Pemanfaatan Maksimal Masjid Hanya pada Ramadhan dan Syawal - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

24 Agustus 2022

Pemanfaatan Maksimal Masjid Hanya pada Ramadhan dan Syawal

NARASUMBER

Jufrizal (Bandung)

Jonito Vendri (Pasaman)

Ardinan (Pasaman Barat)


JUFRIZAL

PADANG, POTRETKITA.net
- Masalah paling mendasar dalam pengelolaan masjid untuk meramaikan jamaah, sementara masjidnya megah dan besar, karena anak nagari banyak berada di perantauan.


Ketika mereka pulang kampung pada bulan-bulan tertentu, masjid jadi terasa sempit karena meningkatnya jumlah jamaah. Umumnya hal itu terjadi pada Ramadhan, Syawwal, Zulhijjah, dan musim libur anak sekolah. Setelah itu masjid kembali lengang, karena 'orang ramai' itu sudah kembali ke rantau masing-masing.


"Di negerinya para perantau ini, seringkali kita lihat waktu maksimal pemanfaatan masjid hanya di bulan Ramadhan dan dua hari raya. Namun mereka terkadang merasa sangat terhina, jika kubah, menara, tempat wudhu, karpet dan sebagainya di masjid kampung tidak terlihat mentereng, atau kalah dari masjid yang mereka lihat di kota perantauan," sebut Jufrizal, salah seorang warga Muhammadiyah di Jawa Barat.

ARDINAN
Semangat yang spontan seperti ini, ujarnya, sering 'dimanfaatkan' oleh pengurus untuk menggerakkan pembangunan fisik. Selain sebab di atas yang menyebabkan gencarnya pembangunan fisik masjid, menurut Jufrizal, juga karena kurangnya ilmu dan literasi para pengurus, terutama tentang bagaimana cara memakmurkan masjid.


Menurutnya, pengurus lebih senang melihat tabungan masjid yang segunung dan dengan bangga melaporkannya pada jemaah Jumat. Sementara kebutuhan rutin yang seharusnya dapat menjadikan masjid hidup, nyaris tak terpikirkan.


"Di beberapa tempat kita masih menemukan tidak ada petugas kebersihan, akibatnya air wudhu kosong, kamar mandi bau, karpet apek, tidak ada muazzin tetap, tidak ada imam tetap tetap," sebutnya.


Bila Jufrizal menyorotnya dari sisi masjid secara umum, Tokoh Muhammadiyah Pasaman Barat; Ardinan melihatnya secara khusus masjid dan mushalla milik Persyarikatan Muhammdiyah. Masjid dan mushalla Muhammadiyah, menurut Ardinan, idealnya harus menjadi denyut kehidupan cabang dan ranting Muhammadiyah.


"Keberadaan masjid dan mushalla itu tak terpisahkan dari kehidupan cabang dan ranting Muhammadiyah. Akan tetapi, semua yang ideal belum tentu dapat diwujudkan dengan mudah. Kita sering mendengar kisah-kisah sedih tentang hilangnya masjid kita," ujarnya.

JONITO VENDRI
Dalam kondisi tertentu, timpal Jonito Vendry, warga Muhammmadiyah dari Tapus Pasaman, ada pula masjid dan mushalla Muhammadiyah yang jamaahnya kebanyakan bukan anggota dan simpatisan Muhammadiyah. Akibatnya, kegiatan-kegiatan dan pelaksanaan ibadahnya tidak lagi mengikuti ketetapan Muhammadiyah, seperti tidak lagi sejalan dengan Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah.


"Masjid dan musholla milik Muhammadiyah jamaahnya lebih banyak bukan warga Muhammadiyah, bahkan ustadz yang mengisi pengajian pun banyak yang bukan Muhammadiyah. Sehingga amalan yang dipahami oleh Muhammadiyah mulai terpengaruh," sebut Jonito Vendri.


"Itu satu masalah. Masalah lainnya adalah dari aspek administratif. Masjid dan mushalla Muhammadiyah masih banyak yang belum sertifikat. Mengandalkan surat yang dulu kala. Nah, ketika yang memegang surat meninggal, arsip mulai kabur," jelas Ardinan yang juga merupakan ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting Muhammadiyah Daerah Pasaman Barat.


Jufrizal menyebut, tinggalnya masjid dan mushalla di lingkungan Muhammadiyah juga karena memudarnya kegiatan pengajian-pengajian yang dilakukan ranting dan cabang, sehingga pergerakan persyarikatan juga jadi jalan di tempat.


BACA PULA : 

Banyak Orang Membangun Masjid tapi Lupa Mengisinya

Muallimin Muhammadiyah Tamiang Kini Punya Masjid Megah


Parahnya lagi, tegas dia, pengurus persyarikatan di tingkat akat rumput kerap pula bekera seperti panitia saja "Ketika selesai suatu iven, serta merta pengurus lebih banyak berjamaah di rumah," katanya.(MUSRIADI MUSANIF)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad