Oleh Dr. Suhardin, S Ag., M Pd.
(Dosen Universitas Ibnu Chaldun Jakarta)
PERTANYAAN mendasar. apakah Allah mulai tidak redho terhadap Islam dan ummat Islam, sehingga Islam mengalami kemunduran? Tentu ada benarnya, Allah mulai tidak redho terhadap perilaku sebagian dari pemimpin Islam yang sudah mengarah kepada at-takassur, bermegah-megah dan bersenang-senang dengan kehidupan.
Mengalami penyakit al-wahan, cinta yang berlebihan terhadap kehidupan dunia, takut untuk menerima takdir kematian. Penguasa dunia Islam mulai mengalami orientasi kekuasaan, penumpukan kekayaan pribadi untuk menggapai kejayaan diri dan keluarga. Materialisik, orientasi kepada harta dan kekayaan, pragmatis, ingin mendapatkan sesuatu dengan cepat dan tepat, pola hidup hedonistik, bermewah-mewah dan bersenang-senang memperturutkan hawa dan nafsu yang melekat pada diri.
Tentulah hal-hal yang demikian jauh dari keridhoan Allah SWT. Tetapi tidak semua pimpinan dan ummat Islam demikian sikap dan perilakunya, masih banyak ummat Islam yang lurus dengan ketauhidannya, menjaga dirinya dari hal-hal yang tidak di redhai Allah, ikhlas terhadap sesuatu yang dilakukan untuk Allah SWT.
Dari sudut ini jelas bahwa Allah SWT sangat meridhai Islam dan ummat Islam yang muhklisin dan mujahidin. Namun boleh jadi juga kekuatan non muslim yang banyak berbuat dan berperilaku pada jalan yang diredhai Allah. Mereka sudah sangat kuat dan telah memegang tampuk kejayaan malah sudah menggapai kedigdayaan.
Sementara kekuatan komunitas yang mardhatillah dalam Islam masih tertatih-tatih dalam menapaki kehidupan yang di redhai Allah. Jalan yang tidak di redhai Allah juga sangat kuat di bawah komando toghut. Maka semakin sempurnalah kompetisi dalam kehidupan untuk membangun kekuatan.
Allah SWT semenjak awal memberikan kerisalahan Islam kepada Nabi Besar Muhammad SAW telah memerintahkan untuk membaca bukan untuk menyembah semata. Pada Nabi Musa AS Allah SWT memperkenalkan diri-Nya dan menyuruh Nabi Musa AS untuk menyembah-Nya. Tetapi Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk membaca, membaca dengan menyebut nama Allah yang maha pencipta, membaca semua ciptaan Allah, bacaan tersebut dilakukan dengan ungkapan, proposisi dan logika.
Pembacaan tersebut membuat manusia banyak mengetahui dan pada akhirnya ada yang mendekat kepada Allah SWT tetapi banyak juga dengan pengetahuan dan kemampuan yang tinggi membuatnya takjub terhadap diri dan menyombongkan diri kepada Allah SWT.
Perintah ini membuat Rasulullah Muhammad SAW mengalami kegundahan dan kegalauan, mengalami mis self concept, akibat minimnya pengetahuan dan pemahaman terhadap hal-hal yang bersifat teologis, karena memang beliau secara faktual adalah ummi, orang yang tidak bisa tulis baca, tetapi memiliki kecerdasan religiusitas, spiritualitas, intelegensia tingkat tinggi, yang tidak ada bandingnya dengan semua manusia yang diciptakan Allah SWT.
Allah menuntun dengan surah al-Qalam, nun wal qalami wama yasthurun, nun dalam pengertian yang sesungguhnya adalah al-Quran itu sendiri dan semua ayat Allah yang ada di semesta yang dapat di tangkap dalam bentuk fenomena, menjadi fakta dan data disebut dengan ontologi.
Al-Qalam otak, nalar dan logika yang menghasilkan metodologi untuk membangun dan mengembangkan fakta dan data menjadi konsepsi dan teori yang dinamakan dengan epistemologi. Dan yasthurun merupakan kemanfaatan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia menggapai kemaslahatan yang tertinggi dalam keridhaan ilahi, dinamakan dengan aksiologi.
Dari sudut ini dapat dikatakan bahwa Islam bukanlah permasalahan dalam kehidupan dunia, tetapi Islam adalah memberikan kunci jawaban terhadap permasalahan manusia dan kemanusian, permasalahan semesta dan kesemestaan. Islam adalah solutif terhadap segala permsalahan yang tengah dihadapi dan menghinggapi semua makhluk ciptaan Allah SWT.
Namun permasalahannya bagaimana menciptakan tradisi keilmuan, tradisi literasi, tradisi penelitian, tradisi publikasi, tradisi dialektika, dan tradisi inovasi serta tradisi pengembangan teknologi di tengah komunitas muslim. Tentu jawabannya karena ummat Islam tidak memegang kekuasaan. Padahal telah terang benderang bahwa kekuasaan yang selama ini dimiliki ummat Islam banyak disalahgunakan oleh personal, kelompok dan dinasty untuk memperkaya diri, keluarga dan kelompoknya.
Kekuatan sipil tentu tumpuan yang sangat diharapkan. Pertama, organisasi sosial kemasyarakat yang berorientasi pada kemanusiaan dan kebaikan alam semesta, yang berpandangan jauh ke depan, lapang dada dalam perbedaan dan berorientasi kemajuan, bukan organisasi kemasyarakatan yang rabun ayam, mengedepankan kadernya untuk mendapatkan posisi tertentu dan menghimpun kekayaan untuk kepentingan diri dan kelompoknya.
Kedua, kelompok sosial yang profesional fokus pada gerakan tertentu untuk mendapatkan prestasi dan hasil gemilang guna kemaslahatan yang lebih luas, bukan menjadikan lembaga untuk mendapatkan fasilitas dan kekayaan diri dan kelompok.
Ketiga, lembaga penelitian yang mencurahkan daya dan upaya untuk menggali, mempelajari fenomena, menyibak makna alam untuk dapat dekat dengan pencipta. Bukan lembaga penelitian yang mengkomersialisasikan diri untuk mendapatkan kekayaan dan membangun opini untuk kepentingan kekuatan tertentu.
Keempat, lembaga inovator yang berusaha untuk melakukan inovasi teknologi untuk mendapatkan teknologi mutakir dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemasyarakatan. Bukan kelompok inovator tertentu yang berorientasi komersialisasi, memperkaya diri, keluarga dan kelompok, dan mengembangkan inovator yang hanya sebatas jualan mengabaikan kemaslahatan yang lebih jauh.
Kelima, para aghniya, orang kaya yang berhati mulia, risau dan gelisah dengan kondisi ummat, memberikan sebagian kekayaannya untuk kemajuan dan kejayaan Islam masa depan dalam rangka menggapai keridhaan Allah. Kelima komponen ini Allah SWT menitipkan Islam untuk menjawab aneka permasalahan yang tengah dihadapi ummat manusia di dunia, diantaranya. Pertama, perubahan iklim, semua pemimpin dunia telah risau berpikir tentang perubahan iklim, padahal sebenarnya semenjak awal Allah SWT telah memperingatkan dalam Al-Quran tetapi kebanyak tidak membaca dan mengutamakan kepentingan, maka hal ini terjadi, endingnya tentu janji Allah iza sama’un fatharat, apabila langit sudah digulung, bukan lagi pesan visioner, bisa jadi menjadi pesan aktual yang akan dihadapi manusia dan semua makhluk ciptaan Allah SWT.
Kedua, permasalahan manusia dan kemanusiaan, manusia yang telah merasakan kekuatan dirinya, mulai sombong terhadap pencipta, dan mulai melakukan pelecehan kemanusiaan orang lain, melakukan eksploitasi manusia. Manusia yang kuat melakukan penetrasi terhadap manusia yang lemah. Negara yang kuat adidaya melakukan penetrasi dan dependensi terhadap negara yang lemah dan berkebutuhan khusus. Hukum rimba terjadi secara nyata dalam kemasan yang baik dan terlihat indah.
Ketiga, permasalahan lingkungan. Proporsionalisasi alam ciptaan Allah SWT terganggu oleh keserakahan ummat manusia. Keseimbangan habitat makhluk ciptaan Allah SWT tergangu oleh keserakahan sebagian dari manusia yang bersifat loba dan tamak. Banyak makhluk ciptaan Allah tidak mampu lagi berdadaptasi untuk melangsungkan kehidupannya, regenerasinya punah, mengalami suksesi dan kepunahan akibat rusaknya lingkungan dalam bentuk deforestrasi. Polusi air, udara dan tanah sangat mempercepat kepunahan spesies makhluk hidup dalam habitatnya.
Kajian Islam yang mendalam dan komprehensif akan menemui solusi, jawaban yang tepat terhadap permasalahan hidup dan kehidupan, permasalahan manusia dan kemanusiaan, permasalahan semesta dan kesemestaan. Islam jangan lagi hanya sebatas ritualistik dan spiritualistik tetapi Islam perlu ditingkatkan ke arah profetik.
Islam bukan hanya menjadi acuan normatif tetapi dijadikan sumber konsepsi dan teoritik, sehingga Al-Quran menjadi inspirasi ilmuan dalam menyelenggarakan berbagai proyek research (penelitian). Al-Quran bukan hanya pengusir setan dalam bentuk jin, tetapi Al-Quran harus mengenyahkan toghut di permukaan bumi ini. Walllahu alam.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar