Umat dan Pemanasan Global - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

22 Juli 2022

Umat dan Pemanasan Global

Oleh Dr. Suhardin, S Ag., M Pd.

(Dosen Universitas Ibnu Chaldun Jakarta)



PEMANASAN global sesuatu hal yang nyata dan dirasakan oleh semua pihak, semua akan bertanya apa penyebabnya dan siapa yang bertanggungjawab. Semua itu tentu sangat akan rame diperdebatkan.


Giliran tanggung jawab, semua tentu saling menghindar. Intergovermental Panel on Climate Change(IPPC) ) menyimpulkan, pemanasan global terjadi akibat meningkatnya efek rumah kaca dan aktivitas manusia. 


Tidak bisa dipungkiri, semenjak revolusi industri dan imperialisme oleh bangsa barat terhadap bangsa-bangsa lain, untuk penyebaran hasil produksi mereka, banyak terjadi deforestrasi (kerusakan hutan), merubah fungsi lahan, yang dahulunya adalah hutan yang menjadi paru-paru dunia, dan ekosistem penyangga biodiversity (keanekaragaman hayati) berubah menjadi pabrik dan pemukiman baru. 


Menghilangkan hutan tentu akan meningkatkan efek rumah kaca, hutan yang ditumbuhi oleh anekaragam pohon yang memiliki hijau daun, dapat melakukan fotosintesis, menyerap karbon dioksida yang dihasilkan oleh cahaya matahari dan menghasilkan oksigen untuk kebutuhan makhluk hidup yang berada di sekitarnya.


Cahaya matahari yang tidak terserap oleh hijau daun akan memantul kembali ke lapisan ozon yang mengakibatkan penipisan, yang dapat mengakibatkan masuknya sinar ultra violet ke dataran bumi. Memang pantulan yang terlalu banyak dan sering akan membuat lapisan ozon menipis, dan boleh jadi akan tembus dan dapat ditembus oleh sinar ultraviolet yang akan memberikan banyak dampak terhadap makhluk di muka bumi. 


Efek rumah kaca istilah yang digunakan untuk menggambarkan bahwa bumi pada lapisan atmosfier mengalami penumpukan karbon dioksida (Co2), sehingga bumi mengalami pemanasan. Hal ini terjadi akibat aktifitas manusia yang senantiasa berkontribusi terhadap emisi karbon melalui pabrik dan kendaraan bermotor yang menggunakan energi fosil, sementara akibat terjadinya peningkatan jumlah populasi manusia (over population)  dan penambahan pabrik, manusia melakukan pengurangan hutan, pengalihan fungsi hutan menjadi pabrik dan pemukiman. 


Pemanasan global dapat dirasakan oleh masyarakat dunia dalam bentuk; pertama, berkurangnya glaster es di kutub utara dan kutub selatan, sehingga air laut naik dan bibir pantai berkurang, beberapa pulau hilang, tenggelam seiring dengan kenaikan permukaan laut.


Kedua, terjadi anomali musim, temperatur rata-rata mengalami peningkatan sekitar 1,5-5 derajat celcius semenjak pra industri sampai masa industri sekarang. Nelayan mengalami kesulitan dalam melakukan penangkapan ikan di laut, petani sukar untuk bertanam. Banyak nelayan mengalami kerugian dalam penangkapan ikan, tidak seimbang antara biaya operasional dengan hasil tangkapan.


Demikian juga petani banyak mengalami gagal panen akibat tanah mengalami fuso, produktifitas pertanian lebih mengedepankan pemupukan, sehingga beban biaya opersional tidak seimbang dengan hasil pertanian. 


Ketiga, bencana rabb, banjir air laut dikala purnama menjadi fenomena dimana-mana, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Fenomena ini tentu sesuatu yang berdampak terhadap penurunan produktifitas, banyak masyarakat kehilangan penghasilan, banyak aset masyarakat hancur, termasuk juga aset pemerintah dan pemerintah daerah.


Keempat, anomali cuaca, membuat terjadinya cuaca ekstrim, hujan besar, angin kencang, badai tropis, petir, halilintar, berbagai bencana alam lain, yang dampaknya sangat merugikan produktifitas masyarakat.


Katakanlah banjir yang terjadi akibat hujan, karena tidak seimbangnya drainase dan berkurangnya hutan, banyak menyebabkan kegagalan panen, merusak pemukiman warga, menghancurkan rumah dan beberapa fasilitas umum yang dibutuhkan oleh mayarakat. 


Sangat benar secara faktual yang difirmankan Allah SWT. : “Telah tampak kerusakan di daratan dan dilautan disebabkan akibat perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar-Rum (30): 41)


Akibat tindakan destruktif manusia yang tidak mengindahkan keseimbangan alam, tidak menghargai keberlangsungan hidup biodiversity (keanekaragaman hayati), meraup keuntungan individual, corporate, dan state (negara), tanpa hirau dan peduli dengan lingkungan, dampaknya dirasakan oleh semua pihak berupa bencana alam, bencana sosial dan bencana ekonomi, sebagai bagian dari peringatan Allah kepada manusia atas perbuatan manusia merusak alam, ekosistem, dan lingkungan (environment), agar kembali kepada jalan yang benar, jalan ekologis dan pro enviromental (lingkungan). 


Nabi Muhammad SAW semenjak awal berpesan kepada ummat bahwa andaikan ada pemberitaan besok hari kiamat, ummat Islam tetap diperintahkan untuk senantiasa menanam pohon, sebagai bagian dari kewajiban ummat Islam melakukan penghijauan dimanapun berada dan kapanpun. Nabi sangat mencela dan melarang ummat Islam untuk menebang pohon sekalipun dalam kondisi perang.


Dalam kondisi apapun sumber air dan makhluk yang bernyawa dipelihara oleh ummat Islam, sebagai bentuk nyata bahwa Islam adalah agama yang sangat pro terhadap kelangsungan hidup anekaragam hayati (biodiversity). 


Dalam krisis lingkungan sekarang, terjadinya pemanasan global, membuat semua orang semakin percaya bahwa ajaran Islam benar dan solutif  terhadapa permasalahan global, tinggal bagaimana mengemas dan menyampaikan kepada orang yang tidak paham dan tak mau paham terhadap Islam. Tanggungjawab terhadap kerusakan lingkungan ini tentulah para corporasi peraup kapital dan pengeruk sumber daya alam, tetapi yang merasakan dampaknya semua orang yang berada di muka bumi ini. 


Sebagai umat Islam peran nyata yang perlu dilakukan dalam meminimalisasi pemanasan global ini, pertama, merobah gaya hidup dan sumber energi fosil kepada sumber energi yang ramah lingkungan, sekalipun tidak mampu mengurangi sumber energi minimal mengurangi penggunaan kendaraan yang berenergi fosil.


Sedapat mungkin dari terbiasa menggunakan moda transportasi pribadi beralih kepada transportasi massal, agar penggunaan emisi karbon lebih minimal, sedapat mungkin pergunakanlah moda transportasi keretapi listrik, MRT dan LRT serta mobil berenergi listrik.


Kedua, budayakan menanam, seperti yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW: “Tidaklah seorang muslim menanam suatu pohon melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman itu sebagai sedekah darinya, dan tidaklah kepunyaan dari seseorang itu dikurangi melainkan jadi sedekah baginya” (HR Muslim Hadits no. 1552).


Membiasakan menanam pohon di pekarangan rumah, di halaman masjid, di halaman sekolah, di dalam lokasi tanah wakaf, sebagai bagian dari rehabilitas hutan sosial. Ketiga, mengurangi penggunaan freeon, baik dalam bentuk AC, Freezer dan kulkas.


Diusahakan rancangan dan bangunan rumah yang memiliki ventalasi dan sanitasi yang baik. Di pekarangan ditanami aneka pohon agar ada ekosistem makhluk hidup, burung, cacing, semut, ular, kalajengking, dan biota lainnya. Keempat, jangan sekali-kali menebang pohon yang masih dimanfaat dalam ekosistem. Kecuali pohon yang sudah diperhitungkan untuk membahayakan lingkungan, karena sudah tua, lapuk dan akan menimpa orang lain. Satu batang pohon memberikan konstribusi oksigen dan bermanfaat untuk berbagai jenis makhluk hidup di sekitarnya. 


Kelima, jangan sekali-kali terlibat dalam kegiatan deforestrasi, pembukaan hutan dengan dalih investasi perkebunan dan pemukiman, kecuali memang sudah sangat diperhitungkan secara proporsional kepentingan ekonomi, sosial dan keberlangsungan dan keseimbangan sumber daya alam.


Keenam, lakukanlah pengawasan mandiri terhadap beberapa teman, saudara, yang telah terlanjur salah, kilaf dalam berinteraksi dengan lingkungan. Ingatkan mereka yang sudah tidak pada jalan Allah tersebut, bisa jadi dengan pengawasan yang kita lakukan mereka mau bertaubat, insaf untuk tidak merusak lingkungan lagi, sekalipun itu tuidak terjadi, tetapi kita sudah lepas dari kewajiban menjalankan dakwah di bidang lingkungan hidup. 


Nashrun minallah wa fathun qarib.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad