JAKARTA, POTRETKITA.net - Gempabumi berskala besar yang merusak dan memicu tsunami, sudah lama tidak terjadi di Megathrust Mentawai. Peristiwa terakhir tercatat terjadi pada 10 Februari 1797 atau 225 tahun lalu.
twitter pvmbg |
Menurut Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dr. Daryono, sebagaimana banyak disiarkan dan dikutip dari sejumlah media online, masyarakat memang diminta untuk meningkatkan kewaspadaan atas adanya kemungkinan gempa yang lebih besar tersebut, terutama di kawasan pusat gempa Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat.
"Kita patut meningkatkan kewaspadaan terkait kejadian gempa pagi ini mengingat zona ini merupakan “seismic gap” yang sudah lebih dari 200 tahun. Apakah ini gempa pembuka atau bukan hal ini masih sulit diprediksi. Gempa besar terakhir di zona tersebut adalah gempa dahsyat berkekuatan sekitar 8,5 skala richter yang terjadi pada 10 Februari 1797 atau sudah 225 tahun yang lalu," jelasnya.
Ahli Paleotsunami pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), kini melebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Danny Hilman Nartawidjaya jauh-jauh hari juga sudah mengingatkan, pihaknya belum bisa memastikan gempa besar itu kapan akan terjadi, tetapi pihaknya bisa memprediksi berapa kekuatan gempa.
Hilman menyampaikan, berdasarkan pola gempa-gempa besar di wilayah itu yang cenderung berulang. Siklus gempa besar di zona subduksi Mentawai selalu berulang mengikuti siklus 200 tahunan. Gempa terakhir terjadi pada tahun 1797 dan 1833. Karena itulah, imbuhnya, gempa besar di segmen Mentawai akan terjadi lagi dengan pusatnya di wilayah Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, hingga pertengahan Pulau Pagai Selatan.
"Sebagai catatan bahwa gempa dahsyat di Kepulauan Mentawai magnitudo 8,5 pada 10 Februari 1797 memicu tsunami di Mentawai, Sumatera Barat, yang menerjang pantai dan muara sungai hingga menggenangi pesisir Kota Padang. Musibah tsunami pada saat itu menelan banyak korban jiwa. Banyak rumah hanyut, bahkan kapal besar dapat terdorong 5,5 km ke daratan. Tsunami ini menewaskan lebih dari 300 orang," katanya.
Pernyataan itu disampaikan Prof. Hilman pada 11 Desember 2010, sebagaimana dirilis situs resmi LIPI. Kemarin, Hilman kembali mengingatkan, semua pihak pihak mewaspadai ancaman megathrust Mentawai yang 'sudah masak' tersebut.
Menurutnya, gempa megathrust merupakan gempa dengan siklus deformasi elastik. Gempa megathrust dapat terjadi karena adanya penekanan lempeng yang bergerak ke bawah sampai melebihi koefisien, sehingga terjadinya getaran. "Kalau proses ini terjadi di dalam laut maka dapat membangkitkan tsunami," sebutnya, sebagamana dikutip covesia.com yang diakses pada Rabu, 23 Maret 2022.
Namun, katanya, hal yang sulit untuk diprediksi yaitu kapan terjadinya gempa. Dalam kondisi itu, hal yang bisa dilakukan yaitu biasanya melihat tanda-tanda alam, gelombang elektromagnetik, perubahan permukaan tanah di sumber gempa. "Bukan 'impossible' ya, tapi susah untuk diprediksi kapan gempa akan terjadi," jelasnya.
Kepulauan Mentawai merupakan segmen megathrust, yang sering terjadi gempa. Hal ini dikarenakan posisi Kepulauan Mentawai yang berada pada pertemuan dua lempeng India-Australia dan Eurasia.
MASA AKHIR
Hilman mengingatkan, segmen megathrust Mentawai sudah di masa akhir siklus atau masa pelepasan gempa yang penghitungannya dimulai dari gempa megathrust yang terjadi pada 2007. "Segmen Mentawai itu sudah tua. Sudah di masa pelepasan gempa. Itu sudah dimulai semenjak tahun 2007," terangnya.
Menurutnya, berdasarkan data seismik, gempa di zona Megathrust Mentawai sudah terjadi beberapa kali. Data yang tercatat menunjukkan awal gempa Mentawai terjadi pada abad 14. Selanjutnya pada awal tahun 1600-an juga terjadi gempa.
Selanjutnya, kata dia, pada tahun 1797 gempa Mentawai telah memecahkan segmen Mentawai Pulau Batu sampai Pagai Selatan. Segmen Mentawai Sipora ke bagian selatan juga dipecahkan oleh gempa yang terjadi pada tahun 1833. Sedangkan pada tahun 2007, guncangan gempa 3 kali pukulan dengan skala magnitudo 7 sampai 8.4, namun goncangan gempa ini hanya menyebabkan kerusakan segmen pada bagian selatan Mentawai saja. Pada tahun 2010, katanya lagi, juga terjadi slow earthquake dengan goncangan sedikit, tapi menimbulkan kerusakan pada segmen Mentawai.
Dia juga menambahkan, pada saat ini segmen Mentawai sudah berada pada masa pelepasan gempa dikarenakan sebagian dari segmen Mentawai sudah pecah. "Kita sudah di masa pelepasan gempa. Tapi mainshocks-nya kita tidak tahu kapan datangnya. Jadi, kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya," sebutnya.(musriadi musanif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar