Dipresentasikan oleh
Musriadi Musanif, S.Th.I
Wartawan Utama pada Harian Umum Singgalang, Padang, Sumatera Barat
Pimpinan Redaksi Media Online potretkita.net
DALAM sebuah uraiannya tentang Jurnalisme, Septiawan Santana K menjelaskan, pembaca media massa saat ini memerlukan laporan pers yang tidak lagi sekadar penggal kejadian, atau peristiwa stright news, tetapi memerlukan informasi yang lebib jauh dan mendalam.
ILUSTRASI CIKARANGINDUSTRIAL.COM |
ARTIKEL SEBELUMNYA : Klik di sini
Laporan pers harus memuat struktur persoalan masyarakat yang kian kompleks dalam tiap mekanismenya. Dengan kata lain, laporan berita bermodel stright news kurang memadai dalam memenuhi atensi, kepentingan, dan kebutuhan masyarakat.
Proses encoding reporter mesti didasari pada pemahaman akan kepentingan dan kebutuhan masyarakat urban, metropolis, dan kompetitif. Encoding adalah proses mengubah pikiran menjadi komunikasi dengan menggunakan media untuk mengirim pesan, panggilan telepon, email, pesan teks, pertemuan tatap muka, dan piranti komunikasi lainnya.
Muatan berita saat ini harus mereferensikan dinamika sosial pasar bebas. Informasinya menjadi alat pembantu yang menguntungkan untuk kepentingan bertukar barang dan jasa. Koleksi fakta-faktanya dapat dijadikan bahan analisis dan kalkulasi sosial yang dipelukan.
Dalam keadaan itu, konstruksi informasi berdasarkan amatan urutan kejadian mesti ditambah. Masyarakat kini membutuhkan pasokan berita yang ridak cuma berurutan 5W+1H, dengan bentuk piramida terbalik. Keenam unsur itu, disusun berdasarkan yang paling penting, mendahulukan yang tidak penting (piramida terbalik), dinilai kurang mengompilasikan fenomena peristiwa kemasyarakatan.
Permasalahan masyarakat semakin kompleks. Keputusan rasional semakin penting. Kelengkapan dan keluasan informasi pers, menjadi sarana untuk penajaman analisis situasi lingkungan.
Pada jurnalisme masa kini, perkembangannya memfokus pada kerja pencarian data. Arah kerja jurnalistik membentuk ukuran ketepatan informasi empirik. Hasil liputan ditujukan untuk mencapai kredibilitas bagi penginterpretasian masyarakat.
Mereka menargetkan akan informasi terukur. Ukuran itu ditetapkan melalui cara kerja peliputan yang bermetode ilmiah, agar representatif apabila dijadikan parameter masyarakat dalam mempersepsi fenomena sosial.
Peliputan modern mempergunakan kegiatan penelitian sistematis dan terencana. Sistematis maksudnya kegiatan dilakukan melalui keteraturan kegiatan. Untuk itu, kegiatan liputan, di antaranya menggunakan metode penelitian ilmiah.
Urutan penelitian ilmiah itu meliputi perumusan masalah, penetapan tujuan, identifikasi, pengumpulan, dan pengolahan data, serta penginterprestasian data. Semua itu dilaksanakan secara teratur dan konsisten, sehingga sampaian pesan jurnalisme mereka memiliki validitas.
Oleh karena itu, mereka memakai metode kegiatan penelitian dalam kegiatan liputan, walau tidak sekonsisten riset di perguruan tinggi. Mereka mempergunakan metode riset yang dinilai tepat untuk meng-cover sebuah isu masalah sosial, seperti metode deskriptif, historis, dan korelasional dengan metode analisis isi atau content analytic.
Metode kuantitatif sering dipergunakan. Hal ini tampaknya terkait dengan pola kemasyarakatan pasar bebas Indonesia yang berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Angka-angka statistik, antara lain, jadi alat memudahkan pentransferan data-data sosial ke keringkasan grafik, tabulasi, atau satuan-satuan angka kumulatif.(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar