OPINI, potretkita.net - Sebelum menjadi Pimpinan Muhammadiyah Pabasko, Buya Zulkarnaini menjadi dosen tetap di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Imam Bonjol Padang. Selain aktif menjadi dosen, beliau juga aktif dalam berbagai organisasi kemasyarakat.
HARIANHALUAN.COM |
Untuk Majelis Ulama Indonesia (MUI), hamper 10 tahun beliau menjabat Ketua MUI Kabupaten Solok yakni tahun 2005 sampai 2015. Kemudian, di MUI Sumatera Barat, ia kini menjabat sebagai Ketua Bidang Fatwa Hukum dan Perundang-undangan.
Kemudian, lelaki kelahiran Paninjauan 21 April 1955 ini juga aktif di organisasi Muhammadiyah. Pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Tabligh PDM Solok, Ketua Majelis Tarjih PDM Solok dan Ketua Umum Pimpinan Daerah Muhammadiyah Solok.
Untuk Muhammadiyah tingkat Sumatera Barat, ia pernah menjadi anggota Majelis tarjih dan Tajdid PWM Sumbar, kemudian naik menjadi Wakil Ketua majelis Tarjih dan Tajdid tahun 2010-2015 dan untuk periode 2015 sampai 2020 sebagai Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PWM.
Keaktifan Buya Zulkarnaini di Muhammadiyah mengantarkan beliau menjadi tenaga pengajar Fiqih dan Ushul Fiqih serta Tafsir dan Ilmu Tafsir di Muhammadiyah Collage, Singapura tahun 2008 sampai sekarang.
Buya Zulkarnaini memulai pendidikan di SDN Gunung Padang Panjang dan menghabiskan waktunya selama tujuh tahun di Perguruan Thawalib Padang Panjang. Pendidika di Thawalib dimulai dengan jenjang Thawalib selama 4 tahun dan jenjang KUI selama 3 tahun. Menyelesaikan pendidikan tujuh tahun di Thawalib adalah sebuah bentuk paripurnanya santri Thawalib dalam menempuh pendidikan di Perguruan Thawalib yang didirikan tahun 1911 itu.
Setamat dari Perguruan Thawalib, Buya Zulkarnaini meraih gelar sarjana muda di FIA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, dan memperoleh gelar sarjana lengkap di Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang.
Keinginan kuat untuk meneruskan jenjang pendidikan ke tempat lebih tinggi dijalani Buya Zulkarnaini. Setelah tamat di IAIN Imam Bonjol tahun 1983, maka ia meneruskan pendidikan S2 di IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Setelah meraih gelar master tahun 1992, kemudian dilanjutkan studi doctoral atau S3 di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Gelar doktor ia peroleh di universitas Islam terbesar di wilayah Jakarta tersebut pada tahun 2004.
Dengan keilmuan yang dimilikinya, Buya Zulkarnaini melakukan berbagai penelitian yang kemudian dipublikasi. Tahun 2020 penelian yang dipublikasikan adalah judul Problema Dai dalam Pembinaan Umat. Tahun 2013 penelitian tentang Hukum Imam Estafet. Di tahun yang sama juga membuat penelitian tentang Ketentuan Zakat dan Pajak bagi Umat Islam.
Pada tahun 2017, Buya Zulkarnaini terus melakukan penelitian tentang Pertimbangan Maslahat dalam Perubahan Fatwa : Analisis Terhadap Fatwa MUI Sumatea Barat dan penelitian tentang Bahasa Fikih dan Dakwah Pertimbangan antara Ketegasan dan Daya Pikat.
Buya Zulkarnaini yang tinggal di Solok telah memiliki enam orang anak dari perkawinannya dengan Sofinar. Pada 27 Mei lalu, Buya Zulkarnaini resmi memasuki purnabhakti di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Imam Bonjol.
Perjalanan hidup beliau sebagai tenaga pendidik ternyata tidak berhenti sebagai dosen. Kurang dari satu bulan memasuki masa purnabhakti, ia diberikan amanah untuk memimpin Perguruan Thawalib Padang Panjang, dimana ia pernah selama 7 tahun bersekolah di tempat ini.(rezki desyanto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar