Muhammadiyah Tetap Tegak Lurus Menumpas TBC - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

02 Agustus 2022

Muhammadiyah Tetap Tegak Lurus Menumpas TBC

PESERTA AKTIF DALAM DISKUSI PADA TOPIK INI:

M. Edrison Kamil (Jakarta), Jonito Vendri (Pasaman), Kasman Katik Sulaiman (Sungaipenuh), Jufrizal (Jawa Barat).


Jufrizal

PADANG, POTRETKITA.net – Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah adalah memerangi penyakit Tahyul, Bidah, dan Churafat (TBC) yang menjangkiti umat Islam.


Aktivis Muhammadiyah yang bermukim di Jakarta; M. Edrison Kamil menyatakan, secara tekstual, Muhammadiyah masih tegak lurus dalam cita-cita menumpas TBC tersebut. Tapi secara kontekstual, jelasnya, Muhammadiyah mulai melunak dan bertoleransi dengan TBC. Antara teori dan praktek telah mulai terjadi pertentangan.


Edrison mengatakan hal, pada diskusi virtual GWA Muhammadiyah Potret Kita pada Topik Keempat. Topik pertama, diskusi membahas soal sentralisasi managemen keuangan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), kedua membincang tentang tingkat militansi kader Muhammadiyah yang dibina secara formal, informal, dan nonformal.


Diskusi topik empat terkait dengan Mattan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCH) yang di dalamnya juga diperbincangkan soal TBC, sementara topik tiga memperbincangkan kontribusi pimpinan persyarikatan dan anggota dalam membesarkan kader-kadernya, semisal menjadi pebisnis sukses, politisi hebat, anggota legislatif, bupati, walikota, dan gubernur.

M. Edrison Kamil


Menurutnya, sikap akomodatif telah membuat nilai-nilai prinsip dasar perjuangan Muhammadiyah memudar. Hal ini, tegasnya, disebabkan peran dakwah dan sosial kemasyarakatan Muhammadiyah tidak seperti dulu lagi. Pengkajian-pengkajian Muhammadiyah antar jamaah, ujarnya, lebih bersifat umum dan tidak spesifik lagi, khususnya menyangkut persoalan akidah dan ibadah mahdah.


“Semua ini membuat sebagian orang Muhammadiyah garis lurus mulai menjauh dari Muhammadiyah. Mereka membuat pengkajian sendiri yang sekarang lebih dikenal dengan manhaj salafi,” sebutnya.


Edrison menyarankan, Muhammadiyah bisa lebih menunjukkan sikap ukhwah Islamiyah. Muhammdiyah harus kembali kepada khittah perjuangannya menumpas TBC dan amar makruf nahi munkar. Ironisnya, sebut dia, amar makruf nahi mungkar juga sudah mulai dilupakan. Apakah Muhammadiyah sekarang cari aman, wallahu'alam.

Jonito Vendri


Bicara soal sikap Muhammadiyah yang mulai melunak itu, kader sekaligus pimpinan Muhammadiyah dari Pasaman; Jonito Vendri, tidak sepakat. Menurutnya, secara organisatoris, Muhammadiyah tidak pernah melunak dalam memberantas TBC. Barangkali, tegasnya, warga atau anggota Muhammadiyah yang ndak paham dengan Manhaj Muhammadiyah itu sendiri.


Tambahan lagi, ucap Vendri, Muhammadiyah tidak pernah melupakan amar makruf nahi mungkar, cuma cara Muhammadiyah lebih menyejukkan dan lebih santun.

Kasman Katik Sulaiman


Kasman Katik Sulaiman, kader sekaligus pimpinan Muhammadiyah dari Kota Sungaipenuh justru melihat persyarikatan ini semakin matang. Ibarat seseorang yang melakukan perjalanan, katanya, Muhammadiyah sudah satu abad lebih, sudah melewati berbagai zaman, sejak dari penjajahan Belanda, pra kemerdekaan, sesudah kemerdekaan, revolusi, zaman Orla, dan Orba, hingga orde terbaru alias reformasi.


Artinya, kata dia, dalam perjalanan panjang dakwah yang berhadapan dengan  berbagai problem itu, membuat Muhammadiyah makin matang dalam berpikir, bertindak dan membuat keputusan organisasi.


“Kalau dulu, saat kita belajar Kemuhammadiyahan, di awal kurikulum memang pembahasan TBC itu amat padat sekali, dan praksis di tengah masyarakat jadi ikon. Kini   TBC itu tidak lagi jadi ikon dan diambil alih oleh kawan sebelah,” kata pengasuh salah satu amal usaha Muhammadiyah bidang sosial di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh itu.


Awak raso, timpal Jufrizal dari Jawa Barat, kunci sesungguhnya dari semua persoalan nan muncul di lingkungan Muhammadiyah, adalah kekurangpahaman dan ketidakpahaman terhadap MKCH itu sendiri. Betul, secara organisasi tak pernah melunak, tapi bagaimana dengan pribadi-pribadi pimpinan dan anggota Muhammadiyah itu sendiri.


Pernah suatu ketika, sebut Jufrizal, dia bertanya kepada siswa Kelas IX MTs Muhammadiyah terkait hal-hal mendasar dalam bermuhammadiyah. Hasilnya amat memiriskan.


Menurutnya, para siswa sekolah Muhammadiyah itu hampir tak mengenal pendiri Muhammadiyah, tanggal beberapa didirikan, baik hijriah maupun miladiyah. “Ini tentu akan semakin runyam, bila ditanyakan pula tentang tujuan dan khittah perjuangan Muhammadiyah,” tegasnya.


Edrison menyerukan, perlu dilakukan evaluasi total tentang kemuhammadiyahan, teruatama di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Sudahkah pelajaran kemuhammadiyahan berjalan sesuai kurikulum? Guru-guru kemuhammadiyahan itu, apakah kader utama yang paham Muhammadiyah?***


MUSRIADI MUSANIF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad