Ujian Hidup Tiada Akhir - Potret Kita | Ini Beda

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

07 Agustus 2022

Ujian Hidup Tiada Akhir

Oleh Kasman Katik Sulaiman

(Pengasuh Panti Asuhan di Kota Sungai Penuh)



"Pak, cobaan Allah itu kapan berakhirnya ya?" tanya seorang lelaki yang baru beberapa hari saya kenal dalam perjumpaan di sebuah masjid.


"Saya seakan tak pernah berhenti menghadapi cobaan hidup," tegasnya lagi dalam raut sedih. 


"Saya jauh-jauh datang ke Sumatera ini bekerja apa saja yang bisa saya kerjakan, yang penting bisa dapat duit untuk biaya hidup keluarga saya di Jawa Tengah," ucapnya lagi.  


Dia, sebutlah panggilannya Mas No. Lelaki setengah baya itu bekerja sebagai buruh bangunan. Dia bekerja pada saudara jauhnya  yang telah lama menetap di Sumatera.  


Walau berkisah soal kepedihan hidup yang dialami, Mas No masih berusaha menceritakannya dalam suasana rileks, karena baru saja selesai menunaikan Shalat Magrib berjamaah.


"Istri saya selingkuh, saat itu saya bekerja di suatu daerah di Sumatera juga, sementara dia tinggal dengan anak saya di kampung. Setiap habis gajian saya selalu kirimkan uang sama dia."  


"Akhirnya demi anak, saya pulang kembali ke Jawa dan memilih tetap mempertahankan keutuhan keluarga, dan Alhamdulillah dapat kerja sebagai buruh bangunan juga. Dalam pekerjaan, saya termasuk yang sangat dipercaya oleh bos saya." 


Sekarang saya sudah punya tiga orang anak, tuturnya, satu laki-laki sudah berkeluarga dan dua lagi perempuan masih sekolah. Akhirnya cobaan itu datang lagi, saya mengalami kecelakaan saat kerja, kesetrum listrik dan mengalami luka cukup serius tangan, kaki dan sedikit di wajah.


"Selama empat bulan saya harus jalani perawatan dan pengobatan di rumah sakit. Syukurlah istri mau mendampingi dalam perawatan tersebut. Alhamdulillah sekarang saya sudah sembuh, walau tangan sebelah kiri ini mengalami cacat.


Setelah sembuh cobaan itu datang lagi. Selama saya di rawat ternyata untuk membiayai keluarga , istri saya dagang kecil-kecilan di rumah, dengan modal pinjaman dari tetangga." Alhasil membuat  pinjaman itu menumpuk dan kesulitan melunasinya, karena usaha yg dijalani istri tidak begitu bagus.

 

Di luar pengetahuan saya, jelasnya, anak tertua saya yang sudah berkeluarga juga dililit hutang yang cukup besar pula, puluhan juta rupiah, karena usahanya juga macet. Hal ini membuat saya  makin bingung. "Bagaimana saya harus melunasi hutang  dan  membantu melunasi hutang anak  saya yang begitu banyak ini pak?" Tanyanya dengan wajah serius. 


"Akhirnya saya putuskan datang lagi ke sini, ke Sumatera ini dan bekerja apa saja  yang bisa saya lakukan. Di sini saya bekerja sama saudara, numpang tidur dan makan di rumahnya. Setiap gajian uangnya tetap saya kirimkan sama istri di Jawa," tuturnya.


"Inilah yang selalu buat saya cemas dan kadang protes juga  pak." Katanya dengan wajah serius, sambil memperlihatkan sebuah chat  WA dia pada seorang Kiyai, menanyakan masalah yang dihadapinya itu. 


"Cobaan atau ujian dalam hidup itu tidak kan pernah berhenti dalam hidup." Jawab saya. "Hanya setiap orang cobaan atau ujian yang dialami tidak lah sama." 


Dalam Alquran disebut, cobaan dan ujian itu untuk membuktikan keimanan seseorang. Sebagaimana firman Allah SWT, artinya : Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji lagi?  (Surat Al Ankabut:2)


Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan lagi "Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti akan menguji hamba-hamba-Nya yang beriman sesuai dengan kadar iman masing-masing. Manusia yang paling berat cobaannya ialah para nabi, kemudian orang-orang saleh, lalu orang yang terkemuka. Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar agamanya; jika agamanya kuat, maka ujiannya diperberat pula.


"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Inna lillahi wainna ilaihi rajiun." Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.(Al Baqarah 155-157)


"Mas tak usah cemas, kecewa, sedih dengan semua itu". Setidaknya mas masih punya harapan : 

Pertama, mas masih diberi kesempatan oleh Allah "hidup kedua" karena sudah diselamatkan dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawa mas. Kedua, yang merawat mas selama men jalani pengobatan adalah istri tercinta yang walau diawal mas ceritakan tadi pernah mengalami  satu masalah.


Ketiga, dengan adanya kecelakaan itu, mas sudah mengambil ibrah atau pelajaran dari masa lalu mas yang sangat jauh dari ajaran agama, karena  banyak lakukan perbuatan maksiat. Keempat, di sini mas bertemu dengan orang baik , yaitu saudara yang berikan kesempatan bekerja dan tinggal di rumahnya, walau dengan salah satu anggota badan tidak sempurna dan hasilnya juga mas kirimkan buat keluarga di Jawa. 


Kelima, saya lihat mas masih punya optimis me yang besar dan kesempatan yang terjaga dengan selalu banyak beribadah, Sholat berjamaah di masjid setiap waktu, karena rumah dekat dengan masjid.

Kalau hari ini mas merasa dengan cobaan itu sangat berat dan lihat orang lain sepertinya hidup mereka tenang damai, belum tentu mas.

 

Boleh jadi cobaan yang merekalami besar dari kita. Tetaplah berharap dan banyak berdoa, jangan pernah berputus asa dari Rahmat Allah. Allah akan memberikan Rahmat yang besar dari kesabaran yang mas miliki selama ini. "Sesungguhnya Allah bersama orang yang sabar" . 


Banyak orang yang sabar hadapi kesusahan hidupnya dan akhirnya mendapatkan buah kebaikan yang lebih dari sikap sabarnya itu. Itulah pesan yang bisa saya berikan untk mas, semoga bermanfaat untuk mas dan juga untuk saya. Insya Allah.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad