi perlu kita ingat, esensi dari setiap kata yang diucapkannya, mengandung makna-makna hakiki dari sebuah kehidupan yang sarat kepentingan.


‘’Jangan itulah yang mau dipersoalkan pagi ini, San! Berat benar pertanyaannya. Tak ada dalam siaran Radio BBC London. Dalam berita-berita di media sosial juga tak nampak. Apalagi media online dan koran harian,’’ Unuih menyela.


‘’Aaa…Inilah contoh orang yang selalu membuat rumit setiap persoalan. Dek lama di rantau, lantaran terjerat korupsi, kamu balik ke kampung kan? Padahal sudah saya alas dari tadi, tak semestinya pertanyaan itu membuat penting kepala. Mudah sajanya itu,’’ jawab Dindin dengan sedikit ‘ongeh’. Maklum, selama ini dia ke dia saja yang jadi tokoh sentral dalam dunia ‘ota-maota’ pagi di lepau itu.


Anda penasaran? Inilah jawaban Hasan Dindin yang sempat terekam tip ketek saya. Presiden itu sama saja dengan dukun. Sama-sama bermaksud mengobati.


Kalau presiden, tugasnya mengobati penyakit ekonomi negara dan cedera sosial rakyat. Juga mengobati penyakit Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang menahun. Ini berat. Sudah beberapa presiden yang berupaya mengobati, tapi tak sembuh-sembuh juga sampai kini.


Dukun juga bekerja mengobati. Yang diobati dukun, ya mereka yang terkena ‘Sijundai, Kanai jo Letai’ (SKL). Biasanya untuk bisa sembuh total, tak cukup pula seorang dukun saja mengobatinya. Banyak ramuan yang harus ‘ditawa’.


Sama kan? Keywordnya: mengobati; tak cukup satu orang. Bedanya, kalau presiden perlu asesoris politik dan tampilan parlente, tapi dukun cukup dengan kemenyan dan asesoris kumuh bin lusuh saja.


Lalu beda ‘karakatah’ atau kepiting dengan ‘lauak kulaghi’? ‘Karakatah’ bisa hidup di air dan darat, sedangkan ‘lauak kulaghi’ hanya di air saja. Persamaannya? Dalam kesehariannya, kedua makhluk dengan daging gurih itu sama-sama suka menantang arus.


Menantang arus itu dalam rangka mendapatkan air yang lebih jernih dan bersih. Kendati tujuan sama, tetapi cara dan gaya mereka berbeda.


‘Karakatah’ itu kalau berjalan tak pernah lurus arah ke depan. Dia selalu berjalan menyamping. Entah bagaimana caranya melihat jalan, tak jelas pula oleh kita. Sedangkan ‘lauak kulaghi’ bila sudah menetapkan arah, dia akan tetap berjalan lurus ke arah itu. Penuh komitmen. Tak banyak ‘cincong’ dalam berjuang.


Kalau sudah tertumbuk ke air terjun, ‘lauak kulaghi’ akan berputar-putar di sana saja, menunggu saat yang tepat, kapan air terjun itu bisa dilaluinya. (MUSRIADI MUSANIF)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad