JAKARTA, potretkita.net - Dua anggota Komisi XI DPR RI; Ela Siti Nuryamah dan Sihar Sitorus bicara soal pengendalian inflasi di daerah. Mereka berharap itu tidak sebatas slogan saja.
Ela, saat mengikuti pertemuan spesifik Komisi XI DPR ke Jawa Tengah, medio pekan kemarin, menegaskan, pengendalian inflasi di daerah, khususnya selama Ramadhan dan Hari Raya Idulfitri, jangan hanya sebatas jargon.
Karena itu, ia meminta kepada segenap Kantor Perwakilan Wilayah (KPW) Bank Indonesia di daerah, agar serius dan mengukur tingkat efektivitas setiap kebijakan untuk pengendalian inflasi tersebut.
“Maksudnya efektivitas itu tolong (koordinasinya) ditingkatkan dengan baik. Agar jangan hanya sebatas jargon, karena semua daerah rata-rata bicara ini, (yaitu soal) pengendalian inflasi jaga stok pangan, semuanya daerah isunya itu apalagi hadapi lebaran. Tetapi peran-peran ini mohon dimaksimalkan tak hanya sebatas jargon,” tegasnya.
Ia meminta, para KPW BI daerah ini untuk secara rutin melaporkan setiap program penanganan inflasi di beberapa titik. Hal itu, ujarnya, dalam rangka untuk mengukur dan evaluasi capaian BI, serta langkah intervensi apa yang seharusnya dicapai jika target inflasi itu tak terpenuhi.
“Misalnya, kita ngadain (program) pasar murah, sudah kurang lebih di 6.947 titik. Saya tidak tahu berapa (orang) ini per titiknya dan berapa subsidinya. Dan itu mungkin disinergikan dengan data inflasi atau stok pangan yang ada,” sebutnya, sebagaimana dikutip dari laman dpr.go.id yang diakses pada Senin (10/4) pagi.
Sementara itu, Sihar menyatakan, yang lebih penting dari mengendalikan inflasi adalah mengantisipasi faktor terbentuknya inflasi. Adapun cara untuk mengantisipasi faktor tersebut, ujarnya, adanya sinergi antara Pemda dan BI. Hal itu mengingat faktor inflasi ini merupakan lintas sektor yang membutuhkan sinergitas seluruh stakeholders terkait.
"Tapi yang lebih menarik saya pikir adalah memahami terbentuknya inflasi itu sendiri, dan itu ternyata kita bisa melihat banyak faktor yang menyebabkannya. Mulai dari faktor mata rantai, pasokan suatu komoditas, beras misalnya atau telur atau cabai kemudian itu juga dipengaruhi ketersediaan produksi antar wilayah yang kemudian hasilnya itu juga lintas wilayah," katanya.
Menurutnya, dari sisi konsumen kalau kita melihat saat pandemi Covid-19 2021, malah inflasinya agak rendah dibandingkan 2022, termasuk juga perilaku konsumen.
Upaya dari pemda sendiri dalam mengatasi lonjakan harga pangan, dengan mengadakan pasar murah, dinilai cukup efektif menetralisir kenaikan harga pangan di lapangan. Meskipun sebetulnya, harap Sihar, ketika momen Ramadhan dan Idul Fitri sudah terlewati, semua pihak dapat mencari jalan keluar dari mata rantai pasokan tersebut.
"Jadi untuk suatu waktu, terutama dalam hari raya besar, di mana kita banyak mengadakan acara itu menjadi sangat penting, dan akhirnya itu bisa ternetralisir. Tapi lebih daripada itu nanti setelah acara-acara besar ini selesai, kemudian kita balik kepada normal, dan dalam posisi normal inilah, kita yang harus memperhatikan mata rantai pasokan tersebut," tandasnya.(*/mus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar