PADANG, POTRETKITA.net - Masyarakat Minangkabau dan Sumatera Barat punya kedekatan dengan doktrin Nahdhatul Ulama (NU), yaitu tawassuth dan tasamuh. Kedua prinsip itu teraplikasi ke dalam filosofi ABS-SBK.
"Minangkabau secara khusus dan masyarakat Sumatera Barat secara umum, sebenarnya sudah sangat dekat dengan dua doktrin penting NU, yaitu tawassuth dan tasamuh. Sikap tawassuth diwujudkan dan dirumuskan dalam Adaik Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) sebagai jalan tengah yang diambil oleh leluhur di masa lalu, untuk menghindari benturan antara nilai-nilai adat dengan nilai-nilai agama," kata Gubernur Sumbar Buya H. Mahyeldi Ansharullah.
Gubernur mengutarakan hal itu, Kamis (7/7) malam, di Padang, dalam sambutannya pada pembukaan Musyawarah Kerja Wilayah (Mukerwil) II Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumbar.
Sedangkan prinsip tasamuh, menurutnya, yang bermakna sikap menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki keyakinan atau prinsip hidup yang tidak sama dengannya, tanpa mengakui atau membenarkan keyakinan atau prinsip yang berbeda tersebut.
Gubernur mencontohkan, orang di luar mengenal Sumatera Barat sebagai daerah yang adatnya lekat sekali dan diidentikkan dengan Islam. Padahal, imbuhnya, Provinsi Sumatera Barat mempunyai suatu daerah Kepulauan yaitu Kabupaten Kepulauan Mentawai mayoritas penduduknya Kristiani. Namun tidak pernah ada isu intoleransi di sana. Perbedaan agama tidak pernah menjadi penghalang bagi kita untuk merajut kebersamaan.
"Falsafah ini terus dipegang teguh oleh masyarakat Minangkabau hingga kini. Jadi, walau mungkin tidak tergabung secara formal dalam NU, masyarakat Minangkabau sebenarnya sudah sangat dekat dengan prinsip Tawassuth dan Tasamuh dalam kesehariannya," ungkap gubernur, sebagaimana dikutip dari publikasi Dinas Kominfotik Sumbar pada website sumbarprov.go.id.
Buya Mahyeldi berharap, Mukerwil II PWNU Sumbar bisa meningkatkan sinergi dan kolaborasi yang telah terjalin antara Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dengan NU.
"Mari lebih kita tingkatkan lagi baik kuantitas maupun kualitasnya, untuk bersama mewujudkan visi RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2021-2026 Terwujudnya Sumatera Barat Madani yang Unggul dan Berkelanjutan yang didukung melalui 4 Program Unggulan Pemerintah Daerah yaitu Sumbar Sehat dan Cerdas; Sumbar Religius dan Berbudaya, Sumbar sejahtera, Sumbar Berkeadilan," harap gubernur.
Membuka Mukerwil, Wakil Ketua Umum PBNU KH. Nusron Wahid, dalam sambutannya mengajak segenap pengurus NU di Sumbar untuk bisa menghidupkan kembali tradisi melahirkan ulama-ulama besar dari Minangkabau seperti Syekh Ahmad Khatib AlMinangkabawi, Syekh Yasin Alfadani dan Syekh Burhanuddin Ulakan.
"Tugas NU di Sumbar ini menanggung beban sejarah yang berat. Historisnya sangat mulia yang harus direjuvenasi dan revitalisasi. Ulama besar harus muncul lagi dari Minangkabau. Kuncinya pendidikan agama sejak dini dihidupkan kembali dan pesantren. Minimal satu anggota keluarga belajar di pesantren," kata Nusron.
Sebelumnya, Ketua Tanfidziyah PW NU Sumbar Prof Ganefri, Ph.D, mengapresiasi kehadiran peserta Mukerwil dari kabupaten dan kota se Sumbar.
Menurut Ganefri, Mukerwil ini merupakan momen penting guna menunjukkan eksistensi NU di Sumbar. "Saat ini terdapat 179 majelis wakil cabang (MWC) di Sumbar. Untuk pengkaderan, akan dibentuk di setiap MWC tersebut ranting ranting hingga ke setiap nagari, kelurahan dan desa," ungkapnya.(*/mus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar