Ujunggading Pasaman Barat - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

21 Juni 2022

Ujunggading Pasaman Barat

DAERAH Ujunggading adalah sebuah nagari di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat. Di daerah ini bermukim penduduk dari suku yang pada umumnya dari etnis  Minang, Mandailing, dan sebagian Jawa. Bahasa yang dipergunakan adalah Bahasa Minang,  Mandailing atau Bahasa Melayu ala pantai barat. 

Jembatan gantung di Ujunggading.(analisakini.id)

Jalan-jalan di seputaran Ujunggading juga menggunakan nama-nama pulau yang ada di Nusantara,  maka di Ujunggading akan kita jumpai Jalan Sumatera, Sulawesi, Halmahera dan lainnya. Berada di Ujung Gading terasa berada di sebuah kawasan Indonesia kecil. Apalagi sejak dibukanya perkebunan di seputar daerah tersebut, seperti di Airbalam, Parit, Airbangis, Silaping, Desa Baru, Sikilang, Sungai Aur, Airhaji, Paraman Ampalu dan lain sebagainya. 


Di seputaran Ujunggading, nama-nama kampung atau nagari, banyak yang sama dengan nama daerah yang berada di daerah Mandaiiling, seperti Tamiang, Sijornih, Sayur Maincat, Sijoring dan lain- lain. Masyarakat Ujunggading adalah masyarakat yang ramah dan terbiasa dengan keberagaman.


Ada yang unik di Ujunggading dan sekitarnya, terutama penggunaan bahasa dan adat istiadat serta cara beragama. Percampuran budaya tersebut juga terjadi terhadap masakan dan makanan. Masakan minang dan Mandailing bisa berada di meja makan satu keluarga atau rumah makan yang sama.


Di Ujunggading, kita akan mendapatkan orang bermarga Mandailing seperti nasution, lubis, batu bara dan lai-lain yang bertutur dengan Bahasa Minang, dan orang Minang menuturkan Bahasa Mandailing. Ketika sedang berbicara dalam Bahasa Mandailing, seketika bisa berubah ke Bahasa Minang atau sebaliknya. Tak jarang juga terjadi, komunikasi antara dua orang dengan berlainan bahasa, tetapi keduanya bisa saling mengerti dan memahami.


Ketika acara pernikahan juga dapat kita lihat fenomena yang menarik, misalnya dalam penggunaan ornamen atau hiasan pernikahan dan bahasa pengantar.


Sebagai daerah yang berada dalam Provinsi Sumatera Barat, maka di Ujunggading juga dikenal ada ninik mamak, penghulu, dan datuk. Meski demikian, karena penduduk Ujunggading juga merupakan orang-orang yang berasal dari Mandailing, maka mereka juga terus berupaya melestarikan budayanya, karena itulah kemudian tercipta budaya baru, yakni perpaduan antara budaya dan adat Minangkabau dengan budaya dan adat Mandailing, sebuah perpaduan budaya yang indah.


Dalam segi agama, sebagian besar atau hampir seluruh penduduk Ujunggading beragama Islam. Waktu masih bergabung dengan Kabupaten Pasaman sebelum dimekarkan, di Ujunggading ada Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), satu-satunya PDM yang tidak berkantor di ibukota kabupaten di Indonesia.


Meski demikian, bukan berarti semua orang Islam di Ujunggading berpahamkan Muhammadiyah, sebagian dari mereka juga berpaham Al Wasliyah yang berasal dari Sumatera Utara. Ada juga Nahdhatul Ulama (NU) dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI).


Jika kita berada di Ujunggading pada waktu subuh, maka kita akan menyaksikan hampir di semua masjid dan mushalla di Ujunggading, terlepas apapun pemahaman dan organisasinya, yakni Azan subuh dua kali. Azan subuh pertama biasanya 30 sampai 15 menjelang waktu subuh. Azannya panjang dan ada kalimat As-sholatu khairum minan naum". Azan kedua saat masuk waktu Shalat Subuh dengan azan lebih ringkas atau pendek, tanpa kalimat tersebut.


Ujunggading juga merupakan pusat pendidikan dari dahulu. Di sana berdiri sekolah-sekolah agama seperti Mualimin Muhammadiyah Tamiang, MTs dan Aliyah Adlaniyah. Ada juga MTsN. Sekarang juga sudah ada Madrasah Aliyah Negeri (MAN), SMA, SMK negeri dan swasta dan lain-lain. Juga perguruan tinggi!


Ujunggading sekarang sudah jauh lebih maju. Di bawah tahun 1990-an, untuk menuju Padang bisa menghabiskan waktu enam sampai sepuluh jam, karena infrastruktur jalan yang masih belum bagus. Sekarang Padang-Ujunggading bisa hanya empat sampai enam jam saja, apalagi di malam hari.


Bahkan, orang-orang Natal dari Pantai Barat Sumatera Utara lebih suka melalui Ujunggading untuk naik pesawat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Ketaping Padang Pariaman dibanding Sibolga, Siborong-borong atau melalui Medan. Jarak tempuh Natal-Padang lebih dekat dengan kondisi jalan yang lebih baik tersebut. Waktu tempuhnya juga sangat cepat.


Ingin lebih mengetahui Ujunggading? Silahkan berkunjung ke sana. Jembatan Gantung menunggu dan tetap setia.


Silaturrahmi Kolaborasi Sinergi Harmoni.(JUFRI, S.Pd., M.IKom, ketua PDM Tebing Tinggi, guru, dan penggiat dakwah kebangsaan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad