Oleh Dr. Suhardin, S Ag., M Pd.
(Dosen Universitas Ibnu Chaldun Jakarta)
INDONESIA mendapatkan kuota haji terbanyak, mengalahkan India dan Pakistan. Dalam laporan Kementerian Agama Republik Indonesia, kuota haji Indonesia tahun 2022 mencapai 100.051 orang, kuota khusus 7.226 orang, dan reguler 92.825 orang.
Pelaksanaan jamaah haji berlangsung sukses, baik persiapan pemberangkatan dari tanah air maupun pemulangan dari tanah suci menuju tanah air Indonesia. Tentu kesuksesan ini atas kerja sama semua pihak, pemerintah Indonesia, pemerintah Kerajaan Arab Saudi dan semua masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan rukun Islam yang kelima ini.
Semua umat Islam mendambakan dapat menunaikan ibadah haji untuk ketuntasan pelaksanaan arkanul Islam, tetapi tidak semua umat Islam dapat melakukannya, karena keterbatasan kemampuan, baik ekonomi maupun kesempatan.
Banyak yang telah memiliki kemampuan ekonomi, tetapi belum mendapatkan peluang untuk berangkat, karena banyaknya pendaftar dan terbatasnya kuota. Sehingga pada akhirnya yang sudah mendapatkan rejeki dan takdir dari Allah SWT yang mendapatkan kesempatan menjalankan rukun Islam yang kelima tersebut.
Berbahagialah saudara kita yang sudah mendapatkan rejeki dan ditakdirkan oleh Allah SWT untuk mendapatkan kesempatan menunaikan ibadah haji di tahun ini.
Kita mendoakan semoga saudara kita, pak haji dan buk hajjah mendapatkan haji yang mabrur. “Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga”. (HR Bukhari No.1773 dan Muslim No. 1349)
Mabrur berakar dari kata albirr artinya adalah kebaikan, mabrur dapat juga diartikan makbullah artinya diterima. Haji mabrur adalah haji yang telah diterima oleh Allah SWT dengan keutamaan yang sudah diperbuat oleh sang haji dan hajjah.
Haji mabrur tentu dapat dilihat dalam dua sisi, sisi hubungan verikal dengan Allah SWT dan sisi hubungan horizontal dengan manusia. Seorang yang dinyatakan mabrur tentu memiliki kedekatan dengan Allah SWT dalam pelaksanaan ubudiah dan bersikap serta berperilaku baik dengan makhluk ciptaan Allah, manusia dan alam sekitar.
Haji dan hajjah orang yang telah memiliki ketuntasan dalam kehidupan, telah selesai dengan keinginan yang tidak signifikan dalam kehidupan dunia. Orang yang sudah memiliki trust personality (kepribadian yang dipercaya), philantropy behaviour (perilaku memberi, tangan di atas), prophetic leader (pengamalan sifat siddiq, tabligh, amanah, fathonah) dan intention praying characterism (senantiasa dalam berubudiah).
Kuoto haji 100.052 jika dibanding dengan jumlah penduduk Indonesia 275,77 juta, nol koma sekaian persen, tetapi ini adalah elite minority yang memiliki pengaruh tersendiri. Kelompok kecil yang berpengaruh signifikan, yang bisa memberi warna dan rasa dalam kehidupan kemasyarakatan.
Kita bayangkan 100.052 dua orang yang telah memiliki kesempurnaan diri dalam kehidupan ini dicelupkan dalam bejana populasi bangsa Indonesia yang berjumlah 275,77 juta, menyatu dan membaur serta menarik populasi Indonesia ini ke arah kehidupan yang yang menabur kebaikan; penguatan keimanan, berbagi dengan sesama, terutama karib kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir (orang dalam perjalanan), peminta-minta, para budak, membiasakan diri dalam ibadah kepada Allah, komitmen dengan janji, bersabar dalam segala hal.
“Kebaikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, tetapi kebaikan itu adalah kebajikan orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan budak, melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang yang benar dan mereka itulah orang yang bertaqwa”. (Qs. Al-Baqarah (2): 177)
Komunitas pak haji dan buk hajjah menjadi agent of change dan leader of community yang menarik anak bangsa menuju kebaikan yang digambarkan Allah SWT dalam al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 77 di atas.
Anak bangsa sekarang yang tengah, perang opini dengan memanfaatkan berbagai media meanstrem dan media sosial, tidak ada ketetapan yang dijadikan patokan penentu kebenaran, tetapi saling berpacu untuk membuat pembenaran, kebenaran hakiki nyaris hilang ditelan oleh gelombang pemberitaan.
Fitnah, kebohongan publik, pembunuhan karakter (character assassination), bakuhantam, bakutembak, pembantaian, telah menjadi fakta di depan mata, tercium oleh hidung, terdengar oleh telinga dan terasa oleh berbagai indera, tetapi fakta dan datanya hilang dan dihilangkan, sehingga memerlukan pembiayaan yang besar lagi untuk menggali dan menelisik kebenaran faktualnya dengan memanfaatkan berbagai instrumen saintifik.
Shodaqu, keyword yang dinyatakan Allah sebagai sebagai simpul orang yang mengakumulasi beberapa karakter, pertama, relasi vertikal dengan sang pencipta Allah SWT dengan berbagai perangkatnya, malaikat, kitab, dan nabi.
Kedua, philantropy behaviour, perilaku suka memberi dan berbagi dengan sesama yang membutuhkan, terutama karib kerabat, anak yatim, peminta-minta, orang yang tidak berpunya, orang yang tengah kesulitan dalam perjalanan dan orang yang terbelenggu oleh sistem sosial sehingga memerlukan bantuan khusus untuk membebaskannya.
Ketiga, intention to praying, senantiasa membiasakan diri dalam ketaatan terhadap Allah SWT, berupaya menjaga diri untuk tetap dalam mengerjakan ibadah mahdah, shalat, zakat, puasa. Keempat, self defense mechanism, memiliki kestabilan diri dalam menyikapi segala hal yang menjadi tantangan dan rintangan dalam bergerak memenuhi kebutuhan hidup.
Kehidupan dan aktifitas kehidupan al-mabrur senantiasa fokus dan lurus menuju keridhaan Allah SWT. Orang yang mendapatkan keridhoaan Allah dimenangkan dan diterima sebagai hamba-Nya dan dimasukkan ke dalam sorga yang sudah disiapkan-Nya.
Kelompok kecil shodaqu yang dihasilkan oleh pelaksanaan ubudiah haji mabrur mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berperadaban tinggi, menjunjung tinggi nilai utama dalam kehidupan sosial. Anak bangsa yang tengah dihimpit oleh kemiskinan, dapat dikeluarkan menjadi orang-orang yang berdaya, siap bersaing dan bisa membantu.
Anak bangsa yang tengah terbelenggu oleh sistem sosial, bisa merdeka, mandiri dan berdikari. Anak bangsa yang tengah kesulitan dalam mengarungi masa depan, dapat menikmati layanan pendidikan yang berkualitas menuju masa depan yang baik.
Peran-peran inilah yang dibutuhkan dari kepulangan pak haji dan buk hajjah dari tanah suci, kami tunggu kedatangan pak haji dan buk hajjah dengan karpet merah untuk memberdayakan, mencerahkan dan memberikan asupan nilai kebaikan kepada beberapa anak bangsa yang belum paham dan tuna nilai.
Wallahu alam, nashrun minallah wa fathun qarib.***
Artikel yg menyadarkan akan pelaksanaan Haji yg sdh dilaksanakan. Semoga haji mabrur didapatkan.aamiin. terima kasih Dinda Dr. Suhardin
BalasHapus