Jamaah Non Muhammadiyah Ambil Alih Masjid dan AUM - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

11 Agustus 2022

Jamaah Non Muhammadiyah Ambil Alih Masjid dan AUM

NARASUMBER

Kasman Katik Sulaiman (Kota Sungai Penuh)

Rulli Al-Kindi (Kabupaten Bungo)

Ardinan (Kabupaten Pasaman Barat)

Rafdinal (Kota Medan)


PADANG, POTRETKITA.net – Ada masjid atau mushalla Muhammadiyah yang diambil alih jamaah non-Muhammadiyah. Pelaksanaan ibadah di situ tidak lagi mengikut tuntunan Himpunan Putusan Tarjih (HPT).

Rulli Al-Kindi


Ada pula Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) tidak lagi mengusung kebesaran nama Muhammadiyah. Pengelolanya pun juga bukan kader Muhammadiyah. Tinggal nama dan merek saja lagi. Apakah Muhammadiyah kecolongan?


“Bukan kecolongan lagi sebenarnya. Kita lemah dalam pembinaan kader. Mereka lihai memanfaatkan peluang. Seorang yang tidak pernah masuk masjid dan tidak bisa ngaji sekalipun, akhirnya bisa berubah menjadi fasih sebagai imam shalat berjamaah,” kata aktivis Muhammadiyah dari Kota Sungai Penuh; Kasman Katik Sulaiman.


Sementara kader, ujarnya pada diskusi virtual GWA Muhammadiyah Potret Kita,  boleh jadi kurang tertarik menekuni bidang-bidang itu. Alhasil, jadilah masjid-masjid Muhammadiyah atau AUM jadi sasaran.


Menurut aktivis Muhammadiyah dari Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi; Rulli Al-Kindi, sebenarnya banyak hal yang menjadi penyebab masjid atau AUM ‘diambil-alih’ pihak luar Muhammadiyah. Bisa jadi, sebutnya, kader-kader potensial Muhammadiyah yang vokal tidak disukai ‘kaum tua’, sehingga mereka pun tidak ambil peduli.


Apalagi, imbuhnya, banyak pula di level pimpinan yang akan menjaga marwah persyarikatan yang merupakan ‘kader naik di jalan’. “Mereka ini sekarang berkuasa, menjalankan Muhammadiyah sesuai kehendak hati mereka. Pengkaderan tidak berjalan,” sebutnya.


Jika sudah mau musyawarah pemilihan pengurus semisal PDM dan PWM, banyak pimpinan cabang dan ranting bermunculan. Tukang ojek, ‘tukang palak’ jadi ketua dadakan, untuk menuruti nafsu kepemimpinan di Muhammadiyah. 


Menurut saya, sebut Rulli, amal usaha Muhammadiyah tidak lagi di koridornya, sudah banyak dipengang oleh orang yang memiliki kepentingan tertentu. Maka jadilah, banyak ditemukan di amal usaha Muhammadiyah saat ini, amalnya sudah hilang, tinggal usaha saja.

Kasman Katik Sulaiman


Sementara Kasman mencermati sebaliknya, banyak masjid dan AUM yang tak bisa ‘dikuasai’ Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) dengan beberapa alasan, di antaranya kualifikasi mereka tidak memadai. “Ada AUM yang jadi mati suri, karena AMM yang sudah duduk di dalamnya tidak kompak,” jelasnya.


Selain itu, menurutnya, AMM banyak pula yang lebih tertarik mengurus hal-hal yang sifatnya politis dan temporal. Kendati begitu, Kasman menggarisbawahi, mungkin kasusnya tidak sama di tiap daerah.

Ardinan


Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) PDM Pasaman Barat Ardinan berpendapat, masuknya pihak-pihak tertentu yang bukan dari kalangan Muhammadiyah mengurusi masjid dan AUM, bisa dicermati dari banyak faktor, baik eksternal maupun internal.


Pendapat serupa juga diutarakan Wakil Ketua PDM Kota Medan Rafdinal. “Banyak faktor penyebab, seperti rendahnya tingkat kesadaran pimpinan persyarikatan, khususnya cabang dan ranting serta anggota, untuk shalat berjamaah lima waktu dan datang menghadiri pengajian,” katanya.

Rafdinal


Sehingga, tambah Rafdinal, yang banyak meramaikan shalat berjamaah di masjid, khususnya yang dikelola Persyarikatan Muhammadiyah adalah saudara kita dari paham lain. Paham itu, juga ada yang dianut pihak internal Muhammadiyah, termasuk AMM.


Menyikapi persoalan itu, Kasman menyebut, kelemahan pengkaderan di Muhammadiyah bukan karena sistemnya, tapi pada penerapannya dalam bidang keagamaan yang kurang. Bahkan, tegasnya, ada juga kecenderungan di beberapa tempat, pengkaderan AMM mengabaikan soal pelaksanaan shalat berjamaah.


Rulli pun mengingatkan, di banyak daerah Majlis Pendidikan Kader (MPK) juga tidak bergerak dalam membina kader dan melakukan kaderisasi. “Kompak adalah jalan terbaik dalam bermuhammadiyah. Muhammadiyah identik dengan musyawarah. Kini, musyawarah itu benar yang kurang,” tegasnya.***

MUSRIADI MUSANIF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad