SINGKIL, POTRETKITA.net - Ditaksir sudah ribuan warga Ranah Minang melakukan ziarah ke Singkil. Tujuan utama adalan makam Syekh Abdurrauf bin Ali Al-Jawi al-Fansuri As-Singkil. Pemakaman yang terletak di muara sungai itu, terungkap dari mimpi seorang warga Minang dari Kabupaten Padang Pariaman.
Foro dari https://roeshman.files.wordpress.com/2018/11/syech-singkil3.jpg |
Tahun kelahiran Syekh Abdurrauf tidak dapat diketahui secara pasti, namun ada beberapa pendapat mengatakan, beliau lahir sekitaran tahun 1620 M. Namun ada beberapa pendapat lagi setelah mengadakan kalkulasi setelah ia kembali dari Timur Tengah ke Aceh itu, kelahirannya sekitar tahun 1024 M/1615 H. Dan beliau meninggal dunia dalam usia 73 tahun.
Menurut riwayat yang beredar di tengah-tengah masyarakat, keluarga Syekh Abdurrauf As-Singkili berasal dari Persia atau Arabia yang datang dan menetap di Singkil, pada akhir abad ke 13. Ayahnya adalah seorang Arab yang bernama Syekh Ali, pada masa muda beliau, ia pertama kali belajar pada orang tuanya sendiri, karena ayahnya adalah seorang ulama dan juga memiliki dayah (madrasah) sendiri yang ada di Simpang Kanan, setelah itu baru Syekh Abdurrauf belajar ke pada ulama-ulama Fansur di Banda Aceh.
BACA JUGA : Skenario Baru Berziarah ke Barus, Alasan-alasan yang Membuktikan Adanya Rona Budaya Minangkabau di Kota Barus
Setelah itu, lanjut belajar ke Timur Tengah yaitu ke Kota Mekkah, Madinah, Jeddah, Zubeid, Mukha, Baitul Faqih. Dan diantara dari guruguru beliau yang terkenal ada Ahmad Qusyayi ia adalah pemimpinnya tarekat dari Damanhuri Basyir.
Syekh Abdurrauf As-Singkili kembali ke Aceh pada tahun 1584 H/1661 M, dan peranan beliau cukup menonjol bagi kehidupan masyarakat Aceh, ia sebagai tokoh dalam daulah Aceh Darussalam. Kedudukan itu ia dapatkan dari yang mulia Sultanah Ratu Shafiatuddin (1641-1675 M). Bahkan ia sangat dipercayai sebagai ulama dan mufti istana, Syekh Abdurrauf ahli dalam berbagai bidang ilmu seperti fiqh, hadis, tasawuf dan ilmu lainnya.
Sepanjang hayatnya, Syekh Abdurrauf As-Singkili telah menghasilkan puluhan karya tulis, selain menjadi ulama beliau juga menjabat sebagai mufti kerajaan dan mampu mengarang kitab, bahkan menyusun tafsir Qu’an yang di ditafsirkan dalam bahasa melayu (Tafsir al-baidhawi).
Demikian dapat dikatakan, Syekh Abdurrauf As-Singkili telah memainkan peran yang sangat penting khususnya dalam penyebaran Islam, baik dalam lingkungan istana maupun terhadap masyarakat. Jasanya membentuk jaringan intelektual muslim di Nusantara sangatlah besar, dengan melakukan menyalurkan pengetahuan keislaman kepada para muridnya, dan diantara muridnya yang terkenal ialah Burhanuddin Ulakan, dari Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Selain itu, sebagian masyarakat Singkil dan peziarah dari Sumatera Barat meyakini, makam yang ada di Desa Kilangan adalah makam Syekh Abdurrauf As-Singkili. Awal mulanya, berkisaran tahun 1985 ada salah seoarang ulama di Padang Pariaman yang bermimpi, dalam penafsiran mimpi tersebut keberadaan makam Syekh Abdurrauf As-Singkili berpindah dari tempat semula ke pesisir sungai Singkil.
Perpindahan tersebut ditandai dengan seperti cahaya obor yang timbul dari dalam sungai dari hulu menuju hilir dan menaiki permukaan membentuk sebuah makam.
(Dikutip dari skripsi berjudul WISATA RELIGI DI MAKAM SYEKH ABDURRAUF AS-SINGKILI: PERSPEKTIF INSIDER DAN OUTSIDER, oleh Juliyanti, dengan pengeditan seperlunya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar