Kucitara Belum Jadi Pilihan, Jawa Mulai Kewalahan - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

24 Juni 2021

Kucitara Belum Jadi Pilihan, Jawa Mulai Kewalahan

JAKARTA, POTRETKITA – Seorang dokter piket ICU di sebuah rumah sakit di Jakarta menulis di akun medsosnya: Tengah malam menjelang dihihari, masuk iring-iringan dua ambulan membawa pasien darurat Covid-19. Sang pasien dirujuk dari puskesmas.

tekno.sindonews.com

Dua pasien itu sama-sama kritis. Keduanya membutuhkan gas untuk membantu pernafasannya yang sesak. Stok peralatan untuk itu sudah habis. Kamar perawatan juga tidak ada. Pemeriksaan terhadap dua pasien dilakukan di pelataran sempit, lewat sedikit dari teras ICU.


Yang satu masih berusia 40-an, sementara satu lagi berusia 70-an. Karena keterbatasan fasilitas perawatan, yang termuda dicoba ditangani secara medis di dekat teras itu.Yang tertua ‘ditolak’ dan disuruh mencari rumah sakit rujukan lainnya.


‘’Menyuruh mencari rumah sakit rujukan lain itu, hampir sama dengan mengulur waktu kritis saja. Benar saja, ada kabar, sang pasien 70-an akhir meninggal dunia di perjalanan, karena tak dapat juga rumah sakit. Semua sudah hampir penuh. Yang 40-an juga meninggal dunia menjelang tengah hari, karena penanganannya tidak maksimal, tersebab fasilitas penanganan pasien Covid-19 bersama ruang ICU dan ruang isolasi terpakai semua,’’ tulis sang dokter.


Rumah sakit beserta dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya di enam provinsi di Pulau Jawa, kini memang mulai kewalahan. Lonjakan angka kasus konfirmasi Covid-19 yang memerlukan penanganan medis di rumah sakit cukup tinggi.


Kewalahan bertemu dengan kelelahan. Mereka pun berharap, pemerintah mengambil langkah-langkah darurat, untuk menangani pertambahan kasus konfirmasi positif Covid-19 yang naik tajam itu.


Data yang dilansir Satgas Penangan Covid-19 nasional, sebagaimana disampaikan jurubicara Prof. Wiku Adisasmito, Provinsi DKI Jakarta mengalami peningkatan kasus konfirmasi baru hingga 387 persen, Jawa Barat 115 persen, Jawa Timur 174 persen, Jawa Tengah 105 persen, Yogyakarta 197 persen, dan Banten 189 persen.


‘’Perkembangan kasus tersebut menjadikan Indonesia secara nasional, mengalami peningkatan kasus mingguan sebesar 92 persen sejak empat minggu terakhir. Ini adalah kenaikan yang sangat tajam dan tidak dapat ditoleransi. Kejadian ini menyebabkan meningkatnya keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan,’’ jelasnya.


Dikatakan, hingga 21 Juni 2021 baru lalu, keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di lima dari enam provinsi di Pulau Jawa sudah mencapai 80 persen. Hanya Jawa Timur yang tingkat keterisiannya 66,67 persen.


Untuk menekan angka-angka yang mulai menakutkan dan melelahkan, Satgas Covid-19 meminta pemerintah daerah, terutama di Pulau Jawa, mulai dari tingkat provinsi hingga kota kabupaten, mengambil kebijakan penanganan yang jelas dan tegas berbasis data yang akurat, sehingga dapat diambil kebijakan penanganan yang tepat.


KUNCITARA

Sementara itu, Presiden Joko Widodo, sebagaimana disiarkan web setkab.go.id menegaskan, pihaknya memang sudah menerima masukan dari semua kalangan, termasuk adanya usulan untuk memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan kuncitara (lockdown).


‘’Dengan memperhitungkan kondisi ekonomi, sosial, dan politik, serta memperhatikan pengalaman negara lain, pemerintah masih menjadikan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro sebagai pilihan kebijakan,’’ ujar presiden.


Presiden mengatakan, pada dasarnya esensi PPKM Mikro dan kuncitara (lockdown) itu sama. Tidak perlu dipertentangkan. Jika PPKM Mikro terimplementasi dengan baik, katanya, maka tindakan-tindakan di lapangan akan terus diperkuat, sehingga laju pertambahan kasus dapat dikendalikan.


‘’Wabah ini adalah masalah nyata. Penyakit ini tidak mengenal ras maupun diskriminasi. Setiap orang, tidak peduli apa asal usulnya, status ekonominya, agamanya, dan suku bangsanya dapat terkena. Ini penyakit yang tidak melihat siapa kita. Jika kita tidak hati-hati dan berdisiplin menjaga diri, bisa kena,’’ kata presiden.


ABAI DAN SOMBONG

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir menyatakan, kembali melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari sikap abai dan sombong sebagian kalangan, terutama dalam menaati protokol kesehatan yang sudah disiapkan pemerintah.


‘’Ini masalahnya serius. Bisa jadi orang abai protokol itu terlalu sombong. Merasa tidak takut. Muhammadiyah tidak masuk golongan yang menganggap Covid-19 adalah konspirasi,’’ tegasnya.


Ketua Majlis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fathurrahman Kamal menyebut, umat Islam harus tetap optimis dan berprasangka baik (husnudzon) kepada Allah, terkait dengan kembali meningkatnya kasus-kasus Covid-19 di Indonesia.


‘’Kehidupan manusia sekarang ini kehilangan keseimbangan. Maka Allah menakdirkan sesuatu. Artinya, semua yang terjadi di alam ini berdasarkan pada ketentuan Allah. Kalau ada orang yang meninggal dunia, apakah tersebab tenggelam atau Covid-19. Penyebabnya hanya satu: ajal,’’ katanya.


Dikatakan, musibah adalah cara Allah agar manusia mengingat-Nya dan menyatakan ketidakberdayaan manusia sebagai makhluk. Untuk itu, ujarnya, umat Islam harus mampu memetik hikmah di balik musibah dan berbaik sangka kepada Allah.(*/mus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad