Oleh Drs.H.Talkisman Tanjung
Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Kabupaten Mandailing Natal
OPINI, potretkita.net - Di dalam Anggaran Dasar (AD) pasal 4 (1) ditegaskan, "Muhammadiyah adalah gerakan Islam, da'wah amar ma'ruf nahi mungkar dan tajdid, bersumber pada Al-Qur'an dan As-Sunnah".
Artinya, dengan rumusan tersebut Muhammadiyah menegaskan, organisasi ini berjuang di bidang dakwah. Mungkin menurut pandangan selintas, seolah-olah Muhammadiyah memperkecil dirinya sendiri. Padahal dapat dipahami lebih luas lagi tentang dakwah, karena dakwah itu melingkupi semua kegiatan dari seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.
Rasulullah SAW memberikan penegasan, sebagaimana tersebut dalam Al-Quran Surat Yusuf ayat 105 :
قل هذه سبيلى ادعوا الله على بصيرة انا و من اتبعني.
"Viralkan hal Muhammad : Inilah Jalanku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku, mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang benar nyata".
KH. Ahmad Dahlan memahami ayat-ayat Al-Quran dengan sangat sederhana, tetapi melahirkan Muhammadiyah tanpa konsep akademis, dan di dalam realitanya melahirkan amal usaha yang tidak ada bandingannya. Beliau secara spesifik mengembangkan kehidupan Agama Islam, secara sederhana tetapi memasyarakat.
Seringkali pemikiran Dahlan ini dikait-kaitkan secara langsung dengan Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha, dan tokoh-tokoh pembaharu lainnya di Timur Tengah.
Kalau disebutkan "ada pengaruh", benar, namun kita melihat bahwa seorang Jamaluddin Al-Afghani hanya mampu melahirkan beberapa gerakan politik, yang dikenal dengan "pan islamisme". Sementara Muhammad Abduh, hanya mampu melahirkan pendidikan yaitu Universitas Al-Azhar dan Darul 'Ulum.
Sedangkan Muhammad Rasyid Ridha hanya mewariskan karyanya berupa Kitab Tafsir Al-Manar, yang ditulis beliau berdasarkan pengajian dengan gurunya Muhammad Abduh.
Berbeda dengan apa yang dikembangkan oleh Dahkan, beliau justru mewariskan sebuah etos kerja amaliah. Spesifikasi pemahaman beliau mengenai Islam lebih pada stressing amaliahnya, dan hal itu selalu terinspirasi dari realitas sosial.
Secara sederhana, beliau membaca surat Ali Imran ayat 104 ; ولتكن منكم امة, menghasilkan sebuah karya besar yaitu berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah. Beliau membaca Surat Al-ma'uun, melahirkan gerakan aktif penyantunan anak yatim, dan sa'at ini berbentuk panti-panti yatim.
Dahlan melihat permasalahan yang oleh orang sekarang disebut 'proses Islamisasi', tetapi tidak jadi-jadi. Beliau justru melihat secara sederhana, misalnya : tentang pakaian wanita Islam d idalam Al-Quran.
Dahlan melihat, pakaian wanita Jawa itu adalah 'kebaya', bawah kain, selendangnya ditarok di pundak. Nah, untuk memenuhi ketentuan syariat Islam, oleh beliau dipraktekkan kepada wanita Jawa itu dengan menarok sekendang yang di pundak dipindahkan ke atas kepala.
Jadi beliau tidak menyampaikan, bahwa semua wanita muslimah harus pakai jilbab, tidak. Inikan suatu pikiran yang sederhana, tetapi termasuk proses Islamisasi.
Dahlan melihat, bahwa kepanduan itu bagus, namun saat itu celana yang dipakai di kepanduan itu masih di atas lutut. Nah, oleh beliau didirikanlah Hizbul Wathan (HW), tetapi celananya dibuat di bawah lutut.
Dari sejarah besar yang dilakukan Dahlan dalam memahami Islam itu semestinya menjadi pembelajaran buat kita generasi Muhammadiyah, yang apalagi memegang amanah sebagai pimpinan. Kita harus belajar tentang Muhammadiyah ini. Karena banyak sekali generasi hari ini pengetahuannya hanya sepotong-sepotong.
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam, yang beraqidah Islam, bersumber kepada Al-Quran dan As-Sunnah, serta berasaskan pancasila. Namun realitas yang kita temui pada kader dan generasi kita hari ini, justru tidak belajar Al-Quran, tidak belajar Hadits, dan juga tidak belajar Pancasila.
Judul essai ini nampaknya sangat urgen dan hal itu disebabkan kekhawatiran kita terhadap generasi kita yang pengetahuan dan pemahamannya serba tanggung. Al-Quran tau sedikit, Al-Hadits tau sedikit, demikian juga Pancasila tau sedikit. Atau malah sama sekali tidak tau.
Akan seperti apa Muhammadiyah ini, jika diwarisi oleh generasi yang pengetahuan dan pemahamannya tentang Muhammadiyah ini serba tanggung atau sangat minim? Semoga tulisan ini menginspirasi kita semua. والله اعلم.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar